Berita
Demo Anti ISIS di Inggris dan Bungkamnya Media Mainstream
Panitia long march di London menyatakan frustasi setelah media mainstream tidak memberitakan demonstrasi yang mereka lakukan. Padahal, ada ratusan orang yang ikut turun ke jalan dalam peringatan Arbain yang dikoordinasi Husaini Islamic Trust, Inggris, Minggu lalu.
Meskipun Muslim Syiah ikut ambil bagian dalam long march peringatan Arbain setiap tahun untuk berkabung atas kesyahidan Imam Husein, pada tahun ini panitia peringatan Arbain memutuskan untuk menggunakan even ini sebagai platform untuk mengecam ISIS yang akhir-akhir ini melakukan serangan ke sejumlah wilayah, seperti Paris, Beirut dan sejumlah tempat lainnya.
“Tahun ini kami membawa ratusan plakat bertuliskan ‘TIDAK!’ untuk terorisme dan ‘TIDAK!’ untuk ISIS, sebagai pesan utama,” ujar Waqar Haider salah seorang panitia.
“Bagi kami ini adalah langkah politik yang kontroversial. Sebab normalnya kami tidak menggabungkan urusan politik dengan masa berkabung. Tapi dengan banyaknya kejadian akhir-akhir ini, kami harus memastikan, menunjukkan bahwa komunitas kami, benar-benar tidak ada hubungan apa-apa dengan apa yang terjadi di belahan dunia lain.”
Meski demikian, Haider mengatakan bahwa demonstrasi ini tetap gagal mendapatkan perhatian dari mediamainstream, karena adanya “stereotyping”.
“Ini adalah peringatan tertua bagi para Muslim di London tapi sayangnya, sangat susah untuk mendapatkan peliputan dari media mainstream,” katanya. ”Saya rasa ini karena stereotyping, masyarakat terlanjur memandang bahwa semua komunitas Muslim sebagai komunitas yang satu. Padahal komunitas Muslim sangat beragam, dan sebagian besar dari kita merasa ngeri dengan adanya ISIS. Dalam acara yang kami adakan pun, banyak orang dari latar belakang etnis berbeda. Ini lebih mirip acara keluarga yang sangat menarik.”
Relawan lain, Mohammed Al-Sharifi juga berkomentar atas absennya peliputan media mainstream pada acara tersebut.
Dalam akun Twitternya dia mengatakan: “Ratusan Muslim membanjiri jalanan London kemarin untuk mengutuk terorisme. Tapi respon media: Bungkam.” Postingannya di Twitter itu pun telah di retweet sebanyak 5.000 kali.
“Saya kira alasan media mainstream tidak meliput adalah karena peristiwa tersebut tidak cukup menarik untuk penjualan surat kabar,“ kata Al-Sharifi kepada The Independent.
“Sayang sekali, sejumlah media hanya akan meliput jika sebuah peristiwa bisa menimbulkan pecah belah. Jika ada komunitas Muslim melakukan sesuatu yang baik, ini tidak akan diberitakan atau agamanya tidak akan disebutkan. Tapi jika seseorang melakukan sesuatu yang buruk, maka beritanya akan mengisi halaman utama dan agama si pelaku itu pun akan disebutkan,” sesa Al-Sharifi.
“Saya pikir, hal itu akan menambah kebencian, perpecahan dan demonisasi dalam diri umat Muslim,” lanjutnya seraya menegaskan bahwa media memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kohesifitas di tengah masyarakat.
“Alasan cuitan saya menjadi viral, adalah karena masyarakat sadar bahwa ada perbedaan besar pada media dengan realitas sehari-hari mereka yang memiliki hubungan dengan umat Muslim di tempat kerja dan di sekolah.”
Untuk itu, Al-Sharifi meminta agar pemimpin negaranya serius melawan Islamophobia.
Peringatan Arbain dilakukan juga di sejumlah negara lain seperti Irak, Nigeria dan Amerika.
Pada tahun ini, saat Arbain di Kano, Nigeria, aksi bom bunuh diri kelompok Boko Haram mengakibatkan 21 orang meninggal dunia. (Lutfi/Yudhi)
Sumber : The Independent