Artikel
8 Keutamaan Nama Agung “Fathimah”
Fathimah sa adalah putri Nabi Muhammad saw dan Khadijah sa, Ada beberapa gelar yang disebutkan bagi Sayyidah Fatimah sa yang berjumlah sekitar 30 gelar. Para peneliti meyakini bahwa gelar-gelar ini menerangkan sebuah karakteristik atau ciri-ciri khusus perilaku Fathimah sa. Di antaranya Az-Zahra (terang dan bercahaya), al-Shiddiqah (sangat jujur), al-Muhaddatsah (orang yang diajak bicara oleh malaikat), al-Batul, Sayidatu Nisa al-‘Alamin, al-Manshurah (yang ditolong), al-Thahirah (bersih dan suci), al-Muthahharah (disucikan), al-Zakiyyah (bersih dari akhlak yang buruk), al-Mubarakah (penuh berkah), al-Radhiyah (yang ridhai kepada Allah), dan al-Mardhiyah (seseorang yang Allah rela kepadanya) adalah gelar-gelarnya yang paling terkenal. Namun, kali ini penulis hanya hendak menyebutkan 8 saja keutamaan nama agung Fathimah dari sekian banyaknya kebesaran nama, keutamaan dan gelar mulia Sayidah Fathimah sa.
1. Imam Shadiq as berkata, “Beliau dinamakan ‘Fathimah’ karena tiadanya keburukan dan kejahatan pada diri beliau. Apabila tak ada Ali as, niscaya hingga hari Kiamat, tak akan ada seorang pun yang sepadan dengan beliau (untuk menjadi pasangannya)
2. Syaikh Shaduq dan Allamah al-Majlisi menukil riwayat dari Imam Jafar bin Muhammad as-Shadiq as yang berkata. “Sewaktu Sayidah Fathimah Zahra as terlahir, Allah Swt memerintahkan para malaikat untuk turun ke bumi dan memberitahukan nama ini kepada Rasulullah saw. Maka Rasulullah saw pun memberi nama Fathimah kepadanya.” (Bihar al-Anwar, jil. 43, hal. 13)
3. Dari segi bahasa, “fathama” berarti anak yang disapih dari susuan. Dalam riwayat Imam Muhammad bin Ali al-Baqir as, dikatakan bahwa, setelah kelahiran Fathimah Zahra as, Allah Swt berfirman kepadanya, “Sesungguhnya aku telah menyapihmu dengan ilmu, dan menyapihmu dari kototan (Inni fathamtuki bil ilmi wa fathamtuki a’nith thamats). Ini laksana seorang bayi saat disapih dari susunya yang memerlukan makanan lain sebagai pengganti. Adapun Sayidah Fathimah Zahra as setelah disapih, maka makanan pertamanya berupa ilmu.” (Bihar al-Anwar, jil. 43, hal. 13)
4. Imam Ali bin Musa ar-Ridha as meriwayatkan hadis dari ayahnya yang meriwayatkan dari para leluhurnya hingga ke Rasulullah saw yang bersabda: “Wahai Fatimah, tahukan engkau, kenapa dirimu dinamakan Fathimah?”
Kemudian Imam Ali as bertanya, “Kenapa, wahai Rasulullah?”
Rasulullah saw menjawab, “Karena ia dan pengikutnya akan tercegah dari api neraka”. (Bihar al-Anwar jil. 43, hal. 14). Atau dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Karena terlarang api neraka baginya dan para pecintanya.” ( Bihar al-Anwar jil. 43, hal. 15)
5. Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Dinamakan Fathimah karena Allah Swt akan menyingkirkan api neraka darinya dan dari keturunannya. Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku.” (Bihar al-Anwar, jil. 43, hal. 18-19)
6. Imam Shadiq as berkata, “Beliau dinamakan Fathimah karena tidak terdapat keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tak ada Ali as, niscaya sampai hari Kiamat tak akan ada seorang pun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya).” (Bihar al-Anwar, jil. 43, hal 10)
7. Dalam beberapa sumber telah dijelaskan bahwa nama Fathimah merupakan nama yang sangat disukai para Maksumin (Ahlulbait) as. Para Imam as sangat memuliakan pemilik nama tersebut. Salah satu pengikut Imam Shadiq as telah dikaruniai seorang anak perempuan, kemudian beliau bertanya kepadanya, “Engkau memberikan nama apa kepadanya?”
Ia menjawab, “Fathimah.”
Mendengar itu, Imam as bersabda, “Fathimah, salam sejahtera atas Fathimah. Karena engkau telah menamainya Fathimah, maka hati-hatilah jangan sampai memukulnya, mengucapkan perkataan buruk kepadanya, dan muliakanlah ia.”
8. Salah seorang pengikut Imam Shadiq as berkata, “Pada suatu hari, dengan raut muka sedih, aku menghadap Imam Shadiq as. Beliau bertanya, ‘Kenapa engkau bersedih?’
Aku menjawab, ‘Anakku yang terlahir adalah perempuan.’
Beliau bertanya kembali, ‘Engkau beri nama apa ia?’
Aku menjawab, ‘Fathimah.’
Beliau kembali berkata, ‘Ketahuilah, jika engkau telah menamainya Fatimah, janganlah engkau berkata buruk kepadanya dan janganlah memukulnya.'”