Artikel
Cara Menerima Informasi Menurut Al-Qur’an (Bag 2)
Hari ini dunia begitu kecil. Kita dapat melihat keseluruhan bumi melalui layar kecil. Kita dapat berbicara langsung dengan saudara kita yang berjarak ribuan kilometer hanya dengan smartphone yang berukuran kecil. Dalam sekejap kita bisa mengetahui apa yang terjadi di belahan bumi yang lain. Akses begitu cepat. Informasi begitu banyak. Bahkan seorang yang berada jauh dari negara kita terkadang tau lebih dulu ketika ada tetangga kita yang meninggal.
Mudahnya mengakses informasi memberikan banyak manfaat bagi manusia. Tapi di sisi lain, akses informasi yang begitu luas ini juga menjadi penyebab konflik di berbagai tempat. Bukankah kita melihat bahwa tingkat perceraian semakin meninggi setiap taunnya? Tindak kekerasan semakin merajalela. Hubungan harmonis antar tetangga mulai terkikis. Apa penyebab semua ini terjadi?
Salah satu penyebab munculnya masalah dalam masyarakat adalah semakin mudah informasi menyebar namun semakin sedikit yang punya kesadaran untuk meneliti. Jika kita bertanya pada Al-Qur’an, bagaimana cara kita menghadapi informasi yang begitu luas ini? Maka kita akan temukan firman Allah swt,
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Al-Hujurat 6)
Kata kunci pada ayat ini adalah kata “Telitilah Kebenarannya!”. Dengan tegas Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk mengecek informasi yang kita dengar. Pada ayat-ayat selanjutnya, Allah berbicara tentang persatuan. Sehingga kita dapat mengambil pelajaran bahwa salah satu penyebab rusaknya persatuan adalah karena mudah menerima berita tanpa mengecek kebenarannya.
Apalagi seorang yang membawa informasi itu adalah orang fasiq. Kita harus lebih berhati-hati ketika mendengar informasi dari mereka. Mengapa sekarang kaum muslimin mudah terprovokasi oleh berita yang dimuat oleh media barat, padahal mereka adalah media yang fasiq. Mengapa mudah sekali percaya dengan berita-berita itu, tanpa ada rasa ingin meneliti kebenarannya.
Ternyata, Allah swt mengajarkan kepada kita untuk mengecek semua informasi dari siapapun, bukan dari seorang fasiq saja. Karena kita akan menyesal jika mudah menerima informasi tanpa menelitinya terlebih dahulu. Kita akan berbuat ceroboh ketika mengikuti berita yang salah. Banyak yang akan menjadi korban kecerobohan kita, seperti yang tertera pada akhir ayat diatas “yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Retaknya bangunan rumah tangga misalnya. Banyak kasus yang diawali dengan kabar angin yang langsung diterima dan diceritakan. Padahal semua itu hanyalah gerakan lisan tanpa ada bukti. Maraknya gosip menjadi salah satu penyebab hancurnya rumah tangga seseorang. Gosip itu seakan ringan diucapkan dan disebar luaskan, namun di mata Allah menjadi perkara yang besar.
“(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.” (An-Nur 15)
Muslimin harus belajar untuk tidak mudah menerima berita. Khususnya tentang urusan kaum muslimin. Akhir-akhir ini media dipenuhi dengan berita provokasi yang ingin memecah belah kaum muslimin. Kita harus sadar dan peka untuk tidak mudah menerima berita tersebut. Kita wajib untuk meneliti kebenaran berita itu sebelum melakukan sesuatu.
Imam Ja’far As-Shodiq ketika ada seorang sahabat yang melaporkan temannya yang berbuatburuk, beliau sering mengatakan, “Dustakan matamu, dustakan pendengaranmu!” Jangan berburuk sangka kepada orang lain. Karena seorang yang menyampaikan berita sementara dia belum tau kebenarannya, maka dia adalah termasuk dari salah satu dari dua pembohong.
