Ikuti Kami Di Medsos

Al-Quran dan Hadis

Cara Ahlulbait Mendidik Pengikutnya [1/2]

Imam Ja’far bin Shadiq as berkata, “Sesungguhnya aku amat membenci seseorang yang meninggal dunia, sementara masih ada padanya satu perkara dari sunah-sunah Rasulullah saw yang belum dia kerjakan.” [ath-Thabrasiy, Makarim al-Akhlaq, hal. 39]

Ahlulbait as amat besar perhatiannya dalam mengajari para sahabat dan muridnya, serta mengarahkan mereka  ke  arah yang benar untuk merealisasikan akidah, akhlak, hukum-hukum, dan pemahaman Islam menjadi tingkah laku dalam realita kehidupan. Pendidikan insan Muslim itu harus sesuai kitabullah dan sunnah Rasulullah saw agar tampil pribadi-pribadi Muslim yang mampu membawa menara hidayah, mengajak umat manusia ke jalan Islam, memberi manfaat kepada orang lain dengan ilmu dan amal, mengarahkan mereka pada kebenaran sehingga terbentuk tatanan islami pada masyarakat, setelah dirusak dan diubah oleh tangan-tangan jahat.

Kita saksikan hakikatnya pada tingkah laku dan akhlak mereka, dan juga kita tahu perhatian dan pengarahan mereka (Ahlulbait Nabi). Dengan jelas kita dapat membaca dalam pesan-pesan dan cara-cara mereka mendidik murid-murid dan sahabat-sahabatnya.

Imam Muhammad al-Baqir as, misalnya. Beliau selalu menghilangkan keragu-raguan (syubhat) yang ditaburkan dan disebarkan sebagian orang yang sezaman dengannya, yang ingin menyelewengkan dan menghancurkan Islam dari dalam. Umpama, di antara mereka ada yang berkata, “Orang yang mencintai Ahlulbait as dan membelanya cukup bagi seorang Muslim, tidak perlu menetapi kepada hal-hal fardhu.”

Imam Baqir as menjelaskan kepada kaum Muslim cara yang dijalani Ahlulbait as dan kewajiban kaum Muslim mengikuti cara itu berjalan di atasnya dan dengannya, yaitu metode ilmu dan keyakinan yang benar, mengamalkan dan merealisasikan semua ketentuan Allah yang maktub dalam al-Quran, dan yang dijelaskan Nabi Muhammad saw yang telah dilakukan Rasul saw dalam kehidupannya.

Imam al-Baqir berkata: “Demi Allah, tidaklah kami berlepas diri dari Allah, dan tidak ada qarabah (penghampiran diri kepada Allah) antara kami dengan Allah (tanpa amal yang baik). Kami tidak memiliki hujah atas Allah dan seseorang tidak bisa menghampiri Allah kecuali dengan ketaatan kepada-Nya. Barangsiapa di antara kalian yang taat (kepada-Nya), niscaya akan bermanfaat baginya akan kecintaannya kepada kami, dan barangsiapa di antara kalian yang bermaksiat kepada Allah, tentu tidak akan bermanfaat kecintaannya kepada kami.” [ath-Thabrasiy, Makarim al-Akhlaq, hal. 67]

Telah diriwayatkan dari Amr bin Said bin Hilal yang berkata, “Aku pernah berkata kepada Abu Ja’far as, ‘Kujadikan diriku sebagai tebusanmu. Sesunguhnya aku hampir tidak bertemu denganmu, kecuali dalam beberapa tahun, maka berilah aku pesan tentang sesuatu yang harus kupegang.”

Lalu beliau as berkata, “Kupesankan kepadamu, agar selalu bertakwa kepada Allah, bersifat wara’ (hati-hati), dan bersungguh-sungguh menuntut ilmu, dan ketahuilah sesungguhnya wara’ itu tidak akan memberikan manfaat kecuali dengan ijtihad [usaha sungguh-sungguh].” [ath-Thabrasiy, Makarim al-Akhlaq, hal. 66]

Tim al-Balagh, Mengenal Lebih Jauh Ahlulbait

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *