Berita
BNPB: Indonesia Rawan Gempa
Warga mulai berhamburan dan keluar dari rumah mereka masing-masing saat gempa dengan kekuatan 7,2 SR terjadi di tenggara Memberamo Raya, Papua pada Selasa (28/7) pagi. Akibatnya seorang hilang, 2 rumah rusak ringan, 1 rumah rusak berat, 1 gudang swasta rusak ringan, 1 rumah sakit bergerak rusak ringan dan terjadi pergeseran tanah sepanjang sekitar 50 meter.
Pada Sabtu (25/7) sebelumnya gempa juga terjadi di Ciamis dengan kekuatan 5,7 SR dan pada hari Minggu (26/7) esoknya, gempa terjadi di pesisir selatan Jawa Timur dengan kekuatan gempa 6,3 SR.
Gempa yang sering dirasakan oleh masyarakat Indonesia di berbagai tempat adalah sebuah hal yang alami.
Hal itu disampaikan. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si, APU dalam siaran persnya di kantor BNPB Jakarta Timur, Selasa (28/7).
“Ini dikarenakan kita berada di jalur Subduksi, yaitu pertemuan antara lempeng daratan, lempeng Eurasia dengan lempeng Hindia-Australia,”terang Sutopo.
Tabrakan lempengan tersebut akan menimbulkan patahan yang mengakibatkan pergeseran tanah dan melepaskan energi yang menjadi gempa yang kita rasakan.
Di Sumatera pergeseran tanah pertahun tercatat 5-7 cm, sedangkan di Papua pergeseran tanah adalah 12 cm pertahun.
“Maka sudah wajar bila tiap hari gempa,”kata Sutopo. “Yang penting jangan kenceng-kenceng,” tambahnya.
Sejumlah energi gempa sudah terlepaskan seperti yang terjadi di Aceh dan berkekuatan 9,3 SR, tahun 2004. Di Nias berkekuatan 8,5 SR, tahun 2005. Di Lampung-Bengkulu lepas pada tahun 2000-2007. Sedangkan di sejumlah wilayah masih terkunci, salah satunya adalah di Mentawai, Sumatera Barat.
Menurut Sutopo, penelitian yang dilakukan oleh LIPI dan riset dari Singapura, masih ada energi sebesar 9 SR. Jika melihat siklus gempa 200 tahunan, maka sudah masuk tahunnya tapi waktu pasti terjadinya masih belum diketahui.
“Jika benar terjadi maka akan langsung disusul tsunami,” terang Sutopo.
Tsunami akan terjadi 5 menit setelah gempa dan akan mencapai pantai barat Sumatera antara 25 hingga 30 menit.
“Jadi waktu kita untuk menyelamatkan diri adalah selama 30 menit,”terang Sutopo.
Di pulau Jawa sendiri juga sama, pergeseran tanah pertahun akibat pertemuan lempeng lebih cepat daripada di Sumatera yaitu 7 cm pertahun. Energi yang sudah lepas dan menjadi gempa adalah di wilayah selatan Pangandaran dan Banyuwangi yang telah menyebabkan tsunami. Sementara wilayah di antara Pangandaran dan Banyuwangi belum diketahui berapa besar energi yang masih belum terlepaskan.
“Dalam catatan sejarah 165 tahun hingga hari ini, kita tidak tahu di wilayah antara Pangandaran dan Banyuwangi dulu pernah terjadi apa?”pungkas Sutopo. (Lutfi/Yudhi)
Continue Reading