Berita
Dialog Aswaja NU-Syiah Jember
Kisruh dunia Islam saat ini mendorong Lembaga Dakwah NU (LDNU) Jember, Jawa Timur mengadakan dialog Aswaja NU dengan Syiah tentang buku Putih Mazhab Syiah di IAIN Jember pada Senin (26/1). Dialog ini bertujuan untuk memberi pemahaman umat tentang hal-hal yang berkaitan dengan Ahlusunnah dan hal-hal yang berkaitan dengan Syiah.
Pada dialog tersebut pihak Aswaja NU diwakili oleh Gus Idrus Romli sedangkan dari Syiah diwakili oleh Ustaz Abdullah Hinduan dan Ustaz Abdillah Baabud dari ormas Ahlulbait Indonesia (ABI). Dialog yang dimoderatori oleh Faisal bin Mandi ini berlangsung hangat dengan adanya saling klarifikasi dari kedua belah pihak. Bahkan tepuk tangan audiens tidak hanya diberikan kepada Gus Idrus yang memang asli Jember tapi juga bagi pembicara dari Syiah.
Menjawab pertanyaan audiens yang menanyakan bagaimana sikap Syiah terhadap pengikut Ahlusunnah? Ustaz Abdillah Baabud menegaskan bahwa bagi masyarakat Syiah bukan saja Ahlusunnah itu adalah jiwanya, bahkan masyarakat Syiah rela berkorban nyawa demi Ahlusunnah.
“Masyarakat Syiah bukan hanya menganggap orang Ahlusunnah sebagai Muslim dan saudaranya ataupun jiwanya, tapi juga rela berkorban nyawa demi Ahlusunnah”, tegas Ustaz Abdillah Baabud.
Dalam kesimpulannya Ustaz Abdillah Baabud menyatakan bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah hanya pada satu poin saja. Semua Rukun Iman dan Rukun Islam yang ada di Ahlusunnah juga diyakini di Syiah. Sedangkan perbedaannya menurutnya hanya pada soal konsep Imamah yang diyakini oleh Syiah dan konsep Khilafah yang diyakini oleh Ahlusunnah.
“Persamaan kita dengan Ahlusunnah jauh lebih banyak daripada perbedaannya,” terang Ustaz Abdillah Baabud.
Sementara itu Gus Idrus dalam kesimpulan dialog hari itu sepakat dengan Ustaz Abdillah Baabud bahwa memang banyak perbedaan antara Ahlusunnah dengan Syiah tapi persamaannya pun juga banyak. Gus Idrus menegaskan bahwa Aswaja NU tidak mengkafirkan kelompok Ahlul Kiblat yaitu mereka yang masih shalat menghadap kiblat yang sama.
“Jadi kita tidak mengkafirkan Wahabi, Syiah, Mu’tazilah dan lain sebagainya,” tegas Gus Idrus.
Lebih lanjut Gus Idrus menerangkan bahwa dia tidak akan mengkafirkan Syiah. Dia menjelaskan bahwa seseorang tidak disebut kafir jika mereka masih menjadi Ahlul Kiblat, percaya keontentikan Al-Quran yang tidak mengalami tahrif, tidak mengkafirkan semua sahabat dan tidak mencela istri-istri Nabi.
“Alhamdulillah Syiah yang datang disini percaya pada Quran, tidak mengkafirkan para sahabat dan menganggap kita sesama umat Islam,” tegas Gus Idrus.
Ketua panitia Rofii Baidlowi, M.SH menyatakan puas dengan diskusi yang berjalan lancar dan berharap dialog-dialog seperti ini dapat terus dilakukan serta disemarakkan.
“Dengan dialog seperti ini, masyarakat akan lebih objektif melihat situasi yang ada,” terang Rofii.
Selepas dialog, kedua narasumber baik dari Aswaja NU dan Syiah terlihat berjabat tangan dan berbalas senyum. Merekapun terlibat perbincangan ringan ditingkah tawa di ruang dialog, menggambarkan suasana erat persaudaraan dan wujud ukhuwah Islamiyah yang sangat kental. (Lutfi/Yudhi)