Berita
Bendahara DPP ABI : Agenda APEC Hanya Menguntungkan Negara Maju
Jakarta – Puncak Konferensi Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dimulai Senin pagi (7/10/2013) di Hotel Sofitel Nusa Dua Bali. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memimpin dan membuka pertemuan antara APEC Business Advisory Council (ABAC) dengan seluruh pemimpin negara Asia Pasifik. Para pemimpin APEC yang hadir seperti dua pemimpin negara wanita yaitu Perdana menteri Thailand, Yingluck Shinawatra dan Presiden Korea Selatan, Park Geun Hye.
Bendahara Umum Dewan Pengurus Pusat Ahlulbait Indonesia (ABI) Naufal Ali, SE, MT memberikan pandangannya melalui email yang dikirimkan ke redaksi media ABI. Berikut pandangannya :
APEC, siapakah yang diuntungkan?
APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik) yang didirikan pada tahun 1989 dan bertujuan memajukan pertumbuhan ekonomi anggotanya dengan mendasarkan liberalisasi perdagangan diantara anggotanya, pada kenyataannya belum memberikan hasil positif bagi Indonesia bahkan dapat menjadi ancaman bagi industri dalam negeri khususnya industri kecil dan menengah dan pada gilirannya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Defisit neraca perdagangan Indonesia yang terjadi sejak Januari 2013 hingga Juli 2013 memperlihatkan telah terjadi penguatan pertumbuhan impor dan pelemahan pertumbuhan ekspor Indonesia, yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor melemahnya nilai rupiah.
Penguatan impor tidak hanya terbatas pada barang-barang modal bahkan juga terjadi pada barang-barang konsumsi yang meliputi makanan, sandang dan hasil kerajinan, yang notabene produk-produk impor tersebut menjadi ancaman bagi eksistensi poduk-produk lokal yang merupakan tulang punggung industry rakyat.
Sebagai contoh kita bisa melihat industri batik dan mebel yang merupakan industry rakyat, saat ini dengan liberalisasi perdagangan maka produk-produk impor dari China membanjiri pasar lokal dengan harga yang jauh lebih murah, dari tahun ke tahun meningkat jumlahnya hingga mulai mendesak produk lokal yang merupakan industry kerakyatan yang berbasis padat karya dan menjadi andalan bagi jutaan penduduk Indonesia khususnya di Jawa.
Seharusnya Pemerintah memberikan proteksi dan keberpihakan terhadap produk-produk lokal yang berbasiskan industri kecil dan menengah, apalagi produk – produk yang sudah menjadi Identitas Indonesia seperti Batik. dan pemerintah tidak melakukan pembiaran terhadap arus barang-barang impor yang akan menghancurkan industry lokal.
Liberalisasi yang menjadi agenda APEC hanya akan menguntungkan Negara-negara maju untuk memperoleh akses pasar yang lebih luas di Negara-negara sedang berkembang yang hanya mengandalkan ekspor sumber alam dan minim nilai tambahnya.