Kalam Islam
Jalan Meraih Zuhud dan Takwa
Jalan Meraih Zuhud dan Takwa
Zuhud berarti ketidakcintaan. Ia merupakan suatu kondisi hati dan bukan kondisi ilmu, sebagaimana yang disinggung al-Quran berkenaan dengan Nabi Yusuf as.
Allah Swt berfirman: Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya. (QS. Yusuf: 20)
Zuhud bukan berarti manusia tidak mau memanfaatkan kenikmatan-kenikmatan dunia, berdiam diri, dan tidak mau mencari harta. Pengertian zuhud yang benar adalah meninggalkan kecenderungan dan kecintaan yang membawa manusia pada keterikatan terhadap dunia dan melupakan kehidupan akhirat.
Baca juga : Musibah Itu Ringan…
Karena itu, Allah Swt berfirman kepada nabi-Nya agar menghilangkan kecintaan dan kecenderungan pada dunia dan memperbanyak upaya untuk mencintai akhirat. Bisa jadi seseorang memiliki harta yang banyak, tetapi ia menggunakannya di jalan Allah Swt.
Nabi Sulaiman as, walaupun memiliki kekuasaan dan kekayaan yang paling melimpah, merupakan orang yang paling zuhud di antara manusia pada masa itu. Dari semua kekayaan yang dimilikinya, beliau sudah merasa cukup dengan memakan sepotong roti gandum. Sementara kekuasaan dan kekayaannya dikorbankan untuk menegakkan hak-hak orang lain, menegakkan agama Allah Swt, dan menegakkan panji Tauhid.
Muhammad Taqi Mizbah Yazdi, Menjadi Manusia Ilahi
Baca juga : Syafaat, Salah Satu Prinsip Islam