Berita
Al-Husain, Inspirator Revolusioner Dunia
Kisah fenomenal, tragis dan pembunuhan masal terhadap cucu kesayangan Nabi Muhammad Saw bersama kelompok kecilnya, keluarga, sahabat dan pengikut setianya, membuat kisah tersebut menjadi buah bibir di kalangan umat Islam dan menyebar ke seluruh dunia. Gugurnya Al-Husain dalam pertempuran di Karbala pada hari ke-10 Muharram H, sebagai epos dan menjadi pelajaran penting bagi semua orang.
Memang, hasil akhir dari pertempurannya Al-Husein gugur di medan perang, namun karena perjuangan itu, Al-Husain menjadi warisan bagi banyak orang di dunia. Tindakan keberanian Al-Husain di Karbala, memicu serangkaian pemberontakan kecil melawan rezim tirani Yazid yang menyebabkan kematiannya. Tentara Yazid membawa wanita dan anak-anak dari kamp Al-Husain sebagai tahanan perang, tangan mereka dirantai dan diikat satu sama lain berjalan kaki dari Irak menuju Syria dimana mereka ditahan.
Sesampainya di Syam, Syria, rombongan tahanan Karbala itu dihadapkan ke Yazid. Di situ saudari Al-Husain Zainab binti Ali ibn Abi Thalib dan putranya Zainal Abidin, menantang Yazid di halaman istananya sendiri dengan khotbah-khotbah terkenal dan bahkan membuat kolega terdekatnya terkesima. Sayyidah Zainab adalah srikandi Karbala yang menjadi pemimpin para tawanan kala itu. Ia menjaga keponakannya Zainal Abidin bin Husein dari pasukan Yazid yang ingin menyiksanya walau dalam keadaan sedang sakit.
Sayyidah Zainab berkata kepada Yazid, “[highlight]hai Yazid, Demi Allah! dengan kejahatanmu ini kau telah menguliti kulitmu sendiri dan mencabik-cabik dagingmu sendiri. Dengan segera kau akan menghadap Rasulullah Saw dengan menanggung dosa. Dosa menumpahkan darah dan menodai kehormatan keluarganya. Pada hari itu Allah akan mengumpulkan Rasulullah Saw dengan keluarganya dan menuntut hak-hak mereka dari musuh-musuhnya.”[/highlight]
Sayyidah Zainab melanjutkan khotbahnya seraya membacakan firman Allah Swt,[highlight] “jangan kau mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.” [/highlight](Surat Ali Imran: 169)
Setelah mendengar khotbah-khotbah pedas Sayyidah Zainab di sana, anggota keluarga dan orang-orang yang simpati terhadap Al-Husein yang lain, menyebarkan berita tersebut kepada orang-orang tentang pembantaian dan kejahatan yang dilakukan oleh pasukan Yazid. Hal ini pula yang membuat peristiwa Karbala tersebar ke semua kalangan dari daratan gurun pasir hingga ke negeri-negeri di wilayah lainnya.
Warisan epik Husain ibn Ali abadi sampai hari ini, setiap perubahan positif yang terjadi dalam masyarakat selalu terinspirasi dari jejak seseorang, atau kelompok, yang berdiri menghadapi ketidakadilan dan menderita karenanya. Dalam sejarah baru-baru ini, Martin Luther King dan Gandhi termasuk orang yang mendedikasikan dirinya pada jalan yang sulit dalam menghadapi banyak tentangan dan penindasan.
Begitu pula dengan revolusioner bangsa ini, bagaimana seorang Soekarno yang mendedikasikan dirinya untuk melawan penjajah. Kisah perjuangan Al-Husein di Karbala menuai cinta Bung Karno terhadap Al-Husain dan menjadi inspirasi baginya mengusir penjajah dari negeri ini. Hal itu terurai dalam pendapatnya yang terkenal mengenai Al-Husain as;
“[highlight]Husain adalah panji berkibar yang diusung setiap orang yang menentang kesombongan di zamannya, dimana kekuasaan itu telah tenggelam dalam kelezatan dunia serta meninggalkan rakyatnya dalam penindasan dan kekejaman”[/highlight].
