Berita
Bersama Anak Korban Diskriminasi di Hari Anak Internasional
Sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Hak Anak dalam bentuk Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1996 yang berkomitmen pada pemajuan dan perlindungan hak-hak anak, maka sewajarnya tidak ada lagi hak-hak anak di Indonesia ini yang tidak terpenuhi.
Namun pada kenyataannya, sangat jelas di depan mata kita bagaimana penderitaan anak-anak yang hingga saat ini tinggal di pengungsian akibat permasalahan sektarian dan juga banyak anak-anak yang tidak dapat menjalankan kegiataan keagamaan mereka.
Maka dari itu, peringatan Hari Anak Internasional pada Sabtu, 22 November 2014 kali ini, Jaringan Advokasi Peduli Anak yang terdiri dari sejumlah LSM seperti LBH Jakarta, ANBTI, ICRP dan beberapa LSM lainnya menggelar acara peringatan Hari Anak Internasional di LBH Jakarta.
Demi solidaritas terhadap anak-anak yang masih menjadi korban kebijakan ataupun tindakan masyarakat dan negara, Jaringan Advokasi Peduli Anak menggelar peringatan Hari Anak Internasional bersama anak-anak korban diskriminasi agama seperti Jamaah Ahmadiyah, Muslim Syiah Sampang, Penghayat Kepercayaan, GKI-Yasmin-HKBP Filadelfia dan sejumlah anak korban diskriminasi lainnya.
Nia Sjarifudin, Sekjen Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) yang termasuk dalam Jaringan Advokasi Peduli Anak dalam wawancara dengan ABI Press menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan kali ini merupakan kegiatan yang kedua kalinya dengan beberapa tujuan.Pertama, adalah untuk melakukan trauma healing bagi anak-anak yang sudah terbiasa dengan kekerasan yang dilakukan oleh banyak pihak.
Kedua, untuk memutus dendam karena mereka mungkin masih merasa ada pembiaran dari pemerintah terkait kekerasan yang mereka alami selama ini.
Ketiga, berusaha membangun semangat motivasi anak-anak untuk tetap bangga menjadi Indonesia, untuk tetap ingat negara ini adalah negara Bhinneka Tunggal Ika dan berideologi Pancasila.
Keempat, sebagai bentuk aspirasi anak-anak yang disiapkan untuk dapat disampaikan kepada Presiden Joko Widodo sebagai sebuah bentuk harapan dan dorongan agar janji Nawa Cita Joko Widodo saat kampanye dapat segera dilaksanakan.
“Ini menjadi hutang peradaban kita semua bagi anak-anak Indonesia untuk bisa bersama-sama melihat masa depan yang lebih baik,” ujar Nia.
Acara yang berlangsung dari pagi hingga sore tersebut diwarnai dengan gelak tawa dan canda anak-anak serta sejumlah game yang dimainkan bersama panitia mencairkan seluruh kebekuan dan sekat keyakinan yang selama ini dipertikaikan oleh sebagian orang dewasa. (Lutfi/Yudhi)
Continue Reading