Kalam Islam
Doa Anti Malas
Doa Anti Malas
Saat ini kita sangat membutuhkan pekerjaan yang serius, membuahkan hasil, tulus, dan ikhlas. Doa-doa berikut ini menggerakkan kita ke arah pekerjaan yang demikian.
Allahummaj’alna min man nawa fa’amil. Ya Allah, jadikanlah kami sebagai orang-orang yang berbuat sesuatu dengan niat, tujuan, dan makrifah. Amal perbuatan baik yang memiliki tujuan. Amal perbuatan yang disertai dengan niat. Suatu amal perbuatan yang sejak pertama sudah diketahui arah dan tujuannya.
Wa la taj’al min man syaqiya fa kasil. Dan jangan jadikan kami di antara orang-orang celaka yang terkena penyakit malas dan tidak peduli. Doa ini mengajarkan kita untuk memerangi kemalasan.
Wa la min man huwa ‘ala ghairi ‘amalin yattakil. Dan jangan jadikan kami sebagai orang-orang yang bersandar pada selain amal perbuatan. Yaitu hanya duduk, berangan-angan, berkhayal, dan hanya berwacana dalam setiap pertemuan, tanpa ada tindak lanjut dari wacana tersebut. Jangan jadikan kami di antara mereka.
Imam Ali Khamenei
Disadur dari Youtube MaulaTV
Baca juga : Bulan Ramadhan, Bulan Allah
https://www.youtube.com/watch?v=JjTBUhOy31Q&list=PLKi3Wu0lTUD8eIqpSq9Gzd2zV5DX2BjGR&index=149&ab_channel=MaulaTVChannel
Kalam Islam
Peran Iman Membentuk Masa Depan
Peran Iman Membentuk Masa Depan
Berkat pengetahuannya, manusia dapat menundukkan alam dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena memiliki kemampuan membentuk diri, maka manusia membentuk diri sesukanya, dan dengan demikian menjadi penentu masa depannya sendiri. Semua lembaga pendidikan, sekolah moral, dan ajaran agama dimaksudkan untuk mengajari manusia cara membentuk masa depannya. Jalan lurus adalah jalan yang membawa manusia ke masa depan sejahtera, sedangkan jalan yang berliku adalah jalan yang membawa manusia ke masa depan yang porak-peranda dan sengsara.
Allah Swt befirman: Sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepadanya jalan (yang lurus); ada yang bersyukur dan ada pula yang sangat kufur. (QS. al-Insan: 3)
Baca juga : Hanya Allah yang Tahu Kemampuan Manusia
Dari uraian di atas kita tahu bahwa pengetahuan dan iman punya perannya sendiri-sendiri dalam membentuk masa depan manusia.
Iman memberi manusia petunjuk membentuk masa depannya sedemikian rupa sehingga masa depannya bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Iman mencegah manusia agar jangan sampai membentuk masa depannya dengan basis material dan individualistik. Iman mengarahkan hasrat manusia, agar manusia juga menginginkan hal-hal spiritual, dan agar jangan sampai manusia hanya terpaku pada hal-hal materialistis.
Ayatullah Syahid Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam Tentang Jagat Raya
Baca juga : Tujuan Penciptaan
Kalam Islam
Hanya Allah yang Tahu Kemampuan Manusia
Hanya Allah yang Tahu Kemampuan Manusia
Bila kita bertanya siapakah yang paling mengetahui kemampuan kita? Jawabannya bukan diri kita sendiri, bukan orang tua kita, bukan guru kita, namun yang paling mengetahui adalah Sang Pencipta manusia. Sebagai Pencipta, Dia-lah yang mengatur semua undang-undang dan hukum bagi manusia, karena Dia-lah yang benar-benar mengetahui apa yang terbaik bagi manusia. Semua perintah dan larangannya tidak keluar dari satu tujuan yaitu mengantarkan manusia menuju kondisi terbaik, paling sempurna dan meraih kebahagiaan yang sebenarnya.
Salah satu poin yang tak boleh terlewatkan adalah bahwa semua hukum Allah Swt mampu dilakukan manusia. Allah Swt tidak akan memerintahkan atau melarang sesuatu yang tidak mampu dilakukan manusia. Apabila ada yang menganggap bahwa dirinya tak mampu melaksanakan perintah-Nya atau tidak mampu menghindari larangan-Nya, berarti sedang membohongi dirinya sendiri dan mendustakan ayat-ayat Allah Swt.
Allah Swt befirman: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan ia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya… (QS. al-Baqarah: 286)
Baca juga : Peran Iman Membentuk Masa Depan
Namun karena Allah Swt mengetahui berbagai kelemahan manusia, maka ada pengecualian-pengecualian dalam hukum-hukum tersebut. Misalnya orang musafir (bepergian jauh) boleh tidak melakukan puasa. Yang tidak mampu berdiri, dibolehkan untuk salat (sambil) duduk, dan seterusnya.
Allah Swt befirman: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah. (QS. an-Nisa: 28)
Karena itu bohong besar jika seseorang mengatakan dirinya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah Swt, karena Allah Swt tidak pernah memberikan perintah atau larangan diluar kemampuan manusia. Menjalani ketaatan kepada-Nya memang tidak mudah, ada banyak rintangan, rayuan, dan godaan untuk tidak menjalankannya. Namun ketika ada niat dan usaha untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya, maka di situ Allah Swt akan memberikan bantuan kepada kita untuk mampu melewati semuanya.
Sebagaimana ketika Allah Swt mewajibkan haji, maka haji itu menjadi wajib ketika Allah Swt telah memberikan kecukupan dalam harta dan kemampuan kesehatan bagi yang hendak menjalankannya. Begitu juga zakat menjadi wajib ketika orang itu telah diberi kemampuan oleh Allah Swt untuk menjalankannya.
Ust. Muhammad bin Alwi
Baca juga : Tujuan Penciptaan
Kalam Islam
Tujuan Penciptaan
Tujuan Penciptaan
Tuhan tidak menciptakan sesuatu tanpa tujuan. Kita boleh bertanya, apakah tujuan penciptaan manusia?
Allah Swt menciptakan manusia agar ia mendapat kebaikan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. Manusia hadir ke dunia ibarat sehelai kertas kosong. Sepanjang hayat, berbagai bentuk dan corak tergambar di kertas tersebut sebagai akibat atau kesan dari pemikiran dan perbuatan-perbuatannya. Kebaikan yang ia perolehi laksana corak-corak yang menawan manakala keburukan juga laksana corak-corak yang jelek.
Allah Swt mengaruniakan hikmah, kebijaksanaan dan kekuatan bagi manusia untuk mencapai kebaikan-kebaikan tersebut. Dia telah memperlihatkan jalan yang lurus kepada manusia dan mengingatkannya dari jalan-jalan kesesatan, namun Dia (Allah Swt) tidak memaksa manusia melakukan perbuatan-perbuatan baik, begitu juga dengan perbuatan-perbuatan buruk. Dia (Allah Swt) telah memberikan kuasa atau kemampuan kepada manusia untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkannya dalam hidup ini.
Sayyid Sa‘id Akhtar Rizvi, Konsep Keadilan Allah dalam Islam
Baca juga : Zat Tak Terbatas
-
14 Manusia Suci2 years ago
Biografi Singkat Sayidah Fatimah az-Zahra sa
-
Doa-Doa2 years ago
Doa Kumail dan Nabi Khidhir
-
14 Manusia Suci1 day ago
Perpisahan Sayyidah Fathimah dan Imam Ali
-
Kalam Islam1 year ago
Kapal Islam
-
Dunia Islam2 years ago
Anak Cucu Keturunan Nabi Muhammad Saw di Indonesia
-
Nasional3 days ago
Menag Tegaskan Aturan Ketat Tangkal Pelecehan di Pesantren
-
Kegiatan ABI5 days ago
Rapat Pleno Evaluasi RKAT ABI 2024: Evaluasi dan Strategi Penguatan Organisasi
-
Internasional3 days ago
Yaman Serang Pangkalan Zionis dengan Rudal Hipersonik