Opini
In Memoriam Syahid Qasim Sulaimani: Pahlawan yang Menghidupkan
In Memoriam Syahid Qasim Sulaimani: Pahlawan yang Menghidupkan
Orang mati tetapi menghidupkan orang lain? Ini memang tampak mustahil apabila kita menerima asumsi bahwa hidup hanyalah berkait dengan persoalan fisik atau jasad belaka. Padahal, hidup bagi manusia bukanlah melulu masalah makan dan minum, serta bertumbuh dan berkembangbiak.
Sungguh, masihkah kita setuju untuk mengatakan bahwa seseorang yang menghabiskan umurnya untuk hanya tidur serta menikmati makanan dan minuman, dia tetap manusia?
Sebaliknya, tanpa cita-cita dan semangat untuk berprestasi, seseorang tentu tak pantas disebut sebagai manusia. Ini lantaran, harapan dan cita-cita adalah bagian tak terpisahkan dari citra hidup kejiwaan (nafs) manusia. Perjuangan untuk bertahan hidup juga merupakan ciri kehidupan psikologis manusia. Termasuk juga keinginan untuk memperoleh perlakuan adil dari siapapun. Orang yang diam tatkala diperlakukan secara zalim, hakikatnya adalah mayat dalam arti yang sesungguhnya.
Benar, mengejar nilai keadilan bagi kehidupan pribadi adalah citra bagi kehidupan secara nafsiyah (kejiwaan) seseorang, yang tentu saja lebih tinggi dari kehidupannya secara fisik. Ini tentu dapat diterima oleh manusia berakal manapun. Orang seperti ini memiliki nilai kehidupan yang lebih adiluhung dan akan beroleh pujian dari siapapun.
Baca juga : APA KATA MASTER NASAB KELAS DUNIA TENTANG NASAB BANI ALAWI? Bagian II
Kendati demikian, citra kehidupan insani tidaklah berhenti hanya di taraf ini saja. Terkadang manusia berhasil keluar dari pusaran seputar dirinya. Dia tidak hanya tidak suka manakala diperlakukan secara tidak adil, tetapi dia juga memperjuangkan nilai keadilan bagi sesama, bahkan bagi seluruh umat manusia. Ini adalah datar kehidupan tertinggi nan adiluhung yang dapat digapai oleh manusia.
Ya, orang seperti ini adalah orang yang telah mencapai kehidupan ruhani yang sesungguhnya, yang universal, bahkan kehidupan yang bersifat ilahiah, seperti yang disabdakan oleh Sang Nabi saww, “Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah. “
Manakala telah seperti itu, maka perbuatannya pun akan merupakan pancaran sifat kasih sayang Allah Swt. Di peringkat tertinggi, tentu saja Rasulullah saww adalah kemuncaknya, diikuti oleh manusia-manusia suci di antara keluarga dan orang-orang dekatnya secara ruhaniah.
Lantas, mungkinkah itu dimiliki dan dicapai oleh orang-orang pada umumnya? Oleh manusia seperti kita? Ingin buktinya?
Baca juga : APA KATA MASTER NASAB KELAS DUNIA TENTANG NASAB BANI ALAWI?
Itulah dia Jendral Qasim Sulaimani, sang penghancur rencana-rencana jahat Amerika dan Zionis di seluruh dunia. Dengan kehidupan ruhaniah yang tak tertutupi oleh siapapun, dia menghabiskan kebanyakan waktunya di medan perang yang diciptakan musuh-musuh Islam dan kemanusiaan di mana-mana. Benar, dialah yang memotong tangan jahat Amerika dan Zionis yang berwujud ISIS di Suriah. Dia pulalah yang memobilisasi rakyat Irak untuk menghancurkan ISIS dan mengusir Amerika dari Irak. Perannya juga terbukti efektif di Yaman dalam membela diri dari agresor Saudi. Bahkan dia juga hadir di negeri-negeri yang jauh, yang ditindas oleh kaum arogan dunia, seperti di Venezuela, sebagaimana disampaikan oleh Presiden Maduro belum lama ini.
Dan, meminjam istilah pemimpin perlawanan Islam, Imam Ali Khamenei, yang mengatakan, “Dialah yang mengisi tangan bangsa Palestina sehingga mampu berdiri dan melakukan perlawanan.” Dialah pahlawan bagi bangsa Iran, kaum muslimin, dan seluruh umat manusia.
Memang, para pezalim dunia telah berhasil membunuhnya secara fisik dua tahun lalu, tetapi apakah Syahid Qasim Sulaimani wafat? Tidak, dia tidaklah mati, bahkan dia semakin hidup dan semakin menghidupkan manusia di manapun di seluruh belahan dunia. Sekarang, bangsa-bangsa tertindas di seluruh dunia semakin menyadari nilai dirinya justru setelah kematiannya. Poros perlawanan semakin kuat dan semakin menciutkan nyali kaum penindas dunia.
Sebuah ayat dalam al-Quran suci menyatakan, “Janganlah kalian menyangka orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Tidak, dia itu hidup di sisi Tuhannya dan beroleh rezeki. “
Benar, kita semua, termasuk bangsa Indonesia, harus mencapai kehidupan yang sesungguhnya dan tetap hidup selamanya. Semoga. (Jurnal Maula Tv)
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=CFMKV0I7vFU
Baca juga : “SYIAH” ABI