3 Tahapan Mendidik Anak ala Islam
“Sayangilah dan layanilah anak sampai usia tujuh tahun, kemudian didiklah anakmu selama tujuh tahun (kedua), dan di tujuh tahun ketiga, suruhlah anakmu untuk ikut membantu urusan keluargamu.” (Imam Ali as)
Para pakar pendidikan membagi tahapan perkembangan kehidupan manusia sejak awal, yaitu sejak lahir hingga usia 20 tahun ke dalam enam bagian. Mereka meneliti dengan saksama potensi-potensi serta kebutuhan-kebutuhan fisik, mental, dan otak dalam setiap tahap perkembangan tersebut. Islam juga membagi-bagi tahapan kedewasaan manusia ke dalam tiga fase.
Tujuh Tahun Pertama
Sejak anak lahir hingga usia tujuh tahun adalah tahapan perkembangan pertama. Anak dalam usia dini seperti ini khususnya di awal-awal kehidupannya adalah sosok yang tidak berdaya dan lemah sehingga harus mendapat perawatan dan pengawasan yang sangat baik. Ia harus mendapatkan asuhan dan kasih sayang serta nutrisi yang sangat baik agar dapat tumbuh menjadi anak yang sehat. Strategi paling baik bagi anak-anak dalam tahapan usia seperti itu adalah menyuruhnya bermain.
Tujuh Tahun Kedua
Anak-anak pada tahap usia tujuh tahun kedua (7-14) secara fisik dan kecerdasan dianggap sudah matang. la sudah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan secara intelektual siap memulai proses pembelajaran. Ia dapat dididik untuk mengembangkan sifat-sifat baik dan menjauhi sifat-sifat buruk.
Anak pada usia tersebut sudah dapat mempelajari sesuatu, belajar membaca dan menulis. Inilah momentum yang baik untuk memulai proses pembelajaran dan pembinaan. Mereka harus mengalami pembiasaan mengamalkan karakter-karakter baik yang praktis dan menanggalkan sifat-sifat tidak baik. Ajarkan pula pada mereka, keterampilan membaca yang tepat. Dalam hadis dikatakan, anak-anak yang berusia 7- 14 harus dilatih mengemban tanggung jawab serta diajarkan menulis dan membaca.
Tujuh Tahun Ketiga
Fase ketiga ini merentang sejak usia 14 hingga 21 tahun. Inilahmasa belajar secara serius dan melatih pengembangan watak secara maksimal. Apa-apa yang telah dipelajari dari guru pendidik kini saatnya dipraktikkan. Ia harus dilibatkan dalam aktivitas keluarga dan diposisikan layaknya asisten keluarga. Serahi tanggung jawab sesuai kemampuannya dengan atau tanpa pengawasan.
Anak pada usia tersebut dapat belajar dari orangtuanya sehingga pengalamannya kian bertambah. Inilah usia yang sangat kritis. Seiring terjadinya perubahan hormon dalam tubuhnya, terjadi pula sejumlah perubahan mental dan fisik. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya dan itu disadarinya. Ia bukan lagi anak-anak yang belum balig tapi juga bukan orang dewasa yang sudah benar-benar matang. Wataknya masih temperamental dan emosional.
Pada masa-masa cukup kritis ini, dorongan biologis mulai muncul sehingga timbullah hasrat terhadap lawan jenis. Hasrat-hasrat biologis itu sangat fatal jika dibiarkan bebas berkeliaran.
Ayatullah Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik