Ikuti Kami Di Medsos

Opini

Reset Ekonomi ala Trump: The Reality Show untuk Episode Tarif Global

Reset Ekonomi ala Trump: The Reality Show untuk Episode Tarif Global

Ahlulbait Indonesia – Selamat datang di dunia baru Donald Trump; tempat di mana logika ekonomi ditabrak seperti parkir paralel, dan diplomasi internasional dilakukan dengan semangat main lempar dart ke peta dunia.

Dengan penuh percaya diri, Presiden Trump mengumumkan tarif bea masuk terhadap lebih dari 180 negara. Tak tanggung-tanggung, semua dikenakan biaya: mulai dari Tiongkok dan Uni Eropa, hingga tempat yang bahkan Google Maps perlu waktu loading ekstra untuk menemukannya—seperti Pulau Heard dan McDonald.

Kami tidak yakin apakah ini kebijakan ekonomi atau strategi promosi untuk peta dunia edisi revisi.

Bikin Amerika Hebat Lagi

Trump mengatakan tarif ini untuk “melindungi kepentingan Amerika”. Tentu. Seperti halnya menggigit tangan sendiri untuk menghindari tusukan nyamuk; efektif, tapi agak kontraproduktif.

Pasar langsung merespons dengan cara elegan: panik. Saham-saham ambruk, dengan nilai hampir 3 triliun dolar menguap dari bursa seperti snack gratis di ruang rapat. Apple dan Nike kehilangan nilai, sementara investor sibuk kabur ke emas seperti orang tua kita dulu ke kebun pisang saat krisis ’98.

Satu-satunya yang benar-benar dilindungi oleh tarif ini tampaknya adalah sektor logistik, karena semua pihak sekarang harus memutar otak cari jalur baru buat ekspor-impor.

Tarif Impor: Bensin di Api Konsumen

Sementara itu, rakyat Amerika; yang katanya jadi alasan kebijakan ini, justru gigit jari. Harga barang naik, inflasi naik, dan isi dompet menyusut seperti jeans setelah salah cuci.

Tarif ini sukses besar: membuat rakyat Amerika membayar lebih untuk hal yang dulunya murah, dan memberi dunia alasan baru untuk menertawakan sistem yang katanya “paling efisien sedunia”.

Baca juga : Idul Fitri: Kembali ke Fitrah dan Takwa di Tengah Nestapa Gaza

Terima Kasih, Pak Trump

Jika niat Trump adalah menyatukan dunia, maka misi tercapai; hanya saja dunia bersatu untuk melawan dia.

Uni Eropa membalas dengan tarif setara $28 miliar, termasuk pada barang-barang kesayangan Amerika seperti bourbon dan Harley-Davidson. Tiongkok tak mau ketinggalan, langsung menyulut tarif 34% pada impor AS. Kanada, Inggris, bahkan Australia, yang biasanya hanya marah kalau kriketnya terganggu, kini ikut nimbrung dalam drama ini.

Ini seperti reuni PBB versi marah-marah: semua hadir, semua bawa daftar tuntutan, dan semua sepakat, “Cukup, Pak Trump!.”

Pulau Kosong Juga Kena Tarif

Salah satu momen paling absurd dari kebijakan ini adalah munculnya nama-nama seperti Svalbard, atau Pulau Heard dan McDonald dalam daftar negara yang dikenai tarif.

Apakah wilayah tak berpenghuni ini tengah mengancam ekonomi AS dengan ekspor es dan burung laut? Ataukah staf Gedung Putih sedang bermain roulette geopolitik di Wikipedia?

Jawaban tetap misterius, tapi yang jelas: ini bukan lagi kebijakan perdagangan, ini stand-up comedy internasional dengan anggaran triliunan dolar.

“America First” Menuju “America on Mute”

Tapi lelucon ini punya konsekuensi nyata. BRICS makin bersemangat meninggalkan dolar. Uni Eropa mulai bicara tentang “kolonialisme ekonomi” dari AS. Dan NATO? Ah, NATO sekarang seperti teman lama yang berpura-pura sibuk saat kamu kirim undangan ulang tahun.

Dalam satu dekade, bukan tidak mungkin dunia membangun sistem baru tanpa AS di tengahnya. Amerika masih kuat, ya, tapi mulai terdengar seperti orang keras kepala yang tidak diundang ke pesta, lalu bilang: “Saya juga nggak mau datang, kok.”

Trump dan Tarif; Sebuah Cinta Satu Arah

Kebijakan tarif ini bukan hanya soal ekonomi. Ini adalah refleksi dari sebuah gaya kepemimpinan yang lebih percaya pada ilusi dibanding data, lebih cinta headline daripada hasil. Dalam upaya membuat Amerika “menang lagi”, Trump mungkin telah mengajarkan dunia cara hidup tanpa Amerika.

Ironisnya, dunia kini lebih terintegrasi… hanya saja integrasi itu terjadi di luar lingkaran pengaruh AS.

Selamat datang di era baru globalisasi; tanpa pemandu lama di kursi pengemudi.

Oleh: Tim Redaksi Ahlulbait Indonesia

Referensi:

1. Al Jazeera. (2025). Trump’s reciprocal tariffs: How much will each country be hit?
2. Barron’s. (2025). Trump’s tariffs: A major blow to the world economy.
3. Politico. (2025). EU vows to retaliate against Trump’s 20 percent tariffs.
4. Reuters. (2025). Trump’s tariffs stoke global trade war as China, EU hit back.
5. The Guardian. (2025). Donald Trump hits Australian exporters with 10% tariffs in ‘liberation day’ speech.
6. The Guardian. (2025). China retaliates against Trump in trade war with 34% tariffs on US imports.
7. Vox. (2025). Trump’s tariff formula: Calculation, Russia economy, Dow S&P.
8. White House. (2025). Fact Sheet: President Donald J. Trump Declares National Emergency to Increase Our Competitive Edge, Protect Our Sovereignty, and Strengthen Our National and Economic Security.

Baca juga : Sudahkah Kami Menepati Janji?