Berita
Belajar Kreatif dan Mandiri dari Trimah, Si Pelukis Batik Samparan
Seringkali kita menjumpai beberapa kawan telah benar-benar lupa dengan keadaan dirinya yang sesungguhnya berada dalam kesempurnaan fisik. Dan sebenarnya pula dengan kesempurnaannya itu, apapun bisa dilakukan demi pengembangan diri. Bukan malah sebaliknya, dia terus menempatkan diri pada situasi yang seolah-olah berada dalam penderitaan yang menyedihkan. Bahkan apa yang keluar dari dirinya sedikitpun tidak lepas dari berkeluh-kesah belaka. Ada saja alasan sebagai penguat bahwa dirinya adalah orang yang paling menderita sejagat. Seolah benar-benar lupa jika kondisi fisiknya itu adalah satu kelebihan yang seharusnya disyukuri karena merupakan modal besar bagi pengembangan dirinya.
Lihatlah Trimah, warga Tonoboyo Krajan RT 004 RW 001 Bandongan Magelang, yang terlahir dengan fisik berbeda. Tidak ada apapun yang menghalangi aktivitas wanita ini meski dengan kondisi fisik tanpa kedua tangan.
Bukan hanya semua pekerjaan rumah bisa dia kerjakan, bahkan dengan bersemangat dia juga belajar melukis batik dengan kakinya. Hingga pada akhirnya tidaklah sia-sia semangatnya dalam belajar melukis batik itu, karena kemudian banyak berdatangan pesanan lukisan batiknya disebabkan dia juga tidak bosan-bosannya memamerkan lukisannya di acara-acara yang mengundang kerumunan orang. Pada akhirnya, lukisan batiknya itu pun dikenal dengan nama Batik Samparan.
“Sudah dua tahun saya menyeriusi lukisan batik ini, dan sudah banyak pesanan yang datang. Semua saya lakukan sendiri,” ujar wanita kelahiran 15 April 1990 itu.
Ketika ditanya tentang perasaannya tentang kondisi fisiknya itu, Trimah menjawabnya dengan tertawa sambil mengatakan bahwa kondisinya itu justru yang telah membuat dirinya terkenal sebagai satu-satunya orang yang memproduksi Batik Samparan.
“Meski tanpa kedua tangan, saya tidak merasa minder atau gimana gitu. Saya tetap bisa melakukan apapun, kok,” katanya.
Sejak awal pertemuan, wanita yang terbiasa melakukan apapun sendiri itu terlihat tetap bersemangat sambil terus melukis batik dengan kakinya.
Sesuatu yang sebenarnya cukup ironis adalah, ketika itu Trimah sedang memamerkan kemampuannya melukis dengan kaki sambil menjual hasil lukisannya itu di area acara Job Fair Jateng 2016 di Magelang.
Dengan kekurangan fisiknya Trimah menunjukkan kepada banyak orang bahwa dirinya tetap bisa melakukan sesuatu yang menghasilkan. Dan dia menunjukkan hal itu kepada ribuan orang yang sibuk melamar pekerjaan di ratusan perusahaan.
Sebuah pertanyaan besar sesungguhnya, adakah mereka yang sempurna secara fisik itu belajar dari kreativitas dan kemandirian Trimah? (Malik Az/Yudhi)