Laporan Utama
Yasmin: Sekolah Gratis Ditopang Bisnis Barang Bekas
Pendidikan layak dan berkualitas adalah kemewahan yang hampir mustahil dijangkau anak-anak miskin di negeri kita. Kegagalan pemerintah menyediakan pendidikan berbiaya murah, membuat ribuan bahkan jutaan anak miskin itu terlantar di jalanan atau diam di rumah tanpa masa depan jelas. Mereka bahkan tak berani walau sekadar bermimpi akan bisa menghirup aroma sekolah seperti anak-anak lain dari keluarga mampu.
Prihatin dengan kondisi itu, Yayasan Imdad Mustadhafin (Yasmin), sebuah yayasan di pinggiran kota Jakarta, berinisiatif menyediakan pendidikan gratis bagi warga miskin sekitar.
Sedikitnya delapan sekolah formal dan beberapa pendidikan non-formal lain seperti lembaga pendidikan “Baitul Hikmah,” Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) “Ceria,” PKBM; Paket B (Setara SMP), Paket C (setara SMA), serta kursus keterampilan dan pelatihan seperti kursus menjahit, kursus komputer, dan kegiatan sosial lain telah disediakan secara gratis oleh Yasmin.
Di antara sekolah formal tersebut ada SMP Utama dan SMK Informatika Utama di Cinere, Depok Jawa Barat. Sekolah-sekolah ini telah berdiri lebih dari delapan tahun atas kerjasama Yasmin, Lazis PLN P3B Jawa-Bali, dan Lazis PLN Pusat. Lokasi di komplek PT. PLN P3B Jawa-Bali dipilih karena pihak PLN memang menjadi penyedia tempat bagi sekolah-sekolah itu. Sedangkan Yasmin berperan sebagai pelaksana program-program pendidikan sekaligus penanggung-jawab bagi pembiayaan operasional pelbagai sekolah tersebut.
Di Ciseeng, Bogor, Yasmin juga telah mengembangkan sekolah SMP dan SMK Pertanian Cendikia dengan pola serupa.
Semua sekolah gratis tadi sengaja dibangun dengan pola pengajaran yang mengedepankan pendidikan kepribadian dan akhlak mulia, kecintaan pada ilmu pengetahuan, penguasaan life skills, kemandirian, dan kepedulian sosial para siswa.
Lantas, darimana Yasmin memperoleh dana operasional sekolah gratis yang selama ini dikelolanya?
Kepada ABI Press, salah seorang staf yayasan menyebutkan bahwa pembiayaan hampir semua program yayasan didukung oleh bisnis jual-beli barang bekas berkualitas yang dinamai “Barbeku.” “Ya, sebagian besar dana Yasmin memang ditopang usaha jual-beli Barbeku,” ungkap Sulistiyo, Manajer Program Pendidikan dan Sosial Yasmin kepada ABI Press di kantornya, Selasa (1/4) lalu.
Sulistiyo menambahkan, dari hasil jual beli itu, setelah dipotong biaya operasional, termasuk gaji karyawan, seluruh keuntungan dipergunakan untuk program-program yayasan. Barang bekas yang diperjual-belikan saat ini di antaranya adalah furniture, elektronik, dan barang bekas layak pakai lainnya. Saat ini, Barbeku telah memiliki lima unit cabang di wilayah Depok, Jawa Barat.
Program-program Yasmin ini tidak hanya terlaksana oleh sokongan dana jual-beli saja melainkan juga dana yang berasal dari donatur, hibah barang bekas, serta infak dan sedekah.
“Jadi, sekitar 2/3 dari kebutuhan yayasan ditopang oleh bisnis Barbeku. Sisanya didukung oleh hibah, donatur, zakat dan sebagainya,” tambah Sulistiyo.
Saat ditanya soal kendala yang selama ini dihadapi Yasmin, kepada ABI Press Sulistiyo bercerita tentang pasokan barang bekas ke Barbeku yang terkadang sulit didapat. Akibatnya, Barbeku mulai mengembangkan usahanya ke jual-beli barang baru. Nah, dalam kondisi tak menentu semacam inilah, peran donatur dirasa sangat penting.
Eet Sukaisih, warga Sawangan, Depok Jawa Barat adalah salah seorang donatur Yasmin. Saat kami temui di rumahnya, Kamis (3/4) Eet mengaku telah menjadi donatur Yasmin sejak tahun 2002.
Apa yang membuatnya tergerak menjadi donatur? Eet menyatakan, salah satu alasannya adalah rasa salutnya atas keseriusan Yasmin mengembangkan program sosial dan pendidikan. Itulah yang membuatnya terpanggil untuk bergabung memberikan kontribusi ke yayasan itu. Tak hanya itu, ia juga selalu menginformasikan kepada teman-temannya, dari mulut ke mulut untuk mengenalkan dan menumbuhkan kepedulian terhadap yayasan yang satu ini. Tidak hanya berbentuk materi, dia dan kawan-kawannya pun bertekad menyumbangkan tenaga untuk terlibat dalam program-program pendidikan Yasmin guna meningkatkan mutu pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.
Dari hasil usaha, hibah, dan peran donatur itulah seluruh siswa didik Yasmin terbebas dari biaya pendidikan. Mulai dari biaya bulanan, ujian, buku paket, seragam sekolah sampai layanan kesehatan pun diberikan secara gratis.
Selain program pendidikan, Yasmin juga memiliki program sosial seperti acara pengobatan gratis bagi warga kurang mampu. Hanya saja, menurut Sulistiyo, Yasmin memang lebih fokus ke program pendidikan.
“Kami berharap dampaknya nanti tidak hanya bisa mengubah semangat dan kesadaran anak-anak agar mau belajar, tapi mereka bisa mentransformasikan pengetahuan dan keahliannya menjadi daya dukung bagi peningkatan taraf hidup sosial maupun akhlak keluarganya masing-masing,” terangnya.
Meskipun gratis, program pendidikan diterapkan secara profesional, mulai dari gaji guru yang profesional, sistem pembelajarannya pun sesuai kurikulum standar. Sebagai contoh di SMK Informatika Utama, sekolah berbasis kejuruan ini hampir semua alumninya telah bekerja di bidang IT berkat kerja keras para pendidik dan peran keluarga besar Yasmin.
Yayasan yang telah ada sejak 1989 dan beralamat di Jl. Punawarman blok A No. 37 Bukit Cirendeu, Ciputat-Tangerang ini didirikan oleh Dr. Haidar Bagir dan kawan-kawan, guna merajut masa depan keluarga dhuafa melalui progam pendidikan gratis dan berkualitas.
Yasmin bertekad mengembangkan sayap usahanya agar dapat mengembangkan program pendidikan dan sosialnya ke tengah masyarakat yang lebih luas.
Sebagai salah satu dari sekian banyak yayasan pendidikan yang memberikan harapan bagi masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan gratis dan berkualitas, sudah selayaknya keberadaan dan kesinambungan program-program Yasmin makin didukung oleh banyak pihak, termasuk pemerintah. (Malik/Yudhi)
Bersambung..