Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Ceramah Ahok dalam Acara Maulid Nabi di Gedung Smesco Jakarta

ABI Press_Peringatan Maulid Nabi di SMESCO Jakarta 2015

Assalamu’alaikum…

Ada sebagian orang nggak suka saya ucapkan itu, nggak dijawab.. Ini sedikit masalah. Saya ingin menceritakan, tentu tidak bisa siapapun di dunia ini dibandingkan dengan Nabi Muhammad. Karena beliau begitu agung, begitu sempurna, nggak bisa dibandingkan.

ABI Press_Ahok (Basuki Tjahaya Purnama)Bahkan saya coba bandingkan, saya pengikut Nabi Isa, agak susah mengambil contoh Nabi Isa dengan Nabi Muhammad, kenapa? Masalah pemerintahan misalnya, karena Nabi Isa tidak pernah memimpin sebuah pemerintahan. Saya lahir di sebuah tempat yang 93% Muslim. Saya sekolah di SD-SMP juga sekolah Islam.

Ada beberapa hal yang membuat saya suka berfikir, tentu kita semua hafal standar yang dibuat Nabi Muhammad, saya ingat dulu, waktu saya calon Bupati ada seorang ustaz mengatakan kepada orang-orang jangan pilih  Ahok, dalam surah Al-Maidah: 51, barang siapa yang menjadikan Nasrani, Yahudi sebagai pemimpinmu maka kafir dan masuk neraka, lalu ustaz lain bilang, enggak! Saya pilih Ahok karena Ahok memenuhi kriteria dari Nabi Muhammad yang disebutkan Amanah, Sidiq, Fathanah dan Tabligh. Ini pengalaman. Saya dipilih justru di kalangan 93% Muslim kan… Ustaz ini bilang kita akan lebih maju dipimpin orang yang memenuhi syarat ini sekalipun ia belum mendapat hidayah. Karena hidayah milik Allah katanya. Daripada yang mengaku dapat hidayah tapi kelakuannya tidak memenuhi 4 syarat tadi.

Udah kagak Sidiq apalagi Fathanah. Kalau Fathanah sih bisa saja orang cerdas, tapi cerdas nipu kita gitu lho… Yang dimaksud Nabi Muhammad bukan cerdas itunya.

ABI Press_Ahok dalam Peringatan Maulid Nabi di SMESCO Jakarta 2015Lalu waktu saya sekolah Islam, saya orangnya agak penasaran, jujur saja. Kalau saya pengen tau sesuatu saya cari tau…. Misalkan saya temukan Nabi Muhammad itu, beliau tidak pernah mengatakan orang lain dengan sebutan hamba, asisten, staff, nggak pernah! Tapi sahabat. Sahabat yang digunakan istilah. Lalu saya pengen tau apa sih beda sahabat dengan hamba?  Kebetulan saya orang Kristen pengikut Nabi Isa, eh ternyata pernah mengucapkan hal yang sama. Saya dapati jawaban di situ ketika Nabi Isa berkata: Saya tidak menganggap anda hamba tapi sahabat kenapa? Karena hamba itu tidak tau niat tuannya apa. Tapi kalau sahabat saya kasih tau bahkan wahyu dari Allah pun saya sampaikan kepada sahabat saya.

Lalu saya juga penasaran waktu guru saya bilang tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Bahasa Arabnya saya lupa karena sudah lama waktu SMP dulu, cuma inget kata “Sin” gitu di belakangnya.

Waktu saya tanya kepada guru saya maksudnya apa tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, oo.. Maksudnya sekolah ke tempat yang jauh kata guru saya. Saya bilang, kalau orang Muslim di Tiongkok/Cina masak jauh, deket dong? Wah, guru saya bilang, iya juga katanya. Guru saya memberi jawaban lain: Itu budayanya paling tua. Saya bilang, nggak juga. Kalau mau belajar Islam ke Arab bukan ke Cina saya bilang. Ah, guru saya bilang lagi itu hadis masih diperdebatkan kok, ada yang bilang hadisnya kuat ada yang bilang lemah, ah pusing saya. Dalam hati saya, lo gak bisa jawab, cari alasan lo sekarang.

