Kalam Islam
Sayid Hasyim Haidari: Konsekuensi Penantian Imam Mahdi
Topik terpenting yang berkenaan dengan Imam Mahdi as adalah kesiapan. Tema terpenting di semua persoalan tentang Imam Mahdi as adalah kesiapan dan penantian.
“Sebaik-baik amalan umatku adalah menanti kelapangan (kedatangan Imam Mahdi as).”
Namun, berbicara mengenai persiapan di masa kegaiban (Imam Mahdi as), apakah kita dituntut untuk melakukan penyiapan?
Penantian yang positif ialah keberbuatan, kebersiapan, dan ada pula pengertian dari penyiapan/pengondisian. Penyiapan untuk kedatangan Imam Mahdi as adalah penyegeraan dan pengondisian. Pengondisian merupakan taklif kita, taklif bagi seluruh pengikut Ahlulbait dan muslimin. Mengapa? Karena penyebab kegaiban sang Imam adalah kita sendiri. Ini harus diratapi.
Saya yakin bahwa setiap hari Imam meratap dan berseru kepada kita dan seluruh mukminin, “Kalian penyebab kegaibanku.”
Kitalah penyebab kegaiban imam, dan tentu ada banyak dalil, dan para ulama pun telah menyebutkan masalah ini. Termasuk Syaikh Allamah Nashiruddin Thusi yang dimakamkan di area gerbang al-Murad, komplek pusara Imam Musa Kazhim as. Beliau berkata, “Keberadaannya adalah anugerah, sedangkan ketiadaanya adalah karena kita.”
Ya, ketiadaannya diakibatkan kita. Karena itu, al-Quran mengatakan: … yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum….
Nikmat tidak akan menghilang kecuali dikarenakan faktor kita sendiri, dan nikmat pun tidak akan datang lagi kecuali akibat kita sendiri.
Ayat lain: Sesungguhnya Allah tidak akan megubah keadaan suatu kaum… (QS. ar-Ra’ad: 11), sementara ayat pertama menegaskan: … yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat….
Ketika Imam meniada dari kita, padahal beliau adalah anugerah nikmat besar, maka kitalah penyebabnya. Beliaulah yang menanti kita, dan ini merupakan satu kajian di mana kita wajib memikirkannya dan menelisik diri kita.
Di mana posisi kita dalam penantian?
Di mana posisi kita dalam penyiapan?
Jadi, kita harus menyiapkan demi mempercepat kelapangan, bukan dengan doa semata, melainkan dengan berbuat, menyiapkan, dan menanti.
“Sebaik-baik amalan umatku adalah menanti kelapangan.”
Amal perbuatan bukan sebatas emosionalitas dan air mata. Ini adalah amalan dan sebaik-baik amalan. Yakni amalan terberat. Yang paling penting artinya adalah yang paling berat. Jadi penantian dan penyiapan adalah dua perkara yang saling terkait. Ketika penyiapan yang hakiki terealisasi pada seseorang, maka jadilah ia seorang penanti. Ketika penanti menjadi penanti yang hakiki, maka jadilah ja orang yang menyiapkan/mengondisikan kemunculan Imam as.
Dengan demikian, orang yang menyiapkan adalah orang yang membenahi dirinya terlebih dahulu, kemudian keluarganya, kerabatnya, daerahnya, masyarakatnya, bangsanya, dan umatnya. Sebab, faktor (penyebab)nya adalah kita sendiri: faktor dosa, ketidakpedulian, ketidakbecusan, rasa cukup dengan doa. Ini tentu tak cukup untuk kemunculan penyelamat terbesar dan revolusi terpenting sepanjang sejarah.
*Ditranskrip dari video Youtube Sahara TV