Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Dakwah dalam Al-Qur’an

Rasulullah saw diutus untuk berdakwah, mengajak manusia untuk mengenal Tuhannya. Beliau dibekali dengan Mukjizat terbesar berupa Al-Qur’an.

Hari ini tugas itu dipikul oleh para ulama, ustadz dan orang-orang yang mengerti agama. Mereka  punya tanggung jawab untuk membimbing umat ini menuju kepada Allah swt.

Tentunya, sebagai masyarakat kita terkadang bingung memilih seorang Da’i. Karena semakin tahun, kian banyak para pendakwah yang bermunculan. Bahkan terkadang seorang Da’i pun tidak mengerti, bagaimana Al-Qur’an memberi aturan dalam berdakwah.

Kali ini kita akan melihat bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang dakwah. Apa saja syarat-syarat seorang Da’i ?

Karena Dakwah termasuk pilihan yang terbaik dalam hidup, Allah berfirman,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ —

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang Muslim (yang berserah diri)?” (Q.S Fussilat: 33)

Syarat-Syarat Dakwah:

  1. Menyebarkan hikmah dan nasehat yang baik

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ —

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik.” (Q.S An-Nahl: 125)

  1. Menyeru seperti yang diserukan Rasulullah dalam ayat,

قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي —

Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak kepada Allah dengan yakin.” (Q.S Yusuf: 108)

  1. Mengajak hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain (madzhab, partai, golongan, dll.)

أَدْعُو إِلَى اللّهِ

“Mengajak kepada Allah” (Q.S Yusuf: 108)

  1. Harus memiliki Bashirah dalam berdakwah

أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ

“Mengajak kepada Allah dengan yakin” (Q.S Yusuf: 108)

  1. Tidak boleh menyampaikan yang tidak ia ketahui

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً —

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Q.S Al-Isra’: 36)

  1. Harus dengan lemah lembut

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ —

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.” (Q.S Ali Imran: 159)

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى -٤٣- فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى —

“Pergilah kalian berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (Q.S Thaha: 43-44)

Bayangkan saja, untuk berdakwah kepada orang sekejam Fir’aun pun, Allah tetap menyuruh untuk menggunakan cara yang lemah lembut.

  1. Dilarang berdebat, kecuali dengan cara yang terbaik

وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ —

“Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik.” (Q.S An-Nahl: 125)

  1. Ketika berdakwah harus sampai pada kesimpulan yang dia inginkan. Jangan sampai dialihkan oleh pertanyaan atau sanggahan pendengar hingga dakwahnya keluar dari tujuan utamanya.

Seperti kisah dakwah Nabi Musa kepada Fir’aun. Walaupun Fir’aun hendak mengalihkan dakwah beliau dengan berbagai pertanyaan, tapi Nabi Musa tetap fokus dengan tujuan utamanya.

قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ -٢٣- قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إن كُنتُم مُّوقِنِينَ -٢٤- قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ -٢٥- قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ -٢٦- قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ -٢٧- قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ -٢٨-

Fir’aun bertanya, “Siapa Tuhan seluruh alam itu?”

Dia (Musa) menjawab, “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhan-mu), jika kamu mempercayainya.”

Dia (Fir’aun) berkata kepada orang-orang di sekelilingnya, “Apakah kamu tidak mendengar (apa yang dikatakannya)?”

Dia (Musa) berkata, “(Dia) Tuhanmu dan juga Tuhan nenek moyangmu terdahulu.”

Dia (Fir’aun) berkata, “Sungguh, Rasulmu yang diutus kepada kamu benar-benar orang gila.”

Dia (Musa) berkata, “(Dialah) Tuhan (yang Menguasai) Timur dan Barat dan apa yang ada di antara keduanya: jika kamu mengerti.” (Q.S. Asy-Syuara’: 23-28)

Dari ayat-ayat di atas, kita melihat upaya Fir’aun yang berulang kali ingin mengalihkan pembicaraan Musa tentang Ke-Esaan Allah swt.

Pertama, dengan mengatakan kepada orang-orang di sana “Apakah kalian tidak mendengar (apa yang dikatakannya)?”

Kedua, dengan menuduh nabi Musa sebagi orang gila. Tapi beliau tidak terpancing untuk menjawab tuduhan itu. Beliau tetap fokus membicarakan tentang Allah swt.

Dan berikut ini adalah pesan-pesan Allah untuk para Da’i:

1. Hanya Mengagungkan Allah swt dan tidak mengagungkan yang lain.

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ —

“Dan agungkanlah Tuhan-mu.” (Q.S Al-Muddatsir: 3)

2. Bersih secara dhohir maupun batin.

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ —

“Dan bersihkanlah pakaianmu.” (Q.S Al-Muddatsir: 4)

3. Tinggalkan segala perbuatan keji.

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ —

“Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji.” (Q.S Al-Muddatsir: 5)

4. Tidak berharap untuk mendapat keuntungan dari dakwahnya.

وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ —

“Dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.”(Q.S Al-Muddatsir: 6)

5.  Bersabar hanya karena Allah, bukan untuk memperoleh prestasi atau sanjungan manusia.

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ —

“Dan karena Tuhan-mu, bersabarlah.” (Q.S Al-Muddatsir: 7)

 

25 Hidangan dari Al-Quran

 

 

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *