Kalam Islam
Oleh-oleh Syahid Muthahhari dari Paris
Oleh-oleh Syahid Muthahhari dari Paris
Sewaktu Imam Khomeini keluar dari Irak menuju Paris, sejumlah tokoh menemui beliau. Di antaranya adalah Syahid Muthahhari. Sekembalinya Syahid Muthahhati dari Paris, teman-temannya bertanya kepada beliau, “Apa yang engkau saksikan di Paris?” Beliau menjawab, “Aku menyaksikan empat âmana (yang dipercaya Imam Khomeini).”
Marilah kita dengarkan langsung tuturan Syahid Muthahhari;
- Ia percaya pada tujuannya. Jika dunia ini dikumpulkan, maka semua itu tak akan mampu menyimpangkan dirinya dari tujuan.
- Ia percaya pada jalannya; sehingga tidak mungkin dibelokkan dari jalan itu. Ini persis dengan iman dan kepercayaan Rasulullah saw terhadap tujuan dan jalannya.
- Ia percaya pada ucapannya; di antara teman-teman dan sahabatku, aku tidak menjumpai seorang pun yang memiliki kepercayaan terhadap jiwa dan semangat rakyat Iran sebagaimana beliau. Tatkala mereka menasihati beliau agar bergerak secara perlahan lantaran rakyat sedang kurang semangat dan merasa keletihan, beliau malah menjawab, ‘Tidak, rakyat bukan sebagaimana yang kalian katakan, aku mengenal rakyat dengan baik.’ Aku menyaksikan bahwa hari demi hari ucapan beliau menjadi kenyataan.
Baca juga : Pemuda Tobat, Manusia Paling Dicinta Allah
Lebih dari itu, beliau percaya pada Tuhannya.. Dalam sebuah majelis khusus, beliau (Imam Khomeini) berkata padaku, ‘Hai fulan! Ini bukan kita yang melakukannya. Aku merasakan dengan jelas tangan Allah.’
Sosok yang mampu merasakan pertolongan dan karunia Allah Swt, serta melangkahkan kaki di jalan-Nya, niscaya Allah Swt pun akan menurunkan bantuan dan pertolongan-Nya sebagaimana tercantum dalam ayat suci-Nya.
Allah Swt berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7)
“Aku benar-benar menyaksikan pertolongan Allah Swt kepada pribadi agung itu. Beliau bangkit demi Allah, dan Allah pun menganugerahi beliau hati yang tegar, yang sama sekali tidak terguncang rasa takut. Pribadi ini sehari-harinya duduk dan memberi berbagai wejangan yang mengobarkan semangat, sedangkan di pagi buta minimal selama sejam, beliau berdoa dan bermunajat kepada Allah, seraya meneteskan air mata.
Ini sulit dipercaya! Sosok ini, persis sebagaimana sosok Imam Ali bin Abi Thalib as yang sering disebut tersenyum ketika berhadapan dengan musuh di medan perang, dan menangis ketika berada di mihrab, seraya jatuh pingsan. Semua itu aku saksikan pada diri beliau (Imam Khomeini).”
Muhammad Muhammadi, Cerita-Cerita Hikmah
Baca juga : Penyakit Keras Hati