Daerah
Bantu Korban Banjir, DPW ABI Kalsel Bangun Empat Posko
Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Ahlulbait Indonesia (ABI) Kalimantan Selatan, membangun sejumlah posko untuk membantu korban banjir yang melanda Kalimantan Selatan. Musibah ini membuat lebih kurang 20 ribu warga terpaksa mengungsi.
“Sejauh ini ada empat posko untuk melayani bantuan korban banjir,” kata ketua DPW ABI Kalsel, Habib Ahmad Auliya Al Kaff, Senin (18/1).
Empat posko itu tersebar di Banjarmasin, Martapura, Batola, dan Pelaihari. Posko-posko itu menyalurkan berbagai kebutuhan warga berupa sembako yang satu paketnya bernilai 100 ribu rupiah. Bantuan diperoleh dari para donatur, jaringan ikhwan, pengurus DPW, yayasan, husainiyah, dan lain-lain.
Posko sendiri, menurut Habib Ahmad, dibuka mengikuti kondisi dan situasi di lapangan. Posko di Banjarmasin yang menggunakan gedung husainiyah dan yayasan mampu menampung sekitar 200 hingga 500 orang pengungsi.
Sementara posko di Martapura, kabupaten Banjar, di tempat Habib Ali Alhabsyi, mampu menampung 100 orang. Para pengungsi itu terdiri dari anak-anak, perempuan, dan lansia. Di posko tersebut, kata Habib Ahmad, para pengungsi diberikan susu untuk balita dan pengecekan kesehatan, dengan memanggil tim medis.
Ia mengaku, kendala terbesar yang mereka hadapi saat ini adalah kondisi lapangan yang belum memungkinkan untuk menggunakan jalur darat. Sebab, hampir semua lokasi tergenang air. Sementara alat evakuasi sangat minim dan memaksa warga untuk berlomba mengevakuasi barang-barangnya seiring naiknya ketinggian air.
“Perahu karet juga susah. Akhirnya sulit untuk mengevakuasi barang-barang berharga, apalagi anak-anak dan lansia,” ujar Habib Ahmad.
Situasi pandemi yang masih berlangsung juga menjadi tatangan tersendiri bagi relawan dalam membantu masyarakat. Protokol kesehatan tetap diterapkan. Maka, bagi relawan yang turun ke lapangan, Habib Ahmad mewajibkan untuk menggunakan masker dan berbekal handsanitizer. Selain itu, relawan juga terus menyampaikan kepada khalayak agar mematuhi protokol kesehatan dan menjaga jarak.
“Cuma, terkadang dalam situasi panik seperti ini agak susah untuk menjaga jarak,” katanya.
Karena itu, untuk menghindari kerumunan, kata Habib Ahmad, pembagian bantuan diserahkan kepada para aparat desa setempat.
“Sebab, kalau warga ambil sendiri di posko pasti akan menimbulkan kerumunan. Maka kami bekerjasama dengan aparat setempat,” Kata Ahmad.
Seperti diketahui, hujan deras yang terjadi sejak 12 Januari hingga 15 Januari itu telah menggenangi 11 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan. Dari 11 Kabupaten itu, kondisi sembilan di antaranya terbilang paling parah. Banjir itu juga merendam sebanyak 47.742 rumah.