Kalam Islam
Menempatkan Diri Di Bulan Ramadhan
Menempatkan Diri Di Bulan Ramadhan
Berpuasa dengan meletakkan kepala pada penghambaan ilahi mendapat pujian para malaikat. Khususnya ketika mereka menyaksikan sekelompok manusia yang bermaksiat dan keluar dari lingkaran penghambaan kepada Allah Swt. Rasulullah Saw dalam hal ini bersabda, “Tidak ada orang berpuasa yang melewati sekelompok orang yang menyepelekan kesucian bulan Ramadhan, yang sedang menyantap makanan, kecuali seluruh anggota badannya mengucapkan tasbih dan malaikat mengucapkan salam kepadanya. Salam mereka adalah memohon ampunan di sisi Allah.” (Tsawab al-A’mal, 1/7701/75)
Baca juga : Bangkitnya Imam Mahdi, Suka Cita Umat Manusia
Dalam suasana yang begitu membangkitkan semangat dan penuh harapan, bagian spiritual, yang memiliki warna dan aroma surgawi, menemukan semua pencitraan khusus dan menunjukkan tahapan penghambaan manusia dalam seluruh perilaku manusia yang berpuasa yang dilakukan dengan keikhlasan dan tanpa dibuat-buat atau riya. Berdasarkan cara pandang ini, Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Orang yang berpuasa, tidurnya terhitung ibadah, diammnya termasuk tasbih dan perbuatannya diterima serta doanya akan dikabulkan.” (Al-Faqih: 2/76/1783)
Dalam sistem alam dan syariat ilahi, setiap perbuatan baik layak mendapat pahala dan Allah Swt yang Maha Pengasih terkadang memberikan pahala kepada manusia lebih dari apa yang dilakukan dan kelayakannya berdasarkan keutaman dan kedermawanan-Nya. Rasulullah saw yang merupakan perwujudan dari rahmat Allah Swt yang tak terbatas, bersabda, “Siapa pun yang berpuasa suatu hari dengan cinta dan motivasi ilahi, jika diberi emas sebanyak seluruh (tambang) bumi, tidak akan menerima pahalanya secara penuh dan hanya di hari perhitungan (dan kiamat) ia akan menerima hadiah penuhnya.” (Ma’ani al-Akhbar, 91/409)
Irib Indonesia, Filosofi Hukum dalam Islam
Baca juga : Pembinaan Para Penanti yang Sadar