Berita
Bijak dan Hemat Sambut Tahun Baru
Tradisi umum menyambut Tahun Baru Masehi biasa dilakukan masyarakat dengan pesta aneka kembang api, dari harga puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.
Bayangkan jika kembang api ditembakkan ratusan kali di ratusan tempat. Ambil contoh, paket pesta kembang api 3.304 kali ledakan seharga 2,8 juta rupiah di seratus tempat berbeda, maka bisa dipastikan 280 juta rupiah bakal terbuang percuma. Belum lagi tiap rumah di lingkungan RT, RW, Kelurahan, dan Kecamatan yang juga membeli kembang api seharga puluhan ribu rupiah.
Sebaliknya, jika uang 280 juta itu dikirimkan ke Palestina, maka akan dapat melengkapi alat-alat kesehatan di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang peresmiannya akan dilakukan akhir tahun 2015 ini.
Tradisi pemborosan uang di tengah krisis ekonomi yang melanda negeri ini mungkin sudah saatnya segera dihapuskan.
Dalam konteks Indonesia, harus ada komitmen bersama yang didukung oleh Peraturan Pemerintah. Komitmen bersama antar warga untuk tidak menyelenggarakan perayaan Tahun Baru akan sia-sia jika Pemerintah lokal maupun Nasional justru menggelontorkan dana APBD dan APBN untuk perayaan yang konon lebih banyak madarat daripada manfaatnya itu.
Bagaimana masyarakat di negeri-negeri lain merayakan Natal dan Tahun baru mereka?
Di penghujung tahun 2014, sekitar 200 ribu pekerja di Jepang menyelenggarakan doa bersama demi menyongsong resolusi baru di tahun 2015.
Sedangkan umat Kristen Ortodoks Rusia merayakan Natal dan Tahun Baru mereka dengan khusyuk di Gereja Katedral Moskow.
Berkaca dari dua tradisi baik di Jepang dan Rusia, bagaimana dengan Indonesia? Apakah bangsa yang kaya dengan tradisi Islam Nusantara ini harus meleburkan dirinya dengan tradisi hedonisme? Mulai dari pesta kembang api, hingga pesta ‘keperawanan’. Dari pesta minum-minuman keras hingga pesta narkoba.? (Abu Ali Ridho/Yudhi)