Pustaka
Pidato Rasulullah Saat Sakit Jelang Wafat
Dalam kitab Tarikh Thabari (jil. 2, hal. 402), dari Ibnu Humaid, dari Salmah, dari Ibnu Ishaq, dari Abdullah bin Abi Najih; dan Ibnu Atsir dalam Tarikh al-Kamil (jil. 1, hal. 153), dari Fadhl bin Abbas yang berkata,
“Rasulullah saw mendatangiku. Aku pun bergegas menyongsong beliau dan mendapatinya dalam keadaan kepala terbalut dengan keras. Rasulullah saw berkata, ‘Pegang tanganku, hai Fadhl.’ Maka, aku pun meraih tangannya hingga beliau duduk di atas mimbar. Kemudian Rasulullah saw berkata, ‘Panggil orang-orang.’
Lantas, mereka pun berkumpul di hadapan beliau. Lalu Rasulullah saw bersabda, “Amma ba’du’. Wahai manusia, sesungguhnya aku memuji Allah di hadapanmu, Dzat Yang tidak ada tuhan selain Dia. Selanjutnya, sungguh telah dekat waktunya aku pergi dari tengah-tengah kalian. Siapa saja yang telah aku cambuk punggungnya maka inilah punggungku, silahkan membalasnya. Siapa saja yang telah kucaci dan langgar kehormatannya, inilah kehormatannya, silahkan membalasnya. Siapa yang telah kuambil hartanya, inilah hartaku, silahkan ambil. Jangan takut aku marah, karena itu bukan watakku.
Ketahuilah, sesungguhnya orang yang paling kucintai di antara kalian adalah yang mengambil haknya yang ada padaku jika ia memilikinya atau membebaskanku, sehingga aku dapat menemui Tuhanku dalam keadaan bahagia. Sungguh, aku memandang ini tidak cukup hingga aku berdiri berkali-kali di hadapan kalian.'”
Kemudian Rasulullah saw turun dari mimbar untuk melaksanakan salat Zuhur. Setelah itu, Rasulullah saw duduk kembali di atas mimbar dan mengulangi perkataannya yang pertama.
Kemudian Rasulullah saw berkata, “Wahai manusia, siapa saja yang memiliki sesuatu hendaknya menunaikannya, dan jangan katakan ini aib dunia. Karena ketahuilah, sesungguhnya aib dunia lebih ringan dari aib neraka.”
Kemudian Rasulullah saw mendoakan dan memohonkan ampunan bagi para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,
“Sesungguhnya seorang hamba telah diberi pilihan oleh Allah antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu ia memilih apa yang ada di sisi-Nya.”
Syaikh Shaduq meriwayatkan, dari Thaliqani, dengan bersanad dari lbnu Abbas yang bercerita, ketika Rasulullah saw sakit, sementara para sahabatnya berada di sekeliling beliau, Ammar bin Yasir berdiri dan berkata kepadanya, “Biarlah ibu dan bapakku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah, siapa di antara kami yang akan memandikan jenazahmu jika engkau meninggal dunia?”
Rasulullah saw menjawab, “Ali bin Abi Thalib. Karena ia tidak mengurus anggota tubuhku melainkan para malaikat membantunya.”
Ammar bin Yasir bertanya lagi, “Biarlah ibu dan bapakku menjadi tebusanmu. Siapa di antara kami yang akan menyalati jenazahmu jika engkau telah tiada?”
Rasulullah saw berkata, “Semoga Allah merahmatimu.”
Kemudian Rasulullah saw berkata kepada Ali, “Jika engkau lihat waktu telah meninggalkan jasadku maka mandikanlah aku dengan bersih, lalu kafani aku dengan dua helai kain usang ini [kain putih Mesir dan selimut Yaman] dan jangan gunakan kain mahal untuk mengkafaniku. Kemudian bawa jenazahku hingga engkau letakkan di pinggir kuburanku.”
“Adapun yang pertama menyalatiku adalah al-Jabbar Jalla Jalalluh dari atas ‘Arsy-Nya, kemudian Jibril, Mikail, dan lsrafil beserta pasukan malaikat yang tidak ada yang dapat menghitung jumlahnya kecuali Allah Swt. Kemudian para malaikat yang mengelilingi ‘Arsy. Kemudian para penduduk langit demi langit. Kemudian pemimpin Ahlulbaitku dan istri-istriku dari yang paling dekat dan seterusnya….”
*Madinah Balaghah