Akhlak
Akhlak dan Kepribadian Mulia Nabi Muhammad saw
Nabi Muhammad bin Abdullah saw adalah Nabi terakhir. Beliau lahir pada tahun 570 M di Mekah. Beliau mendakwahkan Islam selama tiga belas tahun di Mekah. Di Mekah, beliau mengalami banyak sekali kesulitan. Selama periode Mekah ini, beliau mendidik beberapa orang pilihannya. Kemudian beliau hijrah ke Madinah. Di Madinah, beliau mendirikan pusat dakwahnya. Selama 10 tahun beliau terang-terangan berdakwah Islam di Madinah.
Beliau melakukan sejumlah perang yang berhasil menundukkan kaum Arab yang arogan. Pada akhir periode ini, (hampir) seluruh Jazirah Arab memeluk Islam. Al-Quran suci diwahyukan kepadanya secara bertahap dalam waktu 28 tahun. Kaum muslim memperlihatkan dedikasi yang luar biasa dan takzim kepada al-Quran dan kepada pribadi Nabi Muhammad saw. Beliau saw wafat tahun 11 H pada tahun ke-23 misi kenabiannya dalam usia 63 tahun.
Beliau meninggalkan suatu masyarakat yang belum lama lahir, suatu masyarakat yang penuh dengan semangat spiritual, suatu masyarakat yang memercayai suatu ideologi yang konstruktif dan yang menyadari tanggung jawabnya di dunia.
Ada dua hal yang memberi masyarakat yang baru lahir ini semangat antusiasme dan persatuan: pertama, al-Quran yang menyemangati kaum muslim, yang senantiasa dibaca oleh mereka; kedua, pribadi mulia dan berpengaruh Nabi saw yang sangat mempesona kaum muslim. Kini kami akan membahas secara ringkas pribadi Nabi Suci saw ini.
Masa Kanak-Kanak
Sejak kanak-kanak, tanda-tanda bahwa kelak beliau akan menjadi nabi sudah terlihat jelas dari keistimewaan dan perilakunya. Abdul Muthalib secara intuitif mendeteksi bahwa cucunya memiliki masa depan yang luar biasa cemerlang.
Muhammad saw baru berusia delapan tahun ketika kakeknya juga meninggal. Dan sesuai dengan wasiat kakeknya, pengasuhan Muhammad saw dialihkan kepada pamannya, Abu Thalib as. Abu Thalib as juga terkejut ketika mengetahui bahwa perilaku anak ini berbeda dengan perilaku anak-anak lain pada umumnya. Tidak seperti anak-anak sekitarnya, Muhammad saw tidak pernah tamak dengan makanan. Dan tidak seperti adat yang berlaku pada masa itu, Muhammad saw selalu menyisir rapi rambutnya, dan wajah serta tubuh Muhammad saw selalu bersih.
Tidak Suka Menganggur dan Malas-malasan
Beliau saw tidak suka menganggur dan bermalas-malasan, beliau senantiasa mengucapkan, “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kemalasan, ketidakberdayaan, dan sesuatu yang tidak ada nilainya”, selalu menyuruh kaum muslimin untuk bekerja keras dan kreatif, beliau selalu mengatakan bahwa kemuliaan itu memiliki tujuh bagian, dan bagian terbaiknya adalah mencari nafkah yang halal.
Jujur
Kejujuran beliau begitu terkenal, sampai-sampai beliau mendapat julukan al-Amin. Orang-orang Quraish pun mempercayakan penjagaan harta mereka yang berharga kepada Muhammad saw. Bahkan setelah beliau diutus menjadi rasul, meskipun memusuhinya kaum Quraish tetap saja menyerahkan penjagaan harta berharga mereka kepadanya karena merasa yakin akan aman di tangannya. Itulah sebabnya ketika hijrah ke Madinah beliau meninggalkan Imam Ali untuk beberapa hari demi mengembalikan titipan kepada para pemiliknya.
Sikap baik terhadap keluarga
Nabi Muhammad saw sikapnya sangat baik terhadap keluarganya, terhadap istri-istrinya, beliau tidak pernah kasar sikapnya. Orang-orang Mekkah pada umumnya merasa aneh dengan perilaku baik seperti itu, beliau menoleransi perkataan sebagian istrinya yang terasa menyakitkan hati meskipun perkataan semacam itu tidak disukai sebagai istrinya yang lain. Beliau dengan penuh empati mengajak para pengikutnya untuk berbaik hati bersikap terhadap istri-istri mereka. Karena seperti seringkali diucapkannya laki-laki dan perempuan itu keduanya sama-sama memiliki sifat baik dan buruk.
Menghargai hamba sahaya
Nabi saw luar biasa baik hatinya terhadap sahaya. Beliau suka mengatakan kepada orang bahwa sahaya adalah saudara. Beliau berkata,
“Beri mereka makanan seperti kamu makan, pakaian seperti yang kamu pakai. Jangan Paksa mereka mengerjakan sesuatu yang terlalu sulit bagi mereka. Beri mereka pekerjaan [kesibukan] dan bantulah mereka dalam melaksanakan pekerjaan. Jangan panggil mereka dengan sebutan budak karena semua manusia adalah hamba Allah. Allah-lah Tuan sejati bagi semua manusia. Panggilan sahaya laki-laki dan perempuan dengan panggilan anak muda.”
Bersih, rapi dan memakai wewangian
Nabi saw sangat menyukai kebersihan, kerapian dan wewangian. Beliau mendorong sahabat dan pengikutnya untuk menjaga kebersihan tubuh dan rumah mereka dan untuk memakai wewangian. Beliau mengajak mereka untuk mandi, memakai wewangian pada hari Jumat agar tidak ada bau badan tidak sedap yang dapat mengganggu jemaah salat Jumat.
Akhlak sosial
Dalam kehidupan di tengah masyarakat nabi selalu baik hati, riang dan sopan terhadap semua orang, selalu yang lebih dulu memberikan salam sekalipun kepada anak-anak dan para sahaya. Beliau tidak pernah meregangkan kakinya di hadapan orang dan tidak pernah berbaring di hadapan orang lain. Kalau sedang bersama beliau saw semua orang duduk mengelilinginya, tidak ada yang punya tempat khusus. Beliau selalu memperhatikan sahabat-sahabatnya. kalau tidak melihat satu di antara sahabat-sahabatnya itu selama dua atau tiga hari beliau menanyakannya, jika ternyata sakit beliau menjenguknya.
Lembut namun tegas
Dalam masalah kepribadian, Nabi sangat lembut simpatik dan toleran. Pada banyak peristiwa sejarah sikap toleransi beliau merupakan salah satu alasan kenapa misinya sukses. Namun dalam masalah terkait masalah kepentingan masyarakat atau hukum sangat tegas dan tidak pernah memperlihatkan sikap toleran.
Ketika peristiwa penaklukan atas Mekah dan kemenangannya atas kaum Quraish beliau mengabaikan kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan terhadap dirinya selama 23 tahun, justru menyatakan amnesti umum kepada mereka, dan menerima permintaan maaf kepada pembunuh paman tercintanya Hamzah ra.
Syahid Muthahari, Tafsir Holistik