Ikuti Kami Di Medsos

Kalam Islam

Apakah Bencana Sebenarnya?

Apakah Bencana Sebenarnya?

Ahlulbait Indonesia – Sesuatu yang seharusnya disebut sebagai bencana ialah siksaan emosional dan spiritual dari Allah, yaitu konsekuensi-konsekuensi buruk dari perbuatan manusia. Itulah bencana yang sebenarnya. Mengapa begitu? Pertama, karena bencana itu disebabkan oleh kehendak dan pilihan manusia. Kedua, karena ia bukanlah pengantar menuju kebaikan dan kesempurnaan apa pun. Misalnya, sikap keras hati pada diri seseorang adalah bencana yang sebenarnya, sebagaimana dikatakan dalam sebuah riwayat: “Tidaklah Allah menyiksa seorang hamba dengan siksaan yang lebih dahsyat daripada kerasnya hati.” (Al-Daylami, Irsyad al-Qulub)

Sekiranya Allah Swt telah menyiksamu secara lahiriah, engkau akan merasakannya dan menanggungnya sebagai siksaan, sehingga siksaan itu akan berubah menjadi kasih sayang dan rahmat llahi bagimu, mengingat acap kali siksaan itu dapat membangkitkan kesadaran. Adapun siksaan yang sedang melilit dirimu sekarang, sebagai akibat dari perbuatanmu, adalah siksaan yang sebenar-benarnya.

Baca juga : Pengaruh Intelektual Iman

Penderitaan-penderitaan yang sesungguhnya adalah hasil dan dampak dari perbuatan-perbuatan manusia itu sendiri. Dan ihwal pengaruh-pengaruh dan dampak-dampak itu.

Allah Swt befirman: … Kami tidak menzalimi mereka, justru merekalah yang menzalimi diri sendiri. (QS. an-Nahl: 118)

Musibah dan cobaan itu merupakan nikmat yang besar dan harus kita syukuri. la merupakan kenikmatan yang ditampakkan kepada kita dalam bentuk musibah. Sebagaimana halnya dengan musibah yang kadang-kadang ditampakkan kepada kita dalam bentuk rahmat. Karenanya, kita wajib bersyukur kepada Allah Swt atas segenap cobaan tersebut.

Bagaimanapun, kita harus mencamkan dalam pikiran bahwa sesuatu itu bisa disebut sebagai karunia atau petaka, sepenuhnya bergantung pada bentuk reaksi kita terhadapnya. Kita bisa mengubah seluruh petaka menjadi karunia. Demikian pula, kita bisa mengubah seluruh karunia menjadi petaka, apalagi karunia-karunia yang sampai kepada kita dalam bentuk petaka.

Ayatullah Murtadha Muthahhari, Keadilan Ilahi

Baca juga : Jangan Menerima Kebenaran Hanya Karena Populer