Opini
APA KATA MASTER NASAB KELAS DUNIA TENTANG NASAB BANI ALAWI?
APA KATA MASTER NASAB KELAS DUNIA TENTANG NASAB BANI ALAWI?
Oleh Ketua Umum Ahlulbait Indonesia: Habib Zahir bin Yahya bin Hasyim bin Umar bin Thaha bin Hasan (Bin Yahya)
Syahdan, di suatu negeri antah berantah, berlaku pameo “aku ada karena aku gaduh”. Artinya, kegaduhan sebagai fenomena, ternyata tidak senaif yang dibayangkan. Tak lagi hanya akibat dari adanya masalah yang dianggap besar atau serius. Ternyata, “gaduh” juga bisa direkayasa dan diproduksi (terus menerus) kapan saja diperlukan.
Ganjil? Memang. Tapi itu bagi orang waras. Bagi para pelakon, semua itu justru normal, atau malah ideal. Sayang, keganjilan yang dianggap normal itu kini menular ke negeri nyata seperti Indonesia. Saya akan ceritakan salah satu ‘kegaduhan” yang sebenarnya sepele tapi bisa sangat mudarat bagi rakyat dan bangsa Indonesia jika dibiarkan, tentu saja.
Bermula dari perjalanan saya bersama keluarga ke Republik Islam Iran di bulan Ramadhan kemarin. Saya menginjakkan kaki di bumi sejuta ulama itu untuk menyambut momen kehadiran cucu pertama. Sungguh saat itu saya merasakan bahagia yang sulit diungkap kata-kata.
Selama di sana, hari-hari saya harus berjuang mencari koneksi internet yang situasinya ‘timbul tenggelam’ dan tidak stabil. Maklum, akibat peristiwa kerusuhan beberapa waktu lalu, Pemerintah Republik Islam masih harus tetap membatasi pemanfaatan Internet sampai waktu yang tidak ditentukan. Di sela-sela itulah, saya dikejutkan oleh kabar viral dan sedang trending di platform youtube.
Seorang kyai yang, konon, punya minat dalam telaah nasab, tiba-tiba mengangkat isu yang tidak lazim. Nasab keluarga Ba’alawi di Indonesia, katanya, terputus. Itu terjadi kata dia, karena sosok bernama Sayyid Abdullah/ Ubaidillah ‘tidak terkonfirmasi’ keberadaannya sebagai putra Sayyid Ahmad bin Isa al-Muhajir. Sudah umum diketahui, Sayyid Alwi putra Ubaidillah putra Ahmad al-Muhajir adalah akar rumpun sekaligus penghubung nasab mereka kepada Rasulullah saw melalui jalur Imam Husain, Imam Ali bin Abi Thalib, dan Sayidah Fatimah ‘alaihimus salam.
Pernyataan kyai itu sontak menyulut pro kontra. Perdebatan di ruang publik pun semakin liar dan tak kenal juntrungan. Gejala ini menunjukkan perdebatan itu seperti sengaja digiring menuju kegaduhan. Sebaliknya, belum terlihat tanda-tanda masalah itu akan didudukan dalam ruang telaah ilmiah.
Menariknya lagi, sejumlah nama yang disebut-sebut sebagai rujukan dalam perdebatan ini tak lain dari tokoh-tokoh ilmuwan yang berasal atau bahkan tinggal di Republik Islam Iran. Di antaranya:
1. Muhammad Kazhim Mahmudi, peneliti kitab Tahdzib al-Ansab dll.
2. Sayyid Mahmud Mar’asyi, pengawas penelitian kitab Tahdzib al-Ansab, al-Majdi, al-Fakhri dll
3. Sayyid Mahdi Raja’iy, peneliti kitab ‘Umdah ath-Thalib, kitab asy-Syajarah al-Mubarakah dll
4. Ayatullah al-Mar’asyi, an-Najafi, pakar nasab dan guru tiga nama diatas
Bersama keluarga, saya melakukan sejumlah aktivitas di Iran. Utamanya, berziarah ke pusara suci Imam Ali Ridha as di Mashad, provinsi Khurasan serta pusara para zuriyah Rasul di kota tua Naisabur, Tehran, dan Qom. Maka di sela-sela semua itu, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi seorang pakar nasab yang telah menulis puluhan karya ilmiah. Pakar yang juga pengawas Dar an-Naqabah, Iran, itu adalah Ayatullah Sayyid Mahdi Raja’iy.
Baca juga : Mengapa Harus Mencintai Keturunan Nabi?
Niat utama saya adalah bersilaturahmi dengan ulama besar yang telah mendedikasikan hidupnya untuk berkarya di bidang ilmu agama. Beliau juga menghabiskan beberapa dekade dari kehidupan ilmiahnya untuk menekuni bidang ilmu nasab. Silaturahmi itu pun saya manfaatkan untuk mendiskusikan kabar viral di Tanah Air bersama beliau. Saya berharap mendapat masukan berguna, khususnya soal bagaimana menyikapi polemik dan kegaduhan yang terjadi.
Ditemani sejumlah mahasiswa senior yang tengah aktif menuntut ilmu di kota Qom, saya metemui Ayatullah Mahdi Raja’iy di kantornya yang juga merupakan pusat penelitian nasab dan Dar an-Naqabah di Iran.
Sulit bagi saya untuk menepis kesan saat pertama kali bertatapan wajah dengan sang Ayatullah. Terlihat, beliau benar-benar sosok ulama yang amat bersahaja, rendah hati, dan tulus.
Dari surban hitam yang menghiasi kepalanya, beliau dikenali sebagai zuriyah Rasulullah saw. Beliau juga benar-benar menghormati tamu yang datang. Dengan sabar dan telaten, beliau menyimak semua pertanyaan yang kami lontarkan.
Saat menjawab, ulasan beliau begitu runut dan sistematis. Karenanya kami sangat teryakinkan, beliau benar-benar pakar dalam ilmu agama, khususnya lagi di bidang ilmu nasab yang telah ditekuninya selama beberapa dasawarsa sebagai murid dekat al-Marhum Ayatullah al-Mar’asyi an-Najafi.
Siapa tak kenal Ayatullah Mar’asyi? Beliau adalah seorang marja’ sekaligus pakar nasab (nassabah) pada zamannya dan pemilik perpustakaan yang menyimpan ribuan manuskrip serta ratusan ribu kitab dan referensi kuno hingga yang mutakhir.
Baca juga : Anak Cucu Keturunan Nabi Muhammad Saw di Indonesia
Ayatullah Mahdi Raja’iy sendiri lahir di Isfahan, 21 Maret 1957. Nasabnya sampai pada Imam Ali Hadi as (Imam ke-10 umat Syiah) dalam 27 silsilah. Sayid Mahdi Raja’iy merupakan ulama ahli di bidang Ushul Fiqh, Rijal, Tarajim dan Nasab. Hingga sekarang beliau adalah ketua bidang penelitian nasab di Iran. Berikut adalah beberapa diantara karya tulis dan hasil penelitiannya:
1- تحفة الطالب فى انساب آل ابىطالب (١١ مجلدا)؛
2- المعقبو ن من آل ابىطالب (٣ مجلدات)؛
3- الأدباء من آل ابىطالب (٣ مجلدات)؛
4- المحدثون من آل ابىطالب (٣ مجلدات)؛
5- الفخرى فى انساب الطالبيين؛
6- الأصيلي فى انساب الطالبيين؛
7- البيان الجلى؛
8- المحاسن برقى؛
9- الشجرة المبارکة الفخر الرازى؛
10- الشجرة الطيبة؛
11- لب الانساب و الالقاب؛
12- عمدة الطالب؛
13- سراج الانساب؛
14- سفينة النجاة تنكابنى
15- عين الحياة؛
16- غرر الحكم و درر الكلم؛
17- التذكرة؛
18- الطوائف؛
19- المستطابة؛
20- المقتطفات؛
21- الفوائد الطريفة؛
22- المؤتلف من المختلف طبرسى؛
23- الشهاب الثاقب فى بيان معنى الناصب؛
24- النفخة العنبرة يمانى موسوى؛
25- الكواكب المشرقة؛
26- ايضاح ترددات الشرائع؛
27- تحفة الابرار؛
28- تحفة لب اللباب؛
29- تلخيص الخلاق صيمرى؛
30- جامع الشتات خواجويى؛
31- جلاء العيون؛
32- حقائق الايمان شهيد ثانى؛
33- مفاتيح الشرائع؛
34- مشرق الشمسين بهايى؛
35- معراج اهل كمال ماجوزى؛
36- مفاتيح الغيب مجلسى؛
37- ملاذ الاخبار علامه مجلسى؛
38- نهاية الاحكام علامه حلى.
39- در محضر دولت؛
40- مجموع الغرائب و موضوع الرغائب؛
41- الاربعين فى امامة الائمة(ع)؛
42- الاربعون حديثا خواجويى؛
43- المناظرة المأمونية خواجويى؛
44- الدرر الملتقطة خواجويى؛
45- الفوائد الرجالية خواجويى؛
46- الرسائل الاعتقادية خواجويى؛
47- الرسائل الفقهية خواجويى؛
48- الرسائل العشر ابن فهد؛
49- رسالة فى الاعتقادات مجلسى؛
50- رسالة اجوبة المسائل ميرزا محمد حفيظ؛
51- رسالة نوروزيه؛
52- رسائل الشريف المرتضى؛
53- سه رساله درباره حجة بن الحسن؛
54- مجموعة رسائل اعتقادى مجلسى؛
55- الرسائل الرجالية؛
56- طوائف المقال فى معرفة طبقات الرجال؛
57- التعليقة على اختيار معرفة الرجال؛
58- التعليقة على اصول الكافى؛
59- الشرح الصغير صاحب رياض؛
60- المقتصر من شرح المختصر؛
61- شرح صحيفه سجاديه سيد داماد؛
62- اجوبة المسائل الهندیة مجلسى؛
63- ارشاد الطالبين فاضل مقداد؛
64- المنتخب من تفسير القرآن ابن ادريس؛
Sebelum memulai percakapan dengan Ayatullah Sayyid Mahdi Raja’iy, ada hal menarik yang kami dengar dari beliau. Saat itu beliau menanyakan kami yang datang berasal dari marga/keluarga apa saja di antara keluarga sadah (zuriyah Nabi) yang menyebar di Indonesia. Spontan kami menjawab bahwa kami berasal dari marga bin Yahya, al-Hamid dan bin Syihab. Kendati dalam hati, kami berbisik bahwa ke-sayyid-an kami tengah dipertanyakan oleh sebagian orang di Indonesia. Karenanya, kami mengharapkan konfirmasi dari beliau sebagai master nasab kelas dunia.
-Berlanjut ke bag. 2 APA KATA MASTER NASAB KELAS DUNIA TENTANG NASAB BANI ALAWI? Bagian II
Baca juga : Dakwah Damai dan Pribumisasi Keturunan Ahlulbait di Nusantara