Ikuti Kami Di Medsos

Berita

110 Masalah Akidah: Apakah Mukjizat Rasulullah SAW “Membelah Bulan” dapat Ditafsirkan oleh Sains Modern?

Dalam ayat pertama, surat Al-Qamar [54] kita membaca, “Telah dekat [datangnya] saat itu dan telah terbelah bulan.”

Ayat suci ini berkisah tentang mukjizat agung Syaq al-Qamar (membelah bulan). Menurut riwayat yang masyhur -sebagian ulama juga mengklaimnya sebagai riwayat yang mencapai derajat tawâtur- kaum musyrikin datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Sekiranya engkau berkata benar dan engkau adalah seorang utusan Allah, belahlah bulan di hadapan kami.” Rasulullah SAW bersabda, “Jika aku melakukannya apakah Kamu akan beriman kepadaku?” “Iya!”, jawab mereka. Dan pada malam itu, tepatnya malam keempat belas, Rasulullah saw. memohon kepada Allah swt. supaya mengabulkan permintaan mereka. Tiba-tiba bulan terbelah dua, dan Rasul memanggil mereka satu per satu seraya bersabda, “Lihatlah!”

Tentang bagaimana mungkin benda besar langit dapat terbelah dan seluk-beluk kejadian seperti ini, apa akibat yang ditimbulkan atas planet bumi dan tata surya, bagaimana dua bagian bulan itu setelah terbelah, dan bagaimana mungkin kejadian seperti ini dapat terjadi, sementara sejarah alam semesta tidak pernah berkisah tentang kejadian ini? Dengan memperhatikan pelbagai temuan dan telaah para astronom, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini tidaklah begitu pelik. Lantaran temuan menyatakan, “Kejadian seperti ini bukan hanya tidak mustahil, melainkan contoh kejadian seperti ini telah disaksikan berulang kali, meskipun masing-masing kejadian ini memiliki faktor khusus.”

Dengan kata lain, seringkali terjadi ledakan dan belahan-belahan pada tata surya dan planet-planet lainnya. Di sini kami akan sebutkan beberapa contoh sebagai berikut:

Penemuan Tata Surya (Solar System)

Pendapat ini diterima oleh segenap ilmuwan bahwa seluruh planet yang berada dalam tata surya -pada mulanya- termasuk di dalam matahari, kemudian mereka berpisah. Dan setiap saat ia berputar pada orbitnya. Namun, berkenaan dengan faktor penyebab terjadinya hal ini terdapat teori yang berbeda.
Laplace (1749-1827) berkeyakinan bahwa faktor penyebab terjadinya perpisahan ini adalah “kekuatan lari dari poros” yang dahulu merupakan bagian ekuator matahari, (dan kini juga demikian adanya). Berputar mengelilingi matahari, dan kecepatan perputaran pada daerah ekuator menjadi penyebab bagian-bagiannya terpisah dari matahari, lalu bercerai-berai di ruang angkasa dan berputar mengelilingi poros aslinya, yaitu matahari.

Akan tetapi, penelitian-penelitian yang diadakan kemudian oleh para ilmuwan selepas Laplace berujung kepada teori lain. Mereka berpendapat bahwa berpisahnya ekuator ini terjadi karena pasang-surut yang luar biasa dalam tingkatan matahari beradasarkan melintasnya satu bintang raksasa dari dekat ekuator tersebut.
Para pendukung teori ini tidak memandang cukup bahwa gerakan orbit matahari pada saat itu merupakan penjelas berpisahnya bagian-bagian ekuator tersebut. Mereka pun bersandar kepada asumsi yang lain. Kata mereka: “Gerakan pasang-surut ini menghasilkan gelombang raksasa pada permukaan matahari, persis seperti jatuhnya sebongkah batu raksasa di sebuah samudra. Dan efeknya, penggalan matahari, satu per satu, terlempar keluar, dan berputar pada poros matahari.”
Secara umum, apa pun faktor pemisahnya, seluruh ilmuwan ini berkeyakinan bahwa tata surya terjadi melalui proses pembelahan dan pemisahan.

Asteroid

Asteroid-asteroid merupakan batu-batu raksasa yang berada di langit yang berputar mengelilingi tata surya. Terkadang ia disebut sebagai planet kecil dan serupa dengan bintang. Yang besar dari asteroid ini, kucurannya mencapai 25 kilometer. Akan tetapi, biasanya ia berukuran lebih kecil dari kucuran 25 kilometer.
Para ilmuwan ruang angkasa berkeyakinan bahwa asteroid-asteroid ini merupakan bintang-bintang raksasa lainnya yang bergerak di antara orbit planet Mars dan Jupiter. lalu, lantaran faktor-faktor yang tidak diketahui, asteroid-asteroid ini meledak dan pecah.

Hingga kini, lebih dari lima ribu asteroid yang telah ditemukan. Di antara asteroid ini, ada yang lebih besar dilihat dari sisi volume, ukuran, dan durasi gerakannya mengelilingi matahari. Sebagian ilmuwan itu memberikan signifikansi terhadap asteroid ini, dan terkadang berpendapat bahwa asteroid ini dapat digunakan oleh para pelancong ruang angkasa sebagai posko. Hal ini merupakan contoh yang lain dari terpecahnya celestial body di langit.

Meteor

Meteor merupakan batu-batu kecil yang berada di langit. Acapkali ukuran komet-komet ini tidak melebihi satu biji kemiri. Ia mengitari orbit khas lingkaran matahari dengan laju yang sangat cepat. Dan terkadang jalannya mengalami interseksi dengan orbit planet bumi, dan tertarik ke arah bumi.
Lantaran benturan keras dengan udara yang menguasai planet bumi, batu-batu kecil ini akan menjadi panas dan membara, serta menyala karena kecepatannya yang luar biasa bak kilat. Kita melihatnya dalam bentuk garis bersinar indah pada kisi-kisi (atmosfer) langit. Dan kita menyebutnya anak panah meteor.
Kerap kita membayangkannya sebagai bintang jatuh. Meteor yang kecil dalam jarak yang sangat pendek akan terbakar, dan kemudian menjadi debu.
Poros rotasi meteor bersambung dengan poros bumi dengan dua poin.

Para ilmuwan berkata, “Meteor ini adalah sisa-sisa komet-komet yang disebabkan oleh kejadian yang tidak diketahui, meledak dan saling bertabrakan.”
Semua ini adalah contoh dari adanya insyiqâq (terbelah) di planet langit. Bagaimana pun, masalah ledakan dan pembelahan yang terjadi di planet-planet langit bukanlah sebuah kejadian yang baru. Dan hal itu tidak mustahil dari sudut pandang sains, bahkan dalam persfektif mukjizat.

Kembali kepada masalah insyiqâq. Dalam keadaan normal, berdasarkan kekuatan gravitasi yang berada di antara kedua garis tersebut, sangat memungkinkan peristiwa ini dapat terjadi. Ilmu perbintangan kuno -yang masih berbasis pada pandangan Ptolemius dan objek selestial sembilan (planet-planet)nya yang mirip irisan bawang yang satu dengan lainnya bersambung menjadi satu sehingga peristiwa kharq dan iltiyâm- mustahil terjadi bagi kebanyakan orang. Selain mengingkari Mikraj jasmani, ia juga mengingkari terbelahnya bulan. Karena, kedua hal ini menjadi penyebab kharq dan iltiyâm pada obyek selestial. Akan tetapi, dewasa ini asumsi objek selestial Ptolemius telah musnah dan hanya menjadi sebuah legenda dan ilustrasi semu. Dengan demikian, tidak ada ruang lagi bagi kita untuk membahasnya.

Barangkali, perlu diingatkan di sini bahwa terbelahnya bulan tidak terjadi di bawah satu faktor natural yang biasa, melainkan memiliki dimensi mukjizat. Karena mukjizat tidak termasuk sesuatu yang mustahil, maka masalah ini juga bukan termasuk hal yang mustahil.

Menjawab 110 Masalah Akidah, Ayatullah al-Uzhma Makarim Syirazi

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *