Ikuti Kami Di Medsos

Berita

13 Rajab, Peristiwa Kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib as

Kabah, Mekah, Jumat, 13 Rajab, 30 Tahun Gajah. Lahirlah sosok agung, Imam Ali bin Abi Thalib as. Riwayat kelahiran beliau dalam Kabah bersifat mutawatir menurut pandangan ulama Ahlulbait seperti Sayyid Radhi, Syaikh Mufid, Quthb al-Rawandi, serta banyak ulama termasyhur lainnya seperti Hakim Naisyaburi, Hafiz Ganji Syafi’i, Ibnu Jauzi Hanafi, Ibnu Shabbagh Maliki, Halabi, dan Mas’udi.

Diriwayatkan pada suatu hari, Abbas bin Abdul Muthalib dan beberapa lainnya sedang duduk di hadapan Baitullah, Kabah di Masjidil Haram. Tiba-tiba muncul Fathimah binti Asad yang terlihat kesakitan karena akan melahirkan dan sedang mendekati Baitullah, sambil berkata, “Ya Allah! Aku beriman kepada-Mu, seluruh nabi, dan kitab-kitab yang diturunkan dari sisi-Mu. Aku meyakini doa datukku, Ibrahim Khalil yang telah membangun Baitullah Kabah ini. Ya Allah! Demi datukku, Ibrahim, yang membangun Baitullah ini dan bayi yang berada dalam rahimku, permudahkan kelahirannya untukku!”

Tiba-tiba mereka menyaksikan bagian belakang Baitullah Kabah terbelah dan Fathimah masuk ke dalamnya hingga lenyap dari pandangan mereka. Lalu dinding Kabah menyambung kembali seperti sediakala. Saat menyaksikan itu, mereka ingin membuka gembok pintu, namun tetap tidak bisa dibuka.

Kejadian ini segera menyebar ke seluruh penjuru kota. Tiga hari berlalu dari peristiwa itu dan pada hari keempat, Fathimah keluar dari tempat itu sambil menimang Ali as serata berkata kepada khalayak di sana, “Allah Swt telah memuliakanku atas perempuan-perempuan sebelumku. Aku masuk ke Baitullah, menikmati rezeki dan buah-buahan surgawi. Saat aku ingin keluar dari Baitullah, terdengar suara memanggil, ‘Wahai Fathimah! Berikan nama Ali kepada bayi yang baru lahir ini, karena Allah yang Mahatinggi berfirman: Aku telah pisahkan (pilihkan) namanya dari nama-Ku dan ia yang akan menghancurkan berhala-berhala di Baitullah.”” [Sayyid Hasyim Mahallati, Zendegani-ye Hazrat-e Amirul Mukminin (Riwayat Hidup Amirul Mukminin), jil. 1, hal. 28]

Ketika Imam Ali as berusia 6 tahun, di Mekah terjadi kemarau. Abu Thalib, sosok lelaki paruh baya, mengalami kesulitan ekonomi saat harus menafkahi keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang cukup banyak. Karena itu, Nabi Muhammad saw, juga Hamzah dan Abbas, kedua paman Nabi saw, memutuskan untuk menolong Abu Thalib dalam menghadapi masalah ini. Abbas membawa Ja’far dan Hamzah membawa Thalib ke rumahnya. Adapun Nabi Muhammad saw membawa Ali as ke rumahnya.

Dalam Nahj al-Balāgha (khutbah ke-192, hal. 222), Imam Ali as mengenang masa itu, “Ketika aku masih kecil, (Nabi Muhammad saw) meletakkanku di sampingnya dan mendekapku ke dadanya dan beliau menidurkanku di pembaringannya, menempelkanku ke tubuhnya. Terkadang Nabi Muhammad saw mengunyah makanan kemudian kunyahan itu diberikan kepadaku. Beliau tidak pernah mendengar bicara dusta dariku dan juga tidak pernah melihat kesalahan pada tingkah lakuku.”

Baca Biografi Singkat Imam Ali Amiril Mukminin a.s.

Selepas Bi’tsah Nabi (13 tahun sebelum hijrah), Ali as adalah lelaki pertama dan Khadijah perempuan pertama yang beriman kepada Nabi saw. Ali as yang saat itu berusia 10 tahun, bersama Nabi Muhammad saw melakukan salat secara sembunyi-sembunyi di gunung-gunung sekitar Mekah. Setelah Nabi saw melakukan dakwah secara terang-terangan pada tahun ketiga Bi’tsah, yang dikenal dengan ‘peristiwa dakwah pada keluarga terdekat’ (Indzar Asyirah) atau ‘peristiwa Yaum al-Dar’, Ali as mendukung Nabi saw dan beliau pun mengapresiasinya dengan sebutan ‘saudara, washi, dan pengganti dirinya’. Pada tahun keenam sebelum Hijrah, kaum Muslimin diblokade dan dikepung kaum musyrikin di Syi’bi Abi Thalib dan dilarang melakukan jual-beli dan berlalu-lalang.

