Ikuti Kami Di Medsos

Berita

“Doktrin Wahabi di Balik Aksi Teror”

Aksi teror di Masjid Al Rawdah di Bir al Abed, sebelah barat Kota Arish, Sinai Utara, Mesir, Jumat (24/11/17) menyisakan duka mendalam khususnya bagi keluarga korban dan kaum Muslimin di seluruh dunia pada umumnya. Aksi kejam ini diduga dilakukan oleh pengikut ISIS terhadap kelompok Muslim beraliran Sufi. Serangan tersebut menewaskan 235 orang dan ratusan lainnya luka-luka.

Ketua Mahasiswa Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (MATAN) DKI Jakarta KH Ali M Abdillah menilai, alasan kelompok teroris menyerang kaum Sufi ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdarah Wahabi yang ada di Arab Saudi.

“Pada saat Wahabi berkuasa di Arab Saudi, ulama-ulama yang dijadikan target operasi adalah ulama-ulama Sufi,” kata Kiai Ali sebagaimana dilansir situs NU Online, kemarin.

Menurutnya, kaum Sufi adalah orang yang independen dan tidak bergantung kepada siapapun kecuali Allah. Mereka memiliki keyakinan dan memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah.

Sementara kelompok Wahabi menuding kaum Sufi sebagai orang ‘sesat’ yang menyembah kuburan dan orang yang telah menyekutukan Allah. Dengan demikian, kelompok Wahabi menilai kalau kaum Sufi halal darahnya untuk dibunuh. Dalam sejarahnya, banyak ulama-ulama Sufi yang dibunuh polisi Arab Saudi dengan tuduhan pelaku syirik.

“Sebenarnya doktrin Wahabi ini menjadi dasar para terorisme,” tegas Kiai Ali. “Yang menyedihkan mereka melakukan pembunuhan dengan dasar dalil agama,” tambahnya.

Persoalan kini makin luas. Target teroris tidak hanya kelompok tertentu saja, tidak hanya kaum Muslimin dari dua mazhab besar seperti Sunni dan Syiah, juga siapapun dan agama apapun yang tidak mau mengikuti paham mereka, dan yang dianggap menghalangi cita-cita mereka dalam mendirikan ‘Negara Rampasan.’ Di samping itu juga adanya kepentingan-kepentingan besar dari pihak-pihak yang mempersenjatai kelompok ekstrimis ini. (M/Z)