Mari kita lihat bagaimana kalau dalam skala yang lebih kecil untuk mengambil hikmah dari perjuangan Al-Husain. Kita semua menghadapi tantangan dalam kehidupan kita sehari-hari, di mana kita perlu menentukan sikap terhadap bentuk penindasan dan ketidakadilan; di tempat kerja, dalam situasi sosial atau bahkan di rumah. Seperti Al-Husain, kita juga punya pilihan: cara mudah atau cara yang benar. Semua pilihan ada pada kita yang akan menjadi warisan kita kelak, sama seperti Al-Husain dalam menentukan pilihannya dimana ia lebih memilih terhadap hal kebenaran dibanding memilih kemudahan.
Pada hakikatnya, pendirian Al-Husain lebih ditujukan untuk kemaslahatan kehidupan sosial dan masyarakat pada umumnya, daripada untuk dirinya sendiri. Al-Husain adalah seorang pria yang memiliki status dan pengaruh, yang tidak terpengaruh oleh korupsi dan kezaliman pemerintah dalam kehidupannya sehari-hari. Jika Al-Husain memikirkan dirinya sendiri, ia akan menerima tawaran dan sogokan dari Yazid. Namun, kepentingan sosial, orang miskin dan yang lemah, walau bagaimanapun, dengan cara Al-Husain bangkit dan mengorbankan dirinya, baginya hal itu merupakan pelayanan terbaik terhadap orang yang tidak dapat mengutarakan pendapat karena tertekan oleh rezim tiran.
Husain ibn Ali hari ini, pada hari Asyura merupakan hari berkabung yang diingat dan dikenang oleh jutaan orang di seluruh dunia, karena di hari itu Al-Husein, keluarga dan pendukung setianya dibantai secara kejam dalam pertempuran di Padang Karbala. Hari ini, peziarah dari seluruh dunia mengunjungi makam Al-Husain ibn Ali di Karbala dimana ia dimakamkan. Hal itu dilakukan oleh mereka untuk memberi penghormatan terhadap pendiriannya yang teguh dan berani melawan kezaliman. Penghormatan kepadanya tidak hanya dilakukan oleh umat Islam saja, namun dari umat Kristiani, Budha, Hindu dan keyakinan lainnya berdatangan ke makam Al-Husein untuk memberikan penghormatan.
Pada hari Asyura banyak umat Islam mempunyai tradisi dengan ikut serta mengambil bagian membuat majelis besar dengan tahlilan, puisi dan doa ziarah untuk mengenang Al-Husain dan pengorbanannya. Sebagian lagi mengenang Al-Husein sambil meratapi dan memukul dada mereka sebagai tradisi budaya untuk menunjukkan keluhan penderitaan yang mereka alami. Dan sebagian lagi menggunakan hari Asyura sebagai hari untuk melakukan kebaikan, berpuasa dan beramal kepada anak yatim piatu, sebagai cara bagi mereka tetap menjaga prinsip dan nilai seperti yang Al-Husain terapkan pada dirinya sendiri.
Sebagian masyarakat dunia memperingati hari Asyura dengan datang ke Karbala dan berziarah langsung ke makam Al-Husain, sebagian lagi memperingatinya dengan majelis-majelis di negara mereka masing-masing. Masyarakat Indonesia juga tidak ketinggalan, pecinta Al-Husain juga tidak sedikit yang mengadakan majelis-majelis Asyura yang ada di setiap propinsi. Warisan perjuangan Al-Husain ini bukan hanya diminati oleh umat Islam saja, namun juga diminati oleh umat Kristiani, Budha dan Hindu, dimana mereka mengambil pelajaran dari sisi perjuangan dan kemanusiaannya. Dengan demikian, hikmah perjuangan Al-Husain merupakan rahmat bagi semua manusia.