Berita
Aksi Kamisan ke-367 Tuntut Keadilan Bagi Korban Pelanggaran HAM di Depan Istana
Satu bulan lagi kepemimpinan presiden SBY usai. Namun, beberapa kasus pelanggaran HAM tak juga selesai. Salah satunya pelanggaran HAM berat tahun 1965 yang diperkirakan memakan korban hingga jutaan jiwa. Sedangkan korban yang masih hidup mengalami berbagai kesulitan, stigma buruk, dan trauma masa lalu, hingga saat ini.
Akankah kasus yang tak terselesaikan ini menjadi warisan SBY kepada presiden berikutnya?
Hari ini, Kamis (25/9) Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) menggelar Aksi Diam di Depan Istana Presiden, sebagai upaya menuntut keadilan. Aksi ini merupakan aksi ke-367 kalinya, yang diadakan rutin setiap hari Kamis sore di depan Istana.
JSKK sendiri terdiri dari berbagai elemen masyarakat, aktivis dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Bedjo Untung, salah satunya. Ia hadir dalam aksi Kamisan sore mewakili Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 65 (YPKP 65), sekaligus mewakili dirinya sendiri, karena ia termasuk salah satu korban pelanggaran HAM yang terjadi di masa Orde Baru itu. Ia sempat dipenjara sembilan tahun tanpa peradilan yang jelas. “Tahun 1979 saya baru keluar penjara,”kisah Bedjo.
Bedjo Untung hanyalah salah satu saksi hidup di antara korban-korban lain yang hingga saat ini sulit mendapatkan hak-hak politiknya.
“Kami menuntut, pulihkan hak-hak kami, hak politik, sosial dan ekonomi,” pungkas Bedjo menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah SBY.
Sementara itu, Astri dari Sahabat Munir juga ikut dalam aksi itu. Kasus pembunuhan terhadap Munir, seorang aktivis HAM yang tak kunjung diungkap pelakunya juga menimbulkan aksi solidaritas hingga saat ini, termasuk dalam JSKK pada Kamisan ini. “Kami akan terus melakukan aksi ini, hingga kasus ini benar-benar diselesaikan,” ungkap Astri.
Selain pelanggaran HAM 65 dan kasus pembunuhan Munir, korban kasus Trisakti dan Semanggi, Tanjung Priok 1984, Talangsari Lampung 1989, Peristiwa Mei 1998 serta Penculikan Aktivis 1997-1998, juga menjadi bagian dari kasus-kasus yang turut disuarakan dalam aksi Kamisan yang sudah berjalan selama tujuh tahun ini. (Malik/Yudhi)