Ikuti Kami Di Medsos

Khutbah

Ganjaran Hakiki dari Ibadah Puasa

Ganjaran Hakiki dari Ibadah Puasa

Ahlulbait Indonesia – Imam Khomeini menegaskan bahwa ganjaran hakiki dari ibadah puasa sebagaimana disebutkan dalam hadis Qudsi adalah: “Itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi ganjarannya.” Namun, apabila seseorang menjalankan puasa hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum, tetapi tetap membiarkan lisannya terjerumus dalam fitnah dan ghibah, maka puasanya menjadi sia-sia dan tak memberikan manfaat. Lebih dari itu, ia kehilangan hak untuk merasakan rahmat yang Allah SWT anugerahkan kepada manusia.

Allah SWT telah memberikan karunia kepada umat manusia melalui berbagai jalan yang membawa manfaat bagi kehidupan mereka. Salah satu bentuk kasih sayang-Nya adalah dengan mengutus para nabi dan menurunkan kitab-kitab suci sebagai pedoman hidup agar manusia dapat mencapai kesempurnaan dan meraih martabat yang agung. Allah SWT juga menganugerahkan akal, kemampuan, dan berbagai kemuliaan kepada Bani Adam sebagai modal utama dalam perjalanan menuju kedekatan dengan-Nya.

Imam Khomeini mengingatkan bahwa dalam menjalankan ibadah, kita harus senantiasa menjaga hati dari godaan nafsu dan rayuan duniawi yang dapat membutakan kesadaran spiritual. Hubungan erat dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW menjadi kunci utama keberhasilan di dunia dan akhirat. Puasa Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sarana untuk membersihkan hati serta mendekatkan diri kepada Allah demi memperoleh keberkahan-Nya.

Bulan Ramadan hadir setiap tahun laksana sepotong surga yang diturunkan ke dalam kehidupan dunia yang penuh godaan dan tantangan. Bulan ini merupakan kesempatan bagi manusia untuk menikmati jamuan Ilahi dan memperoleh limpahan rahmat-Nya. Sebagian orang mampu memanfaatkannya dengan baik, mengisi tiga puluh hari penuh dengan ibadah dan ketakwaan, sehingga mereka merasakan manisnya spiritualitas bahkan hingga setahun berikutnya. Ada pula yang, berkat ketekunan mereka, mendapatkan keberkahan Ramadan sepanjang hidup mereka. Namun, sangat disayangkan, ada pula yang melewati bulan suci ini dalam kelalaian tanpa memperoleh manfaat yang berarti.

Baca juga : Ayatullah Khamenei: Mengatasi Masalah Keadilan Sosial dengan Al-Qur’an

Mereka yang berhasil menjadikan bulan Ramadan sebagai momentum untuk melawan hawa nafsu telah meraih kesuksesan besar yang harus terus dijaga. Sebaliknya, mereka yang selama ini dikendalikan oleh syahwat dan kebiasaan buruk hendaknya menjadikan Ramadan sebagai titik balik untuk memperbaiki diri. Sumber segala kesengsaraan manusia adalah ketundukan pada hawa nafsu. Segala bentuk kezaliman, ketidakadilan, peperangan yang tidak dibenarkan, serta kepasrahan terhadap penindasan, semuanya berakar dari kecenderungan manusia untuk mengikuti nafsu dan bisikan syahwat. Oleh karena itu, barang siapa yang berhasil mengendalikan hawa nafsunya, ia akan mencapai kebahagiaan sejati. Ramadan adalah kesempatan bagi kita untuk mengembangkan kemampuan tersebut.

Esensi Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, melainkan latihan menjauhi dosa. Di bulan suci ini, kita harus berusaha menghindari perbuatan maksiat. Jika dosa telah dijauhkan dari diri kita, maka jalan menuju kebebasan spiritual akan terbuka. Pada saat itulah seseorang dapat menempuh perjalanan Ilahi dan menyelesaikan tugas kemanusiaannya. Namun, perjalanan spiritual itu mustahil terlaksana jika seseorang masih terbelenggu oleh dosa. Oleh karena itu, Ramadan adalah kesempatan emas untuk melatih diri agar senantiasa menjauhi dosa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Puasa yang diwajibkan oleh Allah sejatinya adalah bentuk penghormatan dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya. Ini adalah anugerah dan kesempatan berharga bagi mereka yang mampu menjalankannya dengan baik. Memang, dalam menjalankan ibadah ini terdapat berbagai kesulitan, tetapi semua pekerjaan yang membawa keberkahan dan manfaat pasti disertai dengan tantangan. Tanpa melalui kesulitan, seseorang tidak akan merasakan manisnya keberhasilan. Namun, kesulitan dalam berpuasa tidaklah sebanding dengan pahala dan manfaat besar yang diperoleh. Dengan pengorbanan kecil, seseorang bisa meraih keuntungan yang luar biasa dari ibadah ini.

Sebagai penutup, Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Barang siapa yang mampu memanfaatkannya dengan baik akan merasakan dampaknya sepanjang hidupnya. Sebaliknya, mereka yang mengabaikannya akan kehilangan kesempatan besar untuk mencapai kebahagiaan sejati. Maka, marilah kita jadikan Ramadan sebagai momentum untuk meraih kedekatan dengan Allah dan meningkatkan kualitas diri dalam segala aspek kehidupan.[]

 

Sumber: Ayatullah Ruhullah Khomeini, Pesan Sang Imam

Baca juga : Nasihat Pemimpin Revolusi: Panduan Hidup untuk Para Pemuda