Kalam Islam
Ciri Manusia Berakal Sempurna
Ciri Manusia Berakal Sempurna
Seringkali manusia memandang dirinya besar dan memandang amalnya sebagai amal yang penting. Tapi sebaliknya, ia memandang amal orang lain buruk. Karena itu, mengkritik menjadi perbuatan yang sangat mudah dilakukan.
Mengkritik artinya memandang kecil (remeh) amal (perbuatan) orang lain. Sebagian orang membungkusnya dengan menyebut bahwa ini adalah “kritik membangun.” Kita harus meriksa diri sendiri, lalu pastikan apakah benar ini merupakan kritik membangun, atau malah kecemburuan (iri) terhadap orang lain, atau bahkan ini malah gunjungan (ghibah).
Sebagian orang bukan hanya memandang perbuatannya penting, bahkan jika orang tidak menyebutkannya, misal, “Dr.” jika ia seorang doktor, ini bisa memicu masalah besar.
Baca juga : Jangan Ingkari Keadilan Tuhan
Contoh lainnya adalah ia seorang ulama yang telah sampai pada tingkat tertentu dan hanya dipanggil “syaikh” saja misalnya, ia langsung berkata, “Bagaimana ini, bertahun-tahun saya lelah-lelah belajar, tapi anda hanya menyebut saya dengan titel ‘syaikh’ saja? Di mana gelar ‘allamah’nya, ‘hujjah’nya, ‘ayatullah’nya dan seterusnya?”
Ini adalah bentuk menganggap besar amal sendiri dan memandang kecil amal orang lain. Kebalikan dari kondisi tersebut itulah yang menjadi indikasi kesempurnaan akal.
Sebisa mungkin dan semampu mungkin kita harus memandang besar perbuatan orang lain dan memandang kecil perbuatan kita sendiri. Namun ketika manusia berpikir untuk membesar-besarkan amalnya dan menganggap kecil amal orang lain, maka ini menjadi indikasi sempurnanya kelemahan akal.
Alamah Syaikh Fauzi Ali Saif (Youtube MaulaTV)
Baca juga : Rahbar: Inilah Lima Prinsip Fenomenal Imam Khomeini