Berita
Cerdas Sikapi Ketegangan Saudi-Iran
Konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini terutama terkait perseteruan antara Arab Saudi dengan Iran menyita perhatian dunia termasuk Indonesia. Bahkan meningkatnya ketegangan antar kedua negara ini telah dipandang seolah-olah sebagai konflik antar dua mazhab besar Islam, Sunni-Syiah.
Kondisi seperti ini tentu sangat mengkhawatirkan jika ditarik ke Indonesia, sehingga mengakibatkan rusaknya kerukunan antar umat beragama di negeri kita.
Namun hal tersebut dibantah oleh peneliti bidang HAM Setara Institute, Achmad Fanani Rosyidi yang ditemui tim ABI Press di Jakarta.
Menurut peneliti yang biasa disapa Awe ini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari persoalan yang terjadi di Timur Tengah. Sebab konflik yang terjadi sejak 5 tahun lalu di Suriah saja, hingga saat ini tidak berpengaruh besar pada kondisi keberagamaan di Indonesia.
“Saat ini masyarakat sudah mulai dewasa,” tegasnya.
Kondisi keberagamaan di Tanah Air yang tetap kondusif meski ada sebagian pihak yang coba menarik-narik konflik di Timur Tengah ke Indonesia, hingga saat ini masih mampu diatasi oleh organisasi-organisasi keagamaan yang ada di Indonesia. Apalagi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai dua ormas besar Islam di Indonesia ditengarai tidak akan tinggal diam.
“Selama NU dan Muhammadiyah bisa menjaga ketenangan umat dalam masyarakat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” tambah Awe.
Untuk menjawab kekhawatiran terjadinya impor konflik di Timur Tengah ke Indonesia, menurut Awe langkah terbaik adalah dengan berkumpulnya ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia, baik dari MUI, NU, Muhammadiyah, ormas-ormas dari Syiah dan juga Wahabi, untuk membahas masalah ini.
“Saya kira itu yang terbaik dilakukan,” ungkapnya.
Terkait framing media atas perseteruan di Timur Tengah menjadi konflik Sunni-Syiah, maka menurut Awe, masyarakat harus cerdas memilah-milah media itu sendiri dan perusahaan media harus independen dalam pemberitaan. Sehingga masyarakat bisa tahu berita mana yang menyampaikan fakta sesungguhnya dan bukan provokatif.
“Kata kunci untuk menghadapi berbagai isu terkait konflik di Timur Tengah adalah berpikir cerdas,” tandasnya. (Lutfi/Yudhi)