Berita
AJI: Dikuasai Konglomerat, Media Tidak Independen
Hari Kebebasan Pers Internasional yang jatuh tiap tanggal 3 Mei diperingati oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dengan mengadakan aksi demonstrasi damai di Jl. Thamrin Jakarta Pusat.
Dalam aksi damai ini AJI mengusung tema ‘Beda Itu Hak’. AJI memandang, salah satu masalah besar saat ini adalah maraknya intoleransi dan kekerasan terhadap wartawan yang mengekang kebebasan berekspresi dan berkeyakinan. Selain itu, media banyak yang tidak independen karena dikuasai oleh konglomerat.
“Soal independensi, media banyak yang tidak lagi independen di ruang redaksinya,” ujar Suwarjono.
“Bagaimana independensi media sama sekali tak bisa lagi? Karena problem media-media dikuasai oleh para konglomerat dan pengusaha yang punya kepentingan ekonomi dan politik. Jadi ketua partai, dan sebagainya,”
Tantangan Kebebasan Pers
“Sekarang ini Indonesia peringkatnya 130 dari 180 negara tingkat kebebasan persnya. Kita kondisinya bahaya untuk kebebasan pers,” ujar Suwarjono, Ketua Umum AJI.
“Tolok-ukurnya apa? Banyak intoleransi, anti keberagaman, ancaman kebebasan berekspresi, dan kekerasan kepada wartawan yang masih banyak,” terang Suwarjono.
“Tantangan yang cukup berat terutama dengan gerakan intoleran. Kita ambil tema ‘Beda Itu Hak’, karena berbeda itu konstitusional. Undang-Undang jelas membolehkan itu semua bahkan dilindungi. Tapi kenapa sekarang perbedaan itu dilarang, bahkan perbedaan dianggap sebagai ancaman oleh kelompok-kelompok lain?” lanjut Suwarjono.
Suwarjono juga menyayangkan polisi bukannya ikut mengamankan kalau ada penyerangan dan pembungkaman, melainkan malah membiarkan, tidak melindungi. Bahkan celakanya sering ikut jadi aktor. (Muhammad/Yudhi)