Mengapa kita harus selalu teliti? Karena ada orang-orang yang menikmati saat melihat pertengkaran antar saudara. Menikmati saat terjadi pembunuhan antar muslimin. Menanti adanya keluarga yang hancur. Orang-orang seperti ini selalu ada dalam hidup kita. Semua itu karena mereka ingin meraih hiasan dunia. Entah karena harta, kekuasaan atau wanita.
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (An-Nur 19)
Berita provokasi dari berbagai media fasiq itu muncul karena mereka menikmati kehancuran islam. Menunggu robohnya persatuan kaum muslimin. Karenanya kita harus menjadi seorang muslim yang waspada dan bijak dalam menerima berita.
Belajar Dari Nabi Sulaiman a.s
Kita akan belajar pada salah satu nabi yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an. Bagaimana cara dia menghadapi informasi. Dia lah Sulaiman as, seorang raja sekaligus Nabi yang tersohor. Saat itu dia mengumpulkan seluruh rakyatnya dari berbagai makhluk. Manusia, jin, hewan dan sebagainya. Namun Sang raja tidak menemukan Hudhud si burung kecil. Walau beliau adalah raja tapi masih tetap perhatian walau dengan rakyat sekecil burung Hudhud. Al-Qur’an menceritakan,
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” (An-Naml 20-21)
Ayat ini menunjukkan kebijaksanaan Nabi Sulaiman, dia akan menghukum Hudhud kecuali jika burung ini datang dengan membawa alasan. Beliau tetap mau mendengar. Sampai akhirnya datanglah Hudhud dengan membawa berita dari kota Saba’ tentang seorang ratu bernama Bilqis. Mendengar itu, Nabi Sulaiman tidak langsung mempercayainya.
“Dia (Sulaiman) berkata, “Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta.” (An-Naml 27)
Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan Hudhud untuk mengirim surat kepada ratu Bilqis. Ketika surat itu sampai ditangan ratu, ia meminta saran kepada para pejabatnya tentang cara untuk menyikapi surat ini.
Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.” Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (An-Naml 29-31)
Melihat surat ini, para pembesar mulai memberi saran. Ada yang memberi saran untuk menghadapi Sulaiman karena mereka memiliki kekuatan yang lebih besar dari kerajaan Sulaiman. Namun ratu Balqis tidak langsung menerima saran mereka. Dia ingin mengecek terlebih dahulu bagaimana sebenarnya seorang bernama Sulaiman ini. Akhirnya Sang Ratu mengirim hadiah untuk mencari informasi yang sebenarnya tentang Nabi Sulaiman. Untuk kisah lengkapnya bisa anda lihat dalam Surat An-Naml.
Dari dua cerita ini, kita akan mendapat pelajaran bahwa seorang yang bijak tidak akan menerima berita langsung tanpa meneliti kebenarannya. Jika kita masih mudah menerima berita yang datang, berarti kita telah bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an.
Sikap yang terbaik jika kita belum tau kebenaran suatu informasi adalah diam. Diam berarti selamat. Karena seorang yang diam tidak akan pernah menyesal. Sementara penyesalan itu banyak dirasakan oleh orang yang sering berbicara.
Pusat dari segala kerusakan adalah karena banyaknya orang yang tidak tau tapi ikut berbicara.
Imam Ali pernah berpesan,
“Andai orang yang tidak tau itu diam maka akan lunturlah perpecahan”
Tapi akhir-akhir ini, mereka yang tidak tau malah tampil untuk berbicara. Jangan heran jika kerusakan semakin menyebar dan ketentraman hidup semakin langka.
Maka jangan lupakan dua kunci kehidupan. Cek segala informasi yang didapat dan hukumi seseorang dengan dhohirnya. Hapuskan segala prasangka buruk untuk menciptakan dunia yang damai.
Baca juga: Cara Menerima Informasi Menurut Al-Qur’an (Bag 1)
(Dikutip dari buku “25 Hidangan dari Al-Quran” Muhammad Bin Alwi BSA)