Berita
Belajar Dermawan dari Imam Hasan
Di bulan suci Ramadhan, Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta mengadakan peringatan milad insan suci cucunda nabi, Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Bertempat di aula ICC, Sabtu (16/6), acara berlangsung khidmat, dihadiri ribuan umat Islam dari berbagai kalangan.
Hikmah milad atau tausiyah disampaikan oleh dua orang penceramah. Ustaz Fuad Hadi menyampaikan hikmah maulid menjelang buka puasa bersama, dan Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat menyampaikan hikmah maulid pada malam harinya.
Al Hasan tumbuh dalam pelukan kesucian Rasulullah (Sayyidul Mursalin), dalam pelukan kehangatan ibunda Fathimah (Sayyidatunnisa’il awwalin wal akhirin), dan dalam didikan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (Sayyidul washiyyin). Imam Hasan besar dalam bimbingan dan pendidikan insan-insan suci yang tidak ada dalam keluarga manapun.
Banyak keteladanan dalam diri Imam Hasan yang tak mampu terlukiskan secara keseluruhan melalui tulisan tangan-tangan insan biasa. Begitu agungnya Imam Hasan di mata Rasulullah, hingga suatu ketika Rasul menyampaikan cintanya kepada orang-orang yang mencintai Imam Hasan dan memohon kepada Allah SWT supaya mencintai orang-orang yang mencintai Imam Hasan. Adakah prestasi umat Islam yang lebih tinggi selain mendapatkan cinta Allah dan Rasul-Nya?
Memperingati hari kelahiran, mempelajari kehidupan Imam Hasan, setidaknya menjadi mawaddah atau bukti kecintaan kita kepada Imam sekaligus sebagai upaya mengambil keteladanan dari lautan keagungan Ahlulbait Nabi ini.
Salah satu keteladanan yang dapat diambil pelajaran dari Imam Hasan adalah kedermawanan. Ia memberi kepada orang yang meminta maupun tidak meminta. Ia tak pernah menolak memberikan sesuatu kepada orang yang datang meminta.
Ustaz Fuad Hadi dalam akhir ceramahnya berkisah, suatu ketika Imam Hasan melihat seorang budak makan, mengunyah, lalu mengeluarkan makanannya dan diberikan kepada seekor anjing. Usai dia makan Imam Hasan bertanya kepada budak itu, “Kenapa engkau lakukan itu?” Budak menjawab, “Aku malu di hadapan makhluk yang bernyawa kalau aku makan sendiri.”
Apa yang kemudian dilakukan Imam Hasan kepada budak ini? Imam Hasan mencari majikan si budak dan budak itu pun dibebaskan. Imam Hasan pun memberikan hadiah sebidang tanah kepada budak itu berkat perbuatan baiknya pada seekor anjing yang lapar.
“Dan orang-orang yang memberikan hadiah Nobel karena kemanusiaan, ketahuilah itu telah dilakukan Imam Hasan jauh-jauh hari sebelum perayaan itu ada. Memberikan makanan kepada anjing diapresiasi sangat dahsyat. Dimerdekakan dan diberikan sebidang tanah untuknya. Kenapa? Karena, Imam Hasan mengatakan ini adalah akhlak mulia. Ada kemuliaan dalam diri budak ini. Dia tidak mau makan di hadapan orang yang melihat atau makhluk yang bernyawa hanya menatap dan mungkin kita pernah melakukan ini. Kita menyantap makanan yang begitu nikmat orang hilir-mudik menatap kita dan kita tidak peduli,” terang Ustaz Fuad.
“Ketahuilah semua yang lelah dan siapapun yang memiliki saham kaitannya dengan mengagungkan Ahlulbait, baik kedatangannya ke acara-acara milad atau peringatan kesyahidan Ahlulbait, maupun bantuan apapun, Imam Hasan melihat. Kalau untuk seekor anjing Imam Hasan memberikan sesuatu yang besar, bagaimana kalau perbuatan itu ditujukan untuk Imam Hasan?” tanya Ustaz Fuad Hadi di akhir tausiyahnya.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama kemudian hikmah maulid kedua disampaikan Dr. KH Jalaluddin Rakhmat usai salat berjamaah. (Malik/Yudhi)