Opini
Hari Ini Seluruh Keputusan Strategis Dunia Berada di Teheran, Najaf, dan Sana’a

Oleh: Muhlisin Turkan
Pergeseran Pusat Keputusan Geopolitik Global
Selama lebih dari tujuh dekade, Amerika Serikat yang menjadi ‘Hansip Dunia’, dan sekutunya di Eropa menjadi pusat kendali utama dalam geopolitik dunia. Namun, perkembangan terbaru di Timur Tengah, terutama sejak konflik Israel-Hamas yang meletus pada 7 Oktober 2023, menandai pergeseran signifikan dalam dinamika kekuasaan global. Keputusan strategis yang menentukan masa depan dunia tidak lagi dibuat di Washington, London, Kremlin, atau Beijing, melainkan di Teheran, Najaf, dan Sana’a.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, pemimpin spiritual Irak, Ayatullah Ali Sistani, serta komandan Ansarullah Yaman, Abdul Malik al-Houthi, kini memainkan peran utama dalam menentukan arah geopolitik dunia. Pengaruh mereka meluas dari medan perang hingga meja perundingan, menggeser keseimbangan kekuatan global yang selama ini didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Kebangkitan Poros Perlawanan dan Dampaknya
Konflik Israel-Hamas menjadi titik balik dalam konstelasi politik global. Untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Israel menghadapi tekanan serius dari kekuatan multinasional yang beroperasi dalam satu kesatuan strategis. Tekanan ini tidak hanya terjadi di medan perang, tetapi juga dalam aspek ekonomi dan diplomasi.
Setelah lebih dari satu tahun pertempuran, gencatan senjata yang disepakati Israel dan Hamas bukanlah kemenangan bagi Barat. Sebaliknya, ini mencerminkan keberhasilan Iran dan sekutunya dalam mengonsolidasikan kekuatan mereka. Yaman, yang sebelumnya dipandang sebagai pemain sekunder, kini muncul sebagai faktor kunci dengan kemampuannya mengganggu jalur perdagangan internasional dan menekan ekonomi Barat.
Faktor-Faktor Kunci Pergeseran Kekuatan
1. Dominasi dalam Konflik Timur Tengah
Iran, Irak, dan Yaman memainkan peran strategis dalam mengubah dinamika perlawanan terhadap kepentingan Amerika dan sekutunya di kawasan. Iran secara aktif mendukung kelompok perlawanan di Palestina, Lebanon, dan Yaman, sementara Irak menjadi pusat pengaruh spiritual dan politik yang menghubungkan berbagai faksi di Timur Tengah.
Masuknya Yaman dalam perundingan damai Gaza memperlihatkan bagaimana Iran mampu mendikte arah negosiasi global.
2. Kontrol atas Pasokan Energi dan Jalur Perdagangan Global
Ansarullah Yaman telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas militer dan strategis untuk mengontrol jalur perdagangan minyak dan gas dunia.
Serangan terhadap kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel dan sekutunya di Laut Merah telah mengganggu rantai pasokan energi global, menyebabkan kenaikan harga minyak dan menambah ketidakstabilan ekonomi di Barat.
3. Ketidakstabilan Politik di Amerika dan Eropa
Amerika Serikat dan sekutunya menghadapi berbagai tantangan internal, termasuk ketidakstabilan ekonomi, perpecahan politik, dan hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan mereka.
Protes besar-besaran terhadap kebijakan luar negeri AS, terutama dalam mendukung Israel, telah menciptakan tekanan domestik yang semakin memperlemah posisi Washington di kancah global.
4. Aliansi Rusia-China-Iran dan Dampaknya terhadap Dunia
Rusia terus memperkuat posisinya di Ukraina, sementara China semakin agresif dalam membangun kemitraan strategis dengan negara-negara di Timur Tengah dan Global South.
Iran, sebagai bagian dari poros Timur, mendapatkan keuntungan strategis dari melemahnya pengaruh Amerika dan NATO di Eropa Timur dan Asia-Pasifik.
Baca juga : Menjaga Api Gaza, Menyulut Nyala Yaumul Quds
Dunia Sedang Berubah: Tatanan Dunia Baru Muncul
Jika tren ini terus berlanjut, maka untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, Amerika Serikat akan kehilangan dominasinya sebagai penguasa tunggal geopolitik dunia.
Aliansi antara Iran, Rusia, China, serta kelompok perlawanan di Timur Tengah menciptakan tatanan dunia baru yang semakin menggerus dominasi Barat. Konsep “Pax Americana” yang selama ini menjadi dasar kebijakan luar negeri AS kini berada di ambang kehancuran.
Sadar akan ancaman ini, Amerika Serikat dan Israel berupaya menekan Iran melalui berbagai cara, termasuk infiltrasi politik dan ancaman militer langsung. Namun, Iran dan sekutunya tetap berpegang teguh pada strategi jangka panjang mereka untuk memastikan bahwa pengaruh mereka terus tumbuh di tingkat regional dan global.
Masa Depan Ditentukan di Timur
Hari ini, keputusan-keputusan strategis yang akan membentuk masa depan dunia tidak lagi dibuat di Gedung Putih, Kremlin, atau Zhongnanhai. Sebaliknya, pusat pengambilan keputusan kini berada di tangan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Khamenei, Ayatullah Ali Sistani di Irak, serta Abdul Malik al-Houthi di Yaman.
Mereka bukan hanya pemimpin regional, tetapi juga arsitek utama dalam setiap pergeseran geopolitik dunia. Keputusan mereka menentukan arah masa depan konflik dan perdamaian, stabilitas ekonomi energi, serta keseimbangan kekuatan internasional. Era dominasi tunggal Amerika Serikat semakin mendekati ajalnya, dan dunia kini berada di persimpangan sejarah yang akan menentukan arah abad ke-21.[]
*Catatan:
Istilah Pax Americana merujuk kepada era dominasi dan pengaruh global Amerika Serikat, terutama dalam bidang politik, ekonomi, dan militer, yang dianggap membawa stabilitas dan perdamaian relatif di dunia. Istilah ini terinspirasi dari konsep-konsep serupa seperti Pax Romana (masa damai di bawah kekuasaan Romawi Kuno) dan Pax Britannica (masa damai selama hegemoni Britania Raya pada abad ke-19).
Pax Americana sering dikaitkan dengan periode setelah Perang Dunia II, ketika Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan superpower utama. Melalui institusi seperti PBB, NATO, dan sistem ekonomi global yang dipimpin oleh AS (misalnya, Bretton Woods), Amerika Serikat memainkan peran sentral dalam menjaga tatanan internasional. Namun, istilah ini juga sering dikritik karena dianggap mencerminkan hegemoni AS yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan atau intervensi di berbagai wilayah.
Baca juga : Menghidupkan Malam Lailatul Qadar: Momentum Spiritual untuk Kembali ke Cahaya