Ikuti Kami Di Medsos

Opini

Mengapa Warga Keturunan Harus Lebih Mencintai Bangsa Indonesia?

Mengapa Warga Keturunan Harus Lebih Mencintai Bangsa Indonesia?

Oleh: Ust. Husein Alkaff (Anggota Dewan Syura ABI)

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan etnis, dan sebagian dari mereka adalah warga yang mempunyai garis keturunan dari luar Nusantara seperti Arab, Cina, India, Eropa dan lainnya. Mereka sekarang telah menjadi satu kesatuan yang terikat dalam Satu Bangsa dan Satu Bahasa, yaitu Indonesia.

Secara khusus warga keturunan Arab-Yaman (selanjutnya saya sebut Warga Keturunan) mempunyai hubungan yang sangat erat dengan suku-suku yang ada di Nusantara sejak beberapa abad yang lalu. Hubungan mereka dengan suku-suku Nusantara terjadi tidak sekedar hubungan dalam urusan perdagangan dan agama saja, tetapi melampaui hubungan keluarga sehingga dapat dipastikan bahwa pada setiap warga keturunan Arab-Yaman mengalir darah salah satu dari suku-suku itu, baik hubungan yang dekat maupun hubungan yang jauh. Sekedar contoh saja agar mudah dipahami. Saya pribadi lahir dari ayah dan ibu Warga Keturunan. Kemudian dari jalur ayah; ibu dari kakek saya dari suku jawa dan ibu dari nenek saya dari suku sunda. Sedangkan dari jalur ibu; nenek saya dari suku Sunda dan ibu kakek saya juga dari suku Sunda.

Berdasarkan realita tersebut, maka sudah seharusnya Warga Keturunan mencintai Indonesia; alam dan bangsanya. Namun, permasalahannya adalah “seandainya” mereka dihadapkan pada pilihan manakah yang lebih dicintai; Bangsa Indonesia atau Bangsa leluhur mereka, yakni Arab-Yaman ?

Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan tersebut tidaklah sulit, dan jawabannya adalah Bangsa Indonesia harus lebih dicintai dari Bangsa Arab-Yaman. Mengapa?

Setidaknya ada dua alasan mengapa Warga Keturunan harus lebih mencintai Bangsa Indonesia ketimbang Bangsa Arab-Yaman.

  1. Indonesia Tumpah Darah

Meskipun leluhur Warga Keturunan adalah orang Arab-Yaman, namun mereka lahir dan tumbuh berkembang di Indonesia.

Indonesia adalah bumi mereka berpijak, langit mereka beratap dan udara mereka menghirup. Mereka hidup dan makan dari sumber daya alam Indonesia. Sementara hubungan mereka dengan negeri leluhur mereka sebatas hubungan historis belaka. Mereka tidak hidup dan tidak makan di negeri leluhur mereka.

Kalau mereka diminta untuk memilih; tinggal di Indonesia atau di negeri leluhur mereka?, maka mereka akan memilih untuk tinggal di Indonesia karena selain Indonesia secara geografis mempunyai banyak kelebihan juga karena mereka adalah bagian dari Bangsa Indonesia bukan bagian dari Bangsa Arab-Yaman.

Kalaupun mereka mencintai tanah leluhur mereka, maka hal itu karena faktor ikatan historis semata. Bagaimana tidak ? Leluhur mereka yang sudah menginjakkan kakinya di bumi Indonesia tidak mau kembali ke tempat asal mereka kecuali sedikit saja.

Konon, jumlah Warga Keturunan dari kalangan sayyid (habib) yang berada di Indonesia lebih banyak dari jumlah mereka yang berada di Yaman (Hadramaut).

  1. Suku-suku Indonesia adalah Kerabat Warga Keturunan.

Ada hal yang menarik. Warga Keturunan menyebut suku-suku di Nusantara sebagai kerabat ibu (akhwal). Mengapa? Karena bisa dipastikan, sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa setiap dari mereka mempunyai hubungan keluarga dengan suku-suku yang ada di Indonesia.

Leluhur mereka yang datang ke Indonesia mengajarkan kepada anak-anaknya agar memanggil suku-suku itu dengan sebutan “akhwal” yang berarti kerabat ibu, karena mereka datang ke Indonesia tidak membawa perempuan, lalu mereka menikah dengan para wanita dari suku-suku itu.

Penyebutan “akhwal” kepada suku-suku lokal merupakan sebuah pilihan kata yang bijak, dan mengandung pesan yang penting dari para leluhur Warga Keturunan untuk Warga Keturunan agar mereka kelak menghormati dan mencintai kerabat mereka dari pihak ibu mereka.

Pesan penting ini sepatutnya dijaga dan dijalankan oleh mereka.

Saya yakin pesan ini terinsipirasi dari ajaran Islam yang secara tegas memerintahkan umatnya agar mencintai dan menghormati ibu lebih dari ayah.

Karena itu, mencintai dan menghormati Bangsa Indonesia harus lebih besar dari pada menghormati Bangsa Arab sebagai kerabat mereka dari pihak ayah (ammi) yang jauh di sana.

Jika ada Warga Keturunan tidak mencintai Bangsa Indonesia atau malah lebih mencintai Bangsa Arab berarti mereka tidak mencintai ibu mereka sendiri, dan dengan  itu mereka telah mengabaikan pesan leluhur mereka.

Adapun kita harus mengutamakan Bangsa Arab karena kaitannya dengan Islam, maka hal itu perlu penjelasan tersendiri.

Lebih Mencintai dan menghormati suku-suku yang ada di Indonesia tidak berarti membenci bangsa leluhur mereka. Bagaimanapun juga membenci dan menghina sebuah bangsa, apapun bangsa itu, dilarang dalam ajaran Islam.

Mencintai dan menghormati Bangsa Indonesia harus diwujudkan dengan menghormati budaya, bahasa dan tradisinya.

Kemudian ketika menghormati budaya, bahasa dan tradisi Bangsa Indonesia tidak berarti mereka harus mengikutinya, dan juga tidak berarti melarang mereka untuk mempertahankan budaya dan tradisi leluhur mereka dari pihak ayah.

Mengikuti dan mempertahankan sebuah budaya dan tradisi sejatinya sebuah pilihan; siapapun dan kelompok apapun berhak menjalankan tradisi dan budaya pilihannya. Dengan catatan selama budaya dan tradisi itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang bersifat absolut, dan tentunya akan lebih baik jika pilihan itu disesuaikan dengan lingkungan tempat tinggal sehingga hubungan mereka dengan kerabat ibu mereka lebih harmonis.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *