Berita
ABI Sulteng, Pilot Project Pengajian Jarak Jauh
Ahlulbait Indonesia (ABI) memulai pengajian jarak jauh via Skype. Kegiatan ini digagas DPW ABI Sulteng untuk membangun sekaligus memperkuat konsolidasi di antara para pengurus ABI di level pusat dan daerah termasuk dengan berbagai mitra dan jaringan.
“Insya Allah kita coba menggelindingkan ini sebagai tradisi kita membangun komunikasi dengan tidak bergantung pada jarak dan waktu,” kata Ketua DPW ABI Sulteng, Dr. Surahman Cinu, M.Si saat pengajian via Skype, Sabtu (27/12) sore. Belasan pengurus dan mahasiswa lepasan training angkatan ke-2 ABI Sulteng yang digelar baru-baru ini mengikuti pengajian yang dibawakan Sekretaris Jenderal DPP ABI, Dr. Syafinuddin Al Mandari dari Jakarta.
Menurut Surahman, pengajian jarak jauh ini telah dikonsep secara matang untuk mempertemukan kebutuhan akan beragam ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi saat ini.
Tauhid dan Kebebasan
Sementara itu, Syafinuddin dalam ceramahnya yang berlangsung satu setengah jam mengupas pandangan dunia ketauhidan. Menurutnya, pandangan dunia merupakan satu konsep membangun tata cara bermasyarakat. Pandangan dunia tauhid justru mempertegas konsep-konsep tersebut selama ini.
Dalam tradisi sebelumnya, manusia memandang dirinya sebagai sesuatu yang berada di tengah-tengah antara kekuatan atas yang dikuasai Tuhan dengan kekuatan bawah yang dikendalikan setan. “Jika mengikuti Tuhan berarti berlepas diri dari kekuatan alam rendah (atau alam bawah). Di sinilah yang diperbaharui (oleh pandangan dunia ketauhidan). Karena pembagian seperti itu mengandung catatan terhadap Tuhan, berarti ada dua penguasa semesta, yakni Tuhan dan setan. Cara pandang ini masih ada saat ini,” kata mantan Ketua Umum PB HMI ini.
Dalam konteks yang lain, Tuhan juga memberikan kebebasan terhadap manusia, apakah mau menyembah atau tidak taat kepada-Nya. Meskipun begitu, secara umum kebebasan tersebut bersifat terbatas. “Satu-satunya kebebasan yang tidak Allah intervensi adalah kebebasan memilih (untuk beribadah). Allah memberikan petunjuk, tetapi petunjuk ini Allah tidak paksakan kepada manusia,” katanya sembari menyebut instrumen petunjuk itu antara lain indera dan nurani.
Terselenggaranya pengajian ini disambut respon antusias. Sutriadi, mahasiswa tingkat atas Universitas Alkhairaat Palu misalnya mempertanyakan tentang alam kebaikan dan keburukan. Pendapat lain juga disuarakan Himran, Sekretaris DPW ABI Sulteng yang juga mahasiswa semester akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Palu.
Ustaz Syafinuddin menggaris bawahi jika pada dasarnya Tuhan hanya menciptakan alam kebaikan. Sementara keburukan adalah efek dari tidak terlaksananya kebaikan. “Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah akan memberikan hikmah kepada siapapun. Dan siapa yang telah mendapatkan hikmah, maka ia akan mendapatkan sebaikan yang banyak,” jelasnya. (Indar/Yudhi)