Ikuti Kami Di Medsos

Berita

ANTARA MENCACI DAN MELAKNAT

Mencaci dan melaknat adalah dua tindakan dengan dua konsekuensi yang berlainan secara hukum dan etika. Karena melekatkan suatu predikat yang tak layak pada sebuah subjek, mencaci, sebagaimana menghina, mencemooh dan sejenisnya selalu negatif. Sedangkan melaknat tak selalu negatif dan tak selalu positif ditentukan oleh subjek pelaku dan objeknya serta alasan yang mendasarinya. Bila pelaknat dalam posisi benar dan baik sedangkan yang dilaknat adalah pihak yang buruk dan salah, maka pelaknatan tidak negatif. Bila pelaknat dalam posisi salah dan buruk, sedangkan yang dilaknat adalah pihak yang benar dan baik, maka pelaknatan tidak positif.

Menyamakan perbuatan melaknat dengan mencaci dan menganggap keduanya secara general sebagai perbuatan negatif yang dikaitkan sekte iblis, meski didasarkan pada tujuan positif, menimbulkan impilikasi teologis yang justru bertentangan dengan teks suci Al-Quran.  Terdapat sejumlah ayat yang memuat kata laknat dengan konotasi positif, karena pelaku pelaknatan adalah Allah, orang-orang mukmnin juga malaikat, dan pihak yang dilaknat adalah orang-orang kafir, zalim, pembohong dan sejenisnya. Di samping itu, ayat-ayat yang memuat kata laknat dengan ragam pelaku pelaknatan menegaskan bahwa pelaknatan tidak hanya dilakukan oleh Tuhan. Ini menepis opini yang kerap dihembuskan bahwa pelaknatan adalah hak khusus Allah.

Mestinya umat Islam tidak berselisih seputar laknat karena dari banyak ayat al-Quran dapat dipastikan kenetralan perbuatan melaknat yang bisa bernilai bak atau buruk mengikuti variabel elemen pelaknat dan yang dilaknat serta alasan dan tujuannya. Mestinya mereka bersilang pendapat tentang siapa yang melaknat dan siapa yang dilaknat. Artinya, siapa yang melaknat dan siapa yang dilaknat menentukan positif atau negatifnya melaknat.

Di bawah ini kami sebutkan sebagian ayat, tanpa penafsiran, yang memuat kata laknat yang berkonotasi positif:

 

  1.  Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 88)
  2. Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.  (QS. Al-Baqarah: 89)
  3. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Alkitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati.  (QS. Al-Baqarah: 159) 
  4.  Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya.  (QS. Al-Baqarah: 161) 
  5.  Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (QS. Ali Imran: 61)

  6. Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya,  (QS. Ali Imran: 87) 
  7. Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. An-Nissa: 46) 
  8. Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Quran) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami mengubah muka(mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku. (QS. An-Nissa: 46)

  9. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.  (QS. An-Nissa: 52)

  10. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.  (QS. An-Nissa: 93) 
  11.  yang dilaknati Allah dan syaitan itu mengatakan: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), (QS. An-Nissa: 118)
     
  12.  (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-Maidah: 13)
     
  13.  Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.  (QS. al-Maidah: 60) 
  14. Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.  (QS. al-Maidah: 64)
     
  15. Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.  (QS. al-Maidah: 78)
     
  16. Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul”. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Araf: 44)
     
  17. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (QS. At-Taubah: 68)

Selain di atas ada sejumlah ayat suci tentang laknat yang bisa dirujuk, antara lain; seperti ayat 18, 60 dan 99 surah Hud, ayat 25 surah Ar-Ra’d, ayat 35 surah Al-Hijr, ayat 7 dan 23 An-Nur, ayat 42 surah Al-Qashash, ayat 57, 64 dan 68 surah Al-Ahzab, ayat 78 surah Shad, ayat 52 surah Ghafir, ayat 23 surah Muhammad dan ayat 6 surah Al-Fath.

Pelajaran yang layak diambil dari”generalisasi laknat sebagai perbuatan negatif” adalah bahwa mengutamakan apa yang disampaikan atas siapa yang menyampaikan lebih mengurangi kemungkinan salah dalam memahami dan menyebarkan sesuatu. Pemujaan kepada “siapa” kerap merabunkan nalar dalam memahami, menyikapi dan menilai.

Ustaz Muhsin Labib Assegaf

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *