Artikel
Apa yang Diinginkan Allah dari Manusia?
Al-Quran dengan 30 juz dan 114 surat di dalamnya selalu didahului dengan Nama-Nya (kecuali Surat At-Taubah). Bismillah (Dengan Nama Allah) selalu menghiasi awal dari permulaan surat-surat tersebut. Lalu bagaimana Allah mengakhiri firman-nya?
Dia mengakhirinya dengan an-Nas yang memiliki arti ‘Manusia’. Demikian erat hubungan antara Allah dengan manusia, hingga al-Quran diawali dengan Nama-Nya dan diakhiri dengan kata ‘manusia’.
Kali ini kita akan mempelajari beberapa hal yang harus diketahui oleh manusia. Imam Ja’far As-Shadiq pernah berkata,
“Kutemukan ilmu manusia seluruhnya hanya terangkum dalam 4 hal:
- Mengenal Tuhannya
- Mengetahui apa yang diperbuat Tuhan kepadanya.
- Mengetahui apa yang diinginkan Tuhan darinya.
- Mengetahui apa saja yang memalingkannya dari agama.”
Mungkin di benak kita terlintas tanya, mengapa Allah menyuruh kita salat, puasa, dan menjalankan kewajiban yang lainnya? Mengapa Allah melarang kita dengan berbagai macam larangan? Apa yang sebenarnya diinginkan Allah dari manusia?
Allah swt menginginkan sesuatu dari hamba-Nya padahal Dia tidak membutuhkan apapun dari seorang hamba. Kita semua meyakini bahwa Allah tidak butuh dengan ibadah kita. Imam Ali dalam khutbahnya ketika berbicara tentang Allah swt, beliau berkata,
“(Allah) tidak mendapat manfaat sedikitpun dari seorang yang taat, dan tidak mendapat kerugian sedikitpun dari hamba yang bermaksiat.”
إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ
“Jika kamu kafir (ketahuilah) maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu.” (QS. Az-Zumar: 6)
وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhan-ku Maha Kaya, Maha Mulia.” (QS. An-Naml: 40)
Jika Allah tidak butuh apapun dari manusia, lalu apa yang diinginkan dari hamba-Nya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus kembali pada tujuan manusia diciptakan. Dalam Hadist Qudsi-Nya, Allah berfirman,
“Hamba-Ku, Ku Ciptakan segala sesuatu untukmu dan Ku Ciptakan engkau untuk-Ku”
“Wahai Daud, katakan pada hamba-Ku! Ku Ciptakan mereka tidak untuk memperoleh keuntungan, tapi agar mereka mengambil keuntungan dari-Ku.”
Jika kita melihat tujuan penciptaan di dalam Al-Quran, akan kita temukan ayat yang sering telah kita hafal bersama, Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ya, tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah. Ibadah bukan hanya berbentuk ritual semata. Perlu kita ingat bahwa setiap perbuatan yang dilandasi dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, maka itu juga termasuk ibadah. Termasuk makan, minum, mencari nafkah, semua itu bisa menjadi ibadah dan mendapatkan pahala di sisi Allah.
Tapi ibadah bukanlah tujuan akhir. Kita akan temukan tujuan yang lebih jauh dari ibadah ketika Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai manusia! Sembahlah Tuhan-mu yang telah Menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)
Bahkan ketika Allah mewajibkan ibadah puasa, ada tujuan lain di balik ibadah itu. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Takwa adalah tujuan selanjutnya dibalik ibadah. Allah memerintahkan kita untuk beribadah agar kita mencapai derajat takwa. Lalu apa untungnya jika kita telah bertakwa?
Butuh kajian khusus untuk membahas takwa, secara singkat kita akan mengutip satu ayat dari Allah swt yang menjelaskan tentang keuntungan dari takwa. Allah berfirman,
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ * وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Thalaq: 2)
Namun takwa juga bukan tujuan akhir dari penciptaan. Ada tujuan akhir di balik ketakwaan. Ketika Allah menyuruh manusia untuk beribadah agar mereka bertakwa, Allah menginginkan sesuatu dari mereka. Dan tujuan akhir di balik ketakwaan itu adalah kesuksesan manusia itu sendiri. Allah berfirman,
وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 130)
فَاتَّقُواْ اللّهَ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung.” (QS. Al-Ma’idah: 100)
Tujuan akhir dari penciptaan manusia kembali kepada diri mereka sendiri. Apa yang diinginkan Allah dari hamba-Nya?
Allah ingin mereka menjadi orang yang sukses. Allah ingin melihat hamba-Nya mencapai kesempurnaan. Keinginan Allah ini tidak untuk menguntungkan Diri-Nya sama sekali. Maha suci Allah dari semua itu.
Pemahaman ini begitu penting, karena dengan meyakini hal ini kita tidak akan pernah merasa terbebani dengan segala aturan Allah swt. Mengapa? Sebab semua yang kita lakukan akan kembali pada diri kita sendiri. Segala aturan-aturan yang sering kita anggap “membebani” adalah bertujuan untuk kebaikan kita sendiri. Sekecil apapun kebaikan akan kita nikmati, sekecil apapun keburukan akan kita pertanggung jawabkan.
Namun kesuksesan itu begitu samar. Setiap kepala memiliki arti kesuksesan yang berbeda-beda. Teringat ketika tukang sihir Fir’aun hendak melawan Nabi Musa as, apa arti kesuksesan yang ada di pikiran mereka?
وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى
“Dan sungguh beruntung orang yang menang pada hari ini.” (QS. Thaha: 64)
Kesuksesan bagi mereka adalah menang melawan Nabi Musa dan mendapat kedudukan tinggi di sisi Raja. Namun, apa kesuksesan yang sebenarnya menurut Al-Qur’an? Apakah Allah menginginkan manusia mencampakkan dunia dan hanya mendapat kesuksesan di akhirat? Siapa sebenarnya orang yang sukses itu?
Bersambung…