Pada malam hijrah, Ali as yang mengetahui konspirasi kaum musyrikin untuk membunuh Nabi saw, tidur di pembaringan beliau. Saat itu, Ali as berusia 23 tahun. Kejadian ini dikenal dengan Lailatul Mabit. Beberapa hari setelah kejadian itu dan setelah Imam Ali as menunaikan hutang budinya kepada Nabi saw, bersama satu rombongan yang di antaranya terdapat Sayyidah Fathimah sa dan Fathimah binti Asad (ibu Imam Ali as), bertolak ke Madinah.

Rahasia kenapa Amirul Mukminin as dilahirkan di Kabah

Setelah menjelaskan peristiwa kelahiran Imam Ali di Kabah, sebagian tokoh Ahlussunnah berkata, “Peristiwa ini adalah karamah dan keagungan bagi Ali as yang lahir di Baitullah dan sebagai pemuliaan bagi tempat lahirnya.”

Setelah menukil peristiwa kelahiran Imam Ali as di Kabah, Alusi menyampaikan ungkapan indah berikut, “Mahasuci Zat yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan Dia Hakim yang Mahabijak.”

Alusi melanjutkan, “Seolah-olah Ali juga ingin membalas kemuliaan ini dengan menurunkan berhala-berhala dari Baitullah, karena dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa Kabah mengadu kepada Allah, ‘Ya Allah! Sampai kapan orang-orang musyrik menyembah berhala-berhala yang berada di sekitarku ini?’ Maka Allah swt menjanjikan untuk membersihkan tempat suci tersebut dari berbagai berhala yang ada.” (Al-Ghadir, jil. 6, hal. 36 – 37)

Syeikh Shaduq berkata, “Bahwa Amirul Mukminin as dilahirkan di Kabah untuk dikenang dan menjadi kemulian dari Allah Swt karena kedudukan dan keagungan beliau.”

Diriwayatkan dari Sha’sha’ah bin Shauhan yang melontarkan sebuah pertanyaan di akhir hayat Imam Ali as, “Anda yang lebih mulia atau Nabi Isa bin Maryam?” Imam Ali as menjawab, “Ketika itu ibunda Nabi Isa as berada di Batul Maqdis dan saat tiba waktu melahirkan, Maryam mendengar seruan yang memerintahkannya keluar dari sana, karena itu adalah tempat ibadah, bukan tempat melahirkan. Namun, ketika ibuku Fathimah binti Asad yang berada di Haram hendak melahirkanku, dinding Kabah terbelah dan aku dilahirkan di sana. Tiada seorang pun memiliki keutamaan ini, baik sebelum atau setelahku.” [Sayid Kazem Qazwini, Ali az Veladat ta Syahadat, Ali dari Lahir hingga Syahid]

Sebagian ulama mengatakan, “… Jelas bahwa Baitullah Kabah memiliki pintu untuk masuk. Akan tetapi, saat itu yang terbuka bukan pintu Kabah, melainkan dinding Kabah yang terbelah. Tujuannya supaya menjadi bukti kuat dan terang benderang dari sebuah mukjizat sehingga nantinya orang-orang yang meragukan hal itu tidak dapat mengatakannya sebagai suatu kebetulan.”

Peristiwa kelahiran Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dalam Baitullah Kabah merupakan kesepakatan sejarah yang tak hanya dinukil dalam sumber-sumber Syiah. Tapi juga disebutkan dalam berbagai sumber valid dan utama Ahlussunnah yang kemudian dikoleksi Allamah Amini dalam kitab al-Ghadir.

Meskipun seluruh rahasia kelahiran Imam Ali as di Baitullah Kabah tidak akan pernah terungkap bagi siapa pun, namun dari pernyataan kebanyakan ulama secara umum, dapat diketahui dengan baik bahwa peristiwa ini merupakan suatu mukjizat dan karamah bagi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dan satu mozaik dari keistimewaan atau anugerah Ilahi yang menurut ulama Ahlussunnah semacam Alusi, Hakim Naisaburi, dan selainnya, hanya dikhususkan bagi Imam Ali as. Pasalnya, tak seorang pun sebelum dan setelah beliau dilahirkan di Kabah. Kelahiran di Baitullah Kabah dan syahadah di masjid membuktikan kedudukan tinggi dan agung Imam Ali as. (wikishia/ikmal)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *