Akhlak
Cara Santun Imam Hasan Husain as Menunjukkan Kesalahan
Allah Swt meminta kita untuk membenarkan kesalahan orang apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tugas ini disebut Amr bil Ma’ruf (menyeru pada kebaikan).
Suatu hari, di Madinah, seorang lelaki tua sedang berwudhu untuk menunaikan salat. Kebetulan, Imam Hasan al-Mujtaba as dan Imam Husain asy-Syahid as juga berada di tempat itu. Keduanya melihat orang tua itu tidak berwudhu dengan benar. Tentu, orang tua itu harus diberi tahu bahwa ia keliru.
Namun, kedua Imam suci (Imam Hasan dan Imam Husain) ini masih berusia belia saat itu. Keduanya tahu betul bahwa orang tua itu akan merasa malu jika ditunjuki kesalahannya oleh anak muda.
Baca juga Biografi Singkat Imam Hasan bin Ali as
Lalu, kedua Imam kita ini mendapatkan ide brilian bagaimana mengajarkan cara berwudhu yang benar pada orang tua itu. Keduanya kemudian berlaku seolah saling berbantahan satu sama lain.
Imam Hasan Mujtaba as berkata pada saudaranya, “Aku pikir wudhuku lebih benar dari wudhumu.”
Imam Husain Syahid as menjawab, “Tidak, aku pikir wudhukulah yang paling benar.”
Orang tua itu mendengarkan adu argumentasi keduanya. Kini Imam Hasan as berbalik kepadanya dan berkata, “Bapak tua, sudikah bapak menilai siapakah yang wudhunya paling benar di antara kami?”
Baca juga Infografis: Biografi Singkat Imam Husain as
Orang tua itu kontan memenuhi permintaan mereka.
Kedua Imam tersebut kemudian berwudhu. Orang tua itu mengamati secara saksama, dan menyadari bahwa keduanya berwudhu dengan cara yang serupa. Akhirnya, ia menyadari bahwa dirinya tidak berwudhu dengan cara yang benar. Ia tahu bahwa anak-anak itu sedang berusaha mengajarinya dengan cara santun.
Orang tua itu berkata, “Ananda tercinta, akulah yang keliru dalam berwudhu. Terima kasih banyak atas ‘cara manis’ yang telah kalian peragakan dalam meluruskan kesalahanku.”
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan as dan Imam Husain di atas adalah, diperlukan cara yang lembut dan santun dalam menunjukkan kesalahan seseorang. Terlebih pada orang yang lebih tua. Jangan sampai mereka merasa dipermalukan. Kita tidak boleh bersikap kasar atau keras. Kita harus melakukannya dengan sikap bersahabat sehingga orang itu mendengarkan kita dan tidak merasa kesal.
Imam Hasan al-Mujtaba as berkata, “Perlakukanlah orang-orang sebagaimana kalian ingin diperlakukan.” (Biharul Anwar, vol. 78, hal. 116)