Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Beratnya Status Ulama

Ketika seorang selebritis melakukan perbuatan tidak pantas, kontan kabar itu akan ramai dan disorot khalayak. Kendati begitu, akibat dari perbuatannya lebih banyak mendera dirinya sendiri ketimbang terhadap orang lain, apalagi orang banyak.

Berbeda kasusnya jika yang berbuat tak pantas itu seorang ulama. Niscaya itu akan jadi sorotan masyarakat. Parahnya lagi, tindakan itu tak hanya merusak dirinya sendiri, tapi juga mencoreng paras Islam di mata masyarakat.

Maka dari itu sangat ditekankan agar seseorang yang menyandang status ulama untuk menjaga tingkah lakunya. Jangankan untuk hal-hal haram, untuk semua hal yang mubah pun selayaknya dihindari.

Patut diingat, masyarakat awam tidak akan melihat kesalahan yang diperbuat seorang ulama sebagai kasus individu. Sebab, masyarakat melihatnya sebagai mewakili keulamaan.

Jadi, penting disadari, tugas para ulama dan pelajar agama pada umumnya tidaklah ringan. Ini sebagaimana diungkap sejumlah hadis yang merangkum informasi yang padat dan menggugah perihal tuga-tugas para ulama, di antaranya:

1. Dari Abi Bashir berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah as berkata, ‘Wahai pencari ilmu, sesungguhnya ilmu itu memiliki keutamaan-keutamaan yang melimpah; kepalanya adalah ketawadhuan, matanya adalah bersih dari hasud, telinganya adalah pemahaman, lisanya adalah kejujuran, hatinya diisi niat yang bersih, akalnya adalah pengetahuan akan segala sesuatu yang digerakkan untuk berziarah kepada para ulama, semangatnya bersih, hikmahnya penuh kewarakan. Kendaraannya adalah kejujuran, senjatanya adalah kata-kata yang lembut, pedangnya adalah kerelaan, busurnya adalah sikap toleran, pasukannya adalah selalu berdiskusi dengan para ulama, mata airnya adalah amanat, dalilnya adalah petunjuk, sahabatnya adalah kecintaan kepada yang baik.”

2. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Apa yang diperhitungkan Allah terhadap para ulama adalah agar mereka tidak melayani kezaliman kaum zalim dan tidak membawa kesulitan kepada kaum yang dizalimi.”

3. Raulullah Saw bersabda, “Ada dua golongan dari umat yang jika keduanya baik, maka umatku akan menjadi baik dan jika keduanya buruk, maka umatnya juga akan menjadi buruk. Kedua golongan itu adalah ulama dan penguasa.”

Perbuatan buruk yang ditimbulkan oleh perbuatan seorang alim (orang berilmu) lebih berat dampaknya jika dibandingkan perbuatan si jahil (orang bodoh). Seorang alim yang perbuatannya melenceng pasti akan menyesatkan semua umatnya. Begitu juga dengan seorang alim yang menampilkan akhlak mulia, selalu merawat kesucian dirinya dan etika-etika Islam, tentu akan menjadi panutan umatnya.

Imam Khomeini bercerita bahwa beliau pernah bertemu dengan orang-orang saleh, senantiasa menjaga diri di tempat-tempat yang pernah dikunjunginya pada musim-musim panas. Yang menjadi sebab kesalehan mereka ternyata, lantaran sebelumnya di tempat-tempat itu, terdapat seorang alim yang saleh dan ahli takwa.

Seringkali keberadaan seorang alim yang saleh di suatu tempat akan membawa pengaruh sangat baik terhadap lingkungannya.

Beliau mengatakan bahwa kawasan yang ditempati ahli warak dan takwa akan berbeda dengan kawasan yang dihuni para ulama yang menyeleweng. Di kawasan ahli warak, para penghuninya rata-rata orang saleh, sementara di kawasan hunian ulama yang menyeleweng, lumrah ditemukan para pembual yang menyesatkan. Mereka bahkan akan nekat menjadikan masjid sebagai warung untuk berdagang.

Memperjual-belikan agama dan belajar sekadar mencari ilmu tanpa mau mengamalkannya akan menjelma sebagai bau menjijikan yang akan menyengat penciuman penghuni neraka. Perbuatan-perbuatan keliru yang dilakukan seorangi alim di dunia ini akan berubah menjadi bau (busuk) yang menganggu di akhirat. Bau (busuk) ini bukan sesuatu yang kelak akan tercium di akhirat saja, tapi juga sejak di dunia ini sendiri. Hanya saja, indra penciuman pnduduk dunia belum mampu mengendusnya.

Seorang ustadz (guru agama) yang fasik akan menyeret penduduk dunia pada jurang kerusakan. Jadi, jika ustadznya rusak, masyarakatnya juga akan ikut rusak. Jadi, baik dan buruknya penduduk dunia ini sesungguhnya bergantung dari baik dan buruknya para ulama.

Sumber: Imam Khomeini, Manajemen Nafsu

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *