Berita
Angkuts dan Prolibag, Karya Inovatif Kelola Sampah Organik dan Anorganik
Minggu (22/5), Wali Kota Pontianak, H. Sutarmidji, SH., M. Hum, meresmikan dua inovasi karya anak muda Pontianak, yakni Angkuts dan Prolibag. Angkuts ialah layanan jasa pengangkutan sampah anorganik, seperti koran, botol plastik, gelas plastik, kaleng alumunium, kardus dan kertas. Sementara Prolibag adalah program penanganan sampah organik berbasis rumah tangga. Peresmian dua gagasan itu dilakukan bertepatan dengan momentum car-free day di Bundaran Digulis Jalan Ahmad Yani Pontianak.
Direktur PT Angkuts Kreatif Indonesia, Muhammad Hafiz Waliyudin, mengatakan bahwa latar belakang menggagas ide ini setelah berkaca dari kesuksesan layanan ojek berbasis aplikasi Android. Pola kerja Angkuts hampir sama dengan pemulung sampah namun Angkuts lebih terorganisir serta memanfaatkan teknologi informasi.
“Kalau di Jakarta saja tukang ojek bisa meningkatkan taraf hidupnya, mengapa pemulung tidak,” ujar Hafiz.
PT Angkuts bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pontianak dengan mewajibkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan sekolah-sekolah menggunakan jasa aplikasi Angkuts.
“Kita juga berkolaborasi dengan Pemkot untuk memberikan sosialisasi dan edukasi dalam pengelolaan sampah” ungkap Hafiz.
Uniknya, pengguna Angkuts tidak perlu membayar, sebaliknya justru para pengguna jasa ini akan mendapat bayaran sesuai dengan jumlah sampah yang diserahkan kepada driver Angkuts.
Berbeda dengan Angkuts yang fokus dengan sampah anorganik, Beny Tanhery, pencetus Prolibag, menggagas ide untuk mengelola sampah organik. Ia menciptakan Prolibag Pintar, yakni wadah sederhana yang diciptakan untuk membantu penanganan sampah organik, terutama sampah organik di rumah tangga.
“Dengan Prolibag, kita tidak perlu repot, tinggal simpan Prolibag Pintar minimal satu buah di belakang rumah atau di halaman depan rumah,” katanya.
Prolibag ini banyak memberikan manfaat, selain mengatasi persoalan sampah, juga untuk menjadikan kota semakin hijau dan teduh sebab melahirkan aktivitas baru seperti bercocok tanam (urban farming), tanaman hias (urban garden) dan aktivitas penghijauan kota (urban forest).
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji menyambut baik dan mengapresiasi penuh gagasan inovatif yang dilakukan generasi muda Kota Pontianak itu. Kehadiran Angkuts, yang menjadikan sampah-sampah anorganik menjadi bernilai ekonomis, dinilainya bisa membantu Pemkot menangani persoalan sampah di Kota Pontianak.
“Kalau mereka bisa tangani 5 hingga 10 persen saja sampah anorganik, itu sudah luar biasa dan bisa memberi nilai tambah bagi rumah tangga. Bisa saja uang yang diperoleh itu untuk membayar PBB atau lainnya,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikannya terkait Prolibag, sebab bisa mengurangi sampah organik yang dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sutarmidji optimis dalam kurun waktu satu atau dua tahun ke depan, Pontianak bisa menjadi model percontohan dalam mengelola sampah menjadi bernilai ekonomis dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap persoalan sampah. Hal ini seiring dicanangkannya tahun 2016 Pontianak Tertib Aturan.
“Jangan sampai ada lagi warga yang diajukan ke pengadilan karena membuang sampah sembarangan, buang sampah di luar jadwal yang ditetapkan,” jelasnya.
Karena selama beberapa waktu ini telah diberlakukan waktu khusus bagi masyarakat Pontianak yang ingin membuang sampah. (Hakeem/Yudhi)