Daerah
Menjadi Penanti Sejati Imam Mahdi
Bertempat di Husainiyah Al Mahdi Semarang pada Jumat malam (13/6) lalu, digelar peringatan Nisyfu Sya’ban. Ratusan orang menghadiri peringatan hari lahirnya Imam Mahdi afs itu. Kaum Muslimin dan Muslimat kota Semarang beserta putra-putri mereka tampak bersemangat dan khusuk mengikuti perayaan malam itu.
Acara diawali pembacaan Yasin-Tahlil dan pembacaan doa bagi para arwah (arwah jama’i). Ada sekitar 300 nama para almarhum dan almarhumah yang didoakan. Nama-nama itu dihimpun dari seluruh jamaah yang hadir maupun yang tidak hadir dalam acara tersebut.
Yasin-Tahlil diadakan bukan sekadar seremonial belaka, namun lebih dari itu karena di dalam ajaran Ahlulbait sangat dianjurkan untuk selalu mendoakan para pendahulu kita dan selalu menjalin “hubungan” dengan mereka. Hubungan itu tak hanya selesai ketika di dunia, namun pada saat mereka sudah meninggal pun kita semua yang masih hidup tetap dapat menjalin hubungan itu dengan baik, yaitu dengan cara selalu mendoakan mereka di sana agar para pendahulu kita itu mendapatkan anugerah dan ampunan dari Allah Swt dan dihimpun bersama Rasul dan Ahlulbaitnya.
Setelah acara pembukaan, pembacaan ayat suci Al Quran dilanjutkan tausiyah Ustad Abdullah Som Assegaf. Dengan bahasa jelas, lugas, serius dan penuh makna, Ustad Som mengetengahkan betapa pentingnya “Intidzar” (penantian) atas kehadiran Imam Mahdi afs.
Lebih lanjut beliau menjelaskan kenapa “menunggu” kehadiran Al Imam termasuk amal yang utama, tak lain karena seseorang yang menunggu pasti akan mempersiapkan segalanya. Mulai dari persiapan jasad hingga ruhaninya.
Menurut Ustad Som, seorang penanti harus mempersiapkan 2 hal, yaitu persiapan spiritual/batin dengan cara Tadzkiyatun Nafs dengan seluruh tahapannya. Sedangkan yang kedua, persiapan fisik dengan cara mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul sekaligus terintegrasi dan terorganisasi.
Sebaliknya ketika tidak ada keyakinan atau ragu terhadap apa/siapa yang dinanti maka seorang penanti/intidzar patut juga diragukan penantiannya.
Selain itu Ustad Som juga menyinggung tentang ma’rifah, bahwa ma’rifah tidak bisa dipisahkan dengan amal. Ma’rifah adalah amal dan amal adalah ma’rifah. Namun terkadang ilmu terpisah dengan amal, karenya tidak mesti setiap orang yang berilmu juga beramal.
“Salah satu faktor penghambat keadilan bisa tegak di muka bumi ini adalah tidak adanya persatuan umat. Di era kekinian tema ataupun aktualisasi persatuan umat masih menjadi sesuatu yang “mahal” dan langka,” tegasnya..
Di penghujung tausyiahnya, sebelum diakhiri dengan pengharapan baik agar dengan peringatan wiladah Imam Mahdi afs ini, semoga dosa-dosa para hadirin diampuni oleh Allah Swt, Ustad Som juga menekankan pentingnya upaya meningkatkan persaudaraan, saling menyatu, saling mendukung agar kita semua menjadi “muntadzirin” yang sejati.
Ustad Som juga menukil pernyataan Imam Khomeini soal ketimpangan sosial dan kemiskinan. Menurut Imam Khomeini, penyebab kemiskinan di masyarakat itu tak lain adalah: pertama penjajahan, kedua malas, dan ketiga jahil atau kebodohan.(Arif/Yudhi)