Al-Quran dan Hadis
Allah Menjaga al-Quran
Berkenaan dengan gejala distorsi di tengah umat ini, Allah Swt telah menjaga al-Quran agar tidak dijamah tangan jahil.
Allah Swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami akan menjaganya. (QS. al-Hijr: 9)
Tidak akan datang kepadanya kebatilan, baik dari arah depan maupun dari arah belakang.
(QS: Fusilat: 42)
Adapun terkait sunah, baik dalam bentuk surah maupun hadis-hadis yang telah diriwayatkan kepada kita dalam jumlah yang tak terbilang, Allah Swt tidak pernah berjanji untuk memeliharanya (sunah) dari segala bentuk distorsi. Ini dapat diketahui dari adanya perbedaan hadis-hadis Nabi saw yang sampai ke tangan muslimin pada hari ini, dan dari kontradiksi suatu hadis dengan hadis lainnya.
Justru perbedaan dalam bidang hadis yang mulia ini telah menggugah keinginan sebagian ulama untuk mengkajinya dan menulis sejumlah buku khusus dalam bidang ini. Contohnya:
- Ta’wîl Mukhtalaf al-Hadîts karya Ibnu Qutaibah Abdullah bin Muslim (w. 279/280 H).
- Bayân Musykil al-Hadîts karya Ibn Faurak Muhammad bin Hasan (w. 406 H).
- Bayân Musykilât al-Âtsâr karya Abi Ja‘far Ahmad bin Muhammad Azdî, yang lebih dikenal dengan Thahâwî (w. 331/332 H).
Sebagai akibat dari perbedaan hadis-hadis ini, kaum muslimin berbeda pendapat dalam memahami al-Quran, sehingga persepsi mereka tak dapat disatukan untuk selamanya. Selain itu, mereka tinggal di lingkungan yang beraneka ragam dan bergesekan dengan aliran pemikiran dari golongan dan bangsa yang beraneka ragam.
Semua itu telah menyebabkan mereka berbeda opini dalam menafsirkan Islam. Sebagian bahkan berani menakwil ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis sahih yang berada di tangan mereka sesuai pendapat dan pandangan mereka tentang Islam.
Hal itu juga telah menjadi faktor permusuhan di antara mereka, dan tidak adanya kesiapan dari mereka untuk mendengarkan pendapat orang lain, serta pengkafiran sebagian pihak terhadap sebagian pihak yang lain. Semua itu adalah faktor perusak internal.
Sayyid Murthada Askari, Syiah dan Ahli Sunnah