Lalu saking penasaran saya belajar filsafat Tiongkok. Saya pengen tau waktu jaman Nabi dulu dagang, pada masa itu Tiongkok dipengaruhi ajaran Konghucu. Disitu memiliki prinsip yang paling menarik diajarkan itu, saya bayangkan dahulu waktu dagang tidak seperti sekarang, rumah orang-orang keturunan Tionghoa suka ditempelin mau Imlek, mau kawinan ditempelin kotak-kotak merah ada tulisannya. Itu tulisan hoki. Bagi orang Tiongkok yang penting hoki. Makanya “Ahok” ini “Anak Hoki.”

Saya pikir waktu itu, dan saya yakin ini pasti Nabi Muhammad nanya kenapa sih setiap dagang sama kamu, beli barang-barang ditempelin aja tulisan persegi atau kotak, pasti Nabi tanya ini maksudnya apa? Oo.. Ini maksudnya hoki. Lalu, dasarnya apa? Ternyata huruf hokinya Tiongkok itu menarik. Itu satu keluarga atau satu mulut, bawahnya kotak itu ladang sawah. Jadi kalau mau hoki semua orang harus punya lahan untuk usaha. Nah ini prinsip. Coba sekarang, mau ngurus sertifikat saja pusing. Biaya mahal sampai orang miskin nggak bisa punya sertifikat. Ini menyalahi prinsip tuntutlah ilmu ke negeri Cina. Satu prinsip hoki tadi yang harus punya lahan.

ABI Press_Ceramah Ahok dalam Peringatan Maulid Nabi di SMESCO Jakarta 2015Lalu ajaran Konghucu tadi kalau bicara pendidikan itu tidak boleh ada pengotakan, diskriminasi. Jadi kalau bicara pendidikan tidak boleh ada diskriminasi.

Hari ini di DKI saja ada 40% usia 16-18 tahun tidak sekolah karena miskin. Dan gawatnya BPS kita menaruh miskin itu 2500 kalori/hari. Jadi sekarang secara inflasi sebulan 459.000,- kalau Bapak-Ibu berpenghasilan 500.000,- saja Bapak- Ibu tidak terbilang miskin. Rentan miskin katanya. Ini yang bahaya. Padahal kebutuhan layak di DKI satu orang lajang 2,4 juta. Prinsip tentang pendidikan ini yang tidak jalan.

Yang ketiga yang menarik dikatakan kalau kepalanya lurus, jujur bawahnya juga nggak akan berani tidak lurus. Maka saya menafsirkan tuntut ilmu ke negeri Cina itu adalah pilih pemimpin yang lurus yang memenuhi 4 kriteria tadi; Amanah, Sidiq, Tabligh Fathanah tadi, lakukan pendidikan tidak ada diskriminasi, dan setiap orang di Indonesia harus punya ladang usaha, harus punya tempat, ladang. Ini sangat menarik.

Jadi saya berfikir, inilah yang dimaksud mempengaruhi yang tentu saja di Indonesia.

Dahulu ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah itu berbicara tentang keadilan sosial. Apa itu keadilan sosial? Apa itu supremasi hukum, Nabi Muhammad sampai ngomong: sekalipun Fatimah mencuri, saya akan potong tangannya. Ini luar biasa.

Waktu saya sekolah saya juga ketemu kisah yang sangat menarik. Makanya Nabi Muhammad itu betul-betul berbeda. Saya pikir sekelompok orang yang begitu sadis seperti ISIS atau apa lah saya pikir mereka betul-betul tidak mengerti istilah rahmatan lil ‘alamin atau sama sekali nggak pernah denger mereka itu.

Saya paling terkesan dengan cerita itu tentang Nabi Muhammad yang ditulis entah di opini koran atau apa saya lupa, ceritanya begini. Nabi Muhammad selalu shalat itu ada orang Yahudi yang lemparin sama kotoran. Sahabat-sahabat Nabi marah dan menawarkan diri untuk balas dendam, tapi kata Nabi, tidak! Sampai suatu hari orang Yahudi itu tidak datang lagi. Lalu Nabi menanyakan kenapa orang Yahudi itu tidak datang lagi mengganggu Nabi shalat dengan melempari kotoran, ternyata orang Yahudi tadi sedang sakit. Lalu Nabi Muhammad justru datang membesuk Yahudi tadi. Inilah rahmatan lil ‘alamin. Inilah Islam Indonesia seperti yang saya kenal waktu masa-masa sekolah. Kita terakhir-terakhir ini saja banyak Islam yang nggak jelas. (Malik/Yudhi) ABI Press_Gubernur DKI Jakarta 2015

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *