Berita
ICRP: Pentingnya Memupuk Kesadaran Demi Meraih Toleransi
“Jangan membicarakan perbedaan, kita bicarakan persamaan. Kita bukan terlahir dari batu, kita terlahir dari rahim ibu yang penuh kasih sayang,” kata Apendi, seorang penghayat kepercayaan dari Bogor Jawa Barat.
Hal itu ia ungkapkan dalam acara bedah buku “Pendidikan HAM, Demokrasi & Konstitusi Bagi Penyuluh Agama” yang diselenggarakan oleh ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace) di perpustakaan MPR gedung Nusantara IV Jakarta, Selasa (2/8).
Lebih lanjut ia menyayangkan sikap pemerintah yang hanya mengakui enam agama di Indonesia. “Padahal, sebelum agama-agama itu datang, berbagai macam keyakinan sudah ada di Indonesia dan aman-aman saja,” tambahnya.
“Apa kita mau menyingkirkan agama-agama dan keyakinan lokal yang mereka tidak melakukan apa-apa; tidak bertentangan dengan visi-misi negara, kok sepertinya mau diusik-usik bahkan dihilangkan,” kata Irna Permanasari, salah satu pembicara dalam acara itu.
Sementara itu, Shaifurrahman Mahfudz pembicara lain dalam bedah buku itu mengutip sebuah ayat Al-Quran yang berbunyi: “…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, …” (Q.S Al-Maa’idah: 48).
Menurutnya, perbedaan yang disiapkan Allah sebagai sarana berlomba meraih kebaikan itu tidak disikapi demikian oleh sebagian umat Islam. “Pemahaman agama kita yang sempit menjadikan kita tidak terbuka dalam menyikapi perbedaan,” ungkap Shaifurrahman yang juga Sekretaris Jenderal Andalusia Islamic Center.
Mohammad Monib, Direktur Eksekutif ICRP sendiri menjelaskan bahwa program-program acara seperti ini, dan traning-traning lain yang dilakukan ICRP bertujuan memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga pluralisme dan kedamaian serta memberikan kesadaran bersama untuk mentaati konstitusi bangsa ini. (Malik/Yudhi).