Al-Quran dan Hadis
Tafsir Surah al-Fatihah [2/2]
Imam melanjutkan, “Dalam bismillahirrahmanirrahim dan alhamdulillahirabil ‘alamin terdapat sejuta berkah. Alif bermakna nikmat (ala) Allah atas hama-hamba-Nya. Ba berarti kewibawaan-Nya. Sin adalah keagungan-Nya; mim bermakna kekuasaan-Nya. Huruf lam dalam kata ‘Allah’ adalah kewajiban makhluk untuk berwilayah (mengikuti, menaati, mencintai); ha untuk penentang keluarga Muhammad; rahman, pengasih bagi semua makhluk-Nya, dan rahim, penyayang hanya khusus bagi pengikut keluarga Muhammad saw yang beriman.” [At-Tauhid, hal. 230 hadis ke-3; Ma’ani al-Akhbar, jil. III, hadis ke-2; Ta’wil al-Ayat, jil. I, hal. 24, hadis ke-2]
Pembahasan sebelumnya Tafsir Ayat Bismillahirrahmanirrahim [1/2]
Allah Swt mengkhususkan Amirul Mukminin as dalam surat ini dengan dua keistimewaan, melalui firman-Nya:
Dan ia dalam Umm al-Kitab benar-benar memiliki kedudukan tinggi dan penuh hikmah. [QS. az-Zukhruf: 4]
Maknanya, Allah Swt telah menyerahkan urusan pengadilan di Hari Penghitungan kepada Imam Ali as, dan semua perkara akan dikembalikan kepadanya.
Allah Swt lalu menjadikan Imam Ali as sebagai sirath al-mustaqim. Orang-orang berselisih pendapat tentang maksud frase itu. Sebagian pihak mengatakan bahwa maksudnya adalah al-Quran. [Al-Tabyan, jil. 1, hal. 42; Tafsir Thabari, jil 1, hal. 111]
Sebagian lain berpendapat bahwa yang dimaksud adalah satu-satunya agama yang hanya diterima Allah. Pendapat lain menyebutkan bahwa maksudnya adalah Amirul Mukminin, karena beliau adalah al-Quran al-Natiq (yang berbicara), dan agama yang lurus adalah kecintaan terhadapnya. Maka, Ali adalah Sirath al-Mustaqim.” [Syawahid al-Tanzil, jil. 1, hal 76 hadis ke-88; al-Kafi, jil. I, hal. 417 hadis ke-24; dll]
Allah lalu memerintahkan Nabi-Nya dan hamba-hamba-Nya untuk menyerahkan masalah hidayah kepada Sirath al-Mustaqim, karena Dia telah menjelaskan bahwa Sirath adalah al-Quran dan itrah (Ahlulbait). Allah menyebut keduanya sebagai Dua Tali yang Bersambung dan bahwa keduanya adalah nikmat lahiriah dan batiniah. Kenikmatan lahiriah adalah Islam, dan batiniahnya adalah itrah.
Kenikmatan lahiriah adalah Islam, dan Ali adalah orang pertama yang memeluknya. (Kenikmatan lahiriah adalah) ilmu, dan Ali adalah orang yang paling alim setelah Rasul saw. (Kenikmatan lahiriah adalah) kekerabatan, dan Ali adalah jiwa Rasul saw. (Kenikinatan lahiriah adalah) istri yang saleh, dan dia adalah suami dari wanita terbaik di alam semesta.
Ammar meriwayatkan dari Thalhah, dari Anas bin Malik, bahwa Rasul saw bersabda, “Kami keturunan Abdul Muthalib adalah pemuka ahli surga; aku, Ali, Hamzah, Ja’far, Hasan, Husain, dan Mahdi.” [Tafsir Tsa’labi, hal. 209, surah Syura tentang ayat Mawaddah; Mathalib al-Saul, jil. 2, hal. 155]
Kesimpulannya, Ali as adalah sirath al-mustaqim di dunia dan akhirat. Orang yang menaati dan mengikutinya akan melewati jembatan penyeberangan di akhirat dengan mudah. Allah lalu menjadikan sirath lebih penting, yaitu bahwa Ahlulbait adalah jalan kebenaran. Allah berfirman:
صِرَاطَ الَّذِيۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ
Jalan orang-orang yang memperoleh kenikmatan.
Dia juga menjadikan mereka yang memusuhi Ali as sebagai orang-orang yang mendapatkan murka-Nya:
غَيۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا الضَّآلِّيۡ
(Bukan jalan) mereka yang mendapat murka. Ini berarti, ayat al-Quran mempunyai dua makna: lahir dan batin. Makna lahiriah dari orang yang mendapatkan kemurkaan adalah orang Yahudi dan orang yang tersesat adalah orang Nasrani. [Tafsir ‘Ayyasyi, jil. 1, hal. 22, hadis ke-17; Majma’ al-Bayan, jil 1, hal. 72]
Adapun makna batinnya adalah mereka yang menempuh jalan ini dengan memusuhi keluarga Muhammad saw.
Dalil dari hadis adalah sabda Rasul saw, “Sepeninggalku, kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian.” [Tafsir Qurthubi, jil. 7, hal. 273; Tafsir Ibnu Katsir, jil. 2, hal. 364]
Ibnu Said meriwayatkan dari beliau saw, “Bahkan kemdati mereka menempuh jalanberbahaya sekalipun, kalian akan tetap menempuh jalan mereka.” [Shahih Bukhari, jil. 4, hal. 144; Shahih lbnu Habban, jil. 15, hlm. 95]
Beliau saw juga bersabda kepada Imam Ali as, “Orang-orang akan mendapatkan cobaan dalam (hal) dirimu. Dalam dirimu terdapat perumpamaan Isa as. Yahudi membencinya sampai mereka memfitnah ibunya, sedangkan Nasrani terlalu mencintainya hingga mereka menganggapnya sebagai Tuhan. Kelak, terdapat golongan yang akan masuk surga dengan mencintaimu dan golongan lain akan masuk neraka karena membencimu. Namun engkau tidak memiliki dosa dan tanggungan apapun.” [Tsaqafi, al-Gharat, jil. 2, hal. 589; Bihar al-Anwar, jil. 40, hal. 79]
Dalam riwayat di atas, Rasul saw menyerupakan pembencinya dengan orang Yahudi·dan orang yang berlebihan dalam mencintainya dengan orang Nasrani. Golongan pertama adalah mereka yang mendapatkan murka, dan golongan kedua adalah mereka yang tersesat.
Hafidz Rajab al-Bursi, 500 Ayat untuk Imam Ali bin Abi Thalib