Berita
Diskusi Terbuka, Menyambut Hari al-Quds Internasional 2019
Jakarta – Pandu Ahlulbait bekerjasama sama dengan Komite Solidaritas Palestina dan Yaman (KOSPY) mengadakan diskusi terbuka dalam rangka menyambut hari al-Quds Internasional yang rutin dilakukan setiap tahunnya pada Jumat terakhir di bulan Ramadan. Acara yang diselenggarakan pada Sabtu, 11 Mei 2019 bertemakan “Membincang Zionisme: Kebangkitan Pemuda Menghadang Kejahatan Zionis”, dan sebagai pembicara Felix Irianto Winardi seorang intelektual Katholik dan cendekiawan Muslim Dede Azwar Nurmansyah, serta dimoderatori oleh Irman Abdurrahman. Berlangsung acara pada malam hari pukul. 20.30 di Djejak Coffe, Jalan Pejaten Raya, Jakarta Selatan.
Menurut KOSPY peringatan al-Quds adalah pendidikan publik monumental untuk menghangatkan perlawanan terhadap penindasan sekaligus sebagai pengejawantahan nilai-nilai dari madrasah Ramadan yang mengajarkan kita pentingnya membebaskan belenggu penindasan manusia jika kita ingin sebenar-benarnya menghampiri dan merasakan ridha Ilahi. Kemuliaan dan harga diri warga Palestina yang dinjak-injak dan dihinakan seharusnya menampar kemanusiaan kita sebagai umat yang satu. Melalui keterlibatan di al-Quds kita sebenarnya sedang menyusun batu batu sejarah untuk mewujudkan bumi Palestina sebagai satu negara bersama segenap warganya dari semua agama untuk tunduk dalam sistem yang adil, setara, dan sejahtera tanpa penindasan.
Felix berujar bahwa gerakan Zionis jika hanya gerakan spiritual semata tentu tidak masalah, tetapi yang menjadi masalah ketika gerakan zionisme mengarah kepada kekuasaan, politis, kemudian mengusir warga Palestina yang sudah ribuan tahun tinggal di situ. Kalau Palestina hanya dijadikan Holly Land saja tidak mengapa, tapi menjadi Home Land adalah penjajahan.
Menurut Dede Azwar, Informasi yang sampai kepada kita dari media mainstream adalah seolah ketika Israel melakukan serangan ke Palestina adalah untuk mempertahankan diri kemudian membalas serangan tersebut. Palestina seolah hanya Hamas, padahal banyak faksi di sana yang melakukan perlawanan, bahkan bukan hanya Muslim, tetapi juga banyak dari kalangan Kristen.