Al-Quran dan Hadis
12 Mutiara Hadis Imam Musa Kazhim
Imam Musa bin Ja’far as atau popular dengan “Imam Musa Kazhim” adalah imam ke-7 Mazhab Ahlulbait. Beliau lahir pada 128 H/746 M yang bertepatan dengan pemindahan kekuasaan dari Bani Umayyah ke Bani Abbasiyah. Imam Musa Kazhim as menjabat imam setelah kesyahidan sang ayah, Imam Ja’far Shadiq as. Masa kepemimpinan dan imamahnya berlangsung selama 35 tahun. Darinya banyak berasal mutiara hadis yang relevan hingga sekarang untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut 12 di antaranya…
- Pelajarilah agama Allah untuk kehidupan kalian. Karena ilmu yang mendalam tentang agama Allah merupakan pembuka kejelasan masalah dan merupakan penyempurna ibadah yang sekaligus mengangkat ke derajat tinggi, baik dalam urusan dunia maupun dalam agamanya. Sedang perbandingan kemuliaan seorang alim dengan ahli ibadah laksana matahari dengan bintang. Barangsiapa tidak mendalami ilmu agamanya, tak akan dikabulkan amalannya. (Biharul Anwar, juz 78, hal. 321)
- Jadikanlah waktu kalian terbagi empat; (1) Memohon kepada Allah. (2) Mencari nafkah penghidupan. (3) Bergaul dengan teman-teman kepercayaanmu, yang akan memberi tahu kekurangan-kekuranganmu secara ikhlas. (4) Menikmati karunia Allah, namun bukan yang haram. Maka dengan satu waktu ini, engkau akan mendapatkan tiga waktu lainnya. (TuhafuI Uqul, hal. 409)
- Seseorang belum dikatakan beriman, hingga mempunyai harapan dan ketakutan. Dan tak akan berharap atau takut hingga ia melaksanakan suatu amal terhadap yang diharapkannya atau yang ditakutinya. (TuhafuI Uqul, hal. 395)
- Sesungguhnya semulia-mulia manusia itu yang mampu membuat dunia tak lagi berbahaya baginya. Dan sesungguhnya harga yang layak untuk tubuh kalian adalah surga, maka janganlah kalian jual dengan selainnya. (TuhafuI Uqul, hal. 389)
- Orang berakal tidak akan berbicara dengan orang yang akan mendustakannya dan tak akan meminta pada orang yang akan menolaknya serta tak akan berjanji pada orang atas sesuatu yang tak disanggupinya dan tak akan berbuat hal-hal yang akan merusak harapannya serta tidak memikul hal-hal yang dirinya tak sanggup memikulnya. (TuhafuI Uqul, hal. 390)
- Sejahat-jahatnya seseorang adalah yang mempunyai dua wajah dan dua lisan. Yaitu, memuji temannya saat bersamanya serta menjelekannya saat absennya. Dan yang jika diberi sesuatu akan merasa iri (hasud). Serta apabila diuji akan menipu. (Biharul Anwar, juz 78, hal. 310; Tuhaful Uqul, hal. 395)
- Mukmin dengan mukmin lainnya laksana saudara seayah seibu, walaupun bukan anak ayahnya. Maka terlaknatlah yang suka menuduh saudaranya, terkutuklah yang menipu saudaranya, dan terlaknat pula yang enggan menasihati saudaranya, juga terlaknat siapa yang menggunjing saudaranya. (Biharul Anwar, juz 78, hal. 333)
- 12. Barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin, telah merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, telah celaka. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui, apakah ada tambahan kebaikan untuk dirinya mak ia telah berada dalam kekurangan. Dan barangsiapa berada dalam kekurangan, matinya lebih baik dari hidupnya. (Biharul Anwar, juz 78, hal. 327)
- Barangsiapa mengotori pikirannya dengan banyak angan-angan dan menghapus hikmah-hikmahnya dengan seringnya mengurus sesuatu yang bukan urusannya serta menutup cahaya ibrah-nya dengan menuruti syahwatnya, telah membantu hawa nafsunya dalam menghancurkan akalnya. Dan barangsiapa merusak akalnya, berarti telah merusak agama dan dunianya. (TuhafuI Uqul, hal. 386)
- Setiap kali manusia berbuat dosa yang tak pernah dilakukan orang sebelumnya, Allah akan menurunkan bencana yang tidak mereka sangka-sangka. (Biharul Anwar, juz 78, hal. 327)
- Hati-hatilah dengan sifat sombong, karena sesungguhnya tak akan masuk surga, siapa yang dalam hatinya menyimpan kesombongan walau sekecil atom. (TuhafuI Uqul, hal. 386)
- Segala sesuatu ada dalilnya dan dalil seseorang berakal adalah tafakur sedang dalil bahwa ia bertafakur adalah diam. (TuhafuI Uqul, hal